Bagaimana Untuk Berhenti Mengatakan “Iya”, Saat Kamu Ingin Mengatakan “Tidak”?

IMG_8584

Pernahkah kalian merasa bahwa begitu mudah untuk mengatakan “tidak” ketika kalian masih kecil dan menjadi begitu sulit untuk dilakukan sekarang? Mungkin beberapa dari kita atau bahkan kita semua belajar bahwa mengatakan “tidak” itu menjadi hal yang tidak sopan atau tidak pantas. Sebaliknya, jika mengatakan “ya” itu merupakan hal yang sopan dan menyenangkan untuk dikatakan.

Kita berpegang pada kepercayaan masa kecil dimana “tidak” bersifat buruk, menjadi tidak disukai, tidak baik dan egois. Pasti kita akan berpikir dengan mengatakan tidak, kita akan bersalah, malu, ditolak atau ditinggalkan.

Tapi sekarang kita semua sudah dewasa dan mampu memilih membuat pilihan atas diri sendiri, serta menjadi tau perbedaan antara yang benar dan yang salah. Jadi, kata “tidak” seharusnya sudah tidak menjadi kata yang terlarang, melainkan sesuatu yang kita putuskan sendiri, berdasarkan kebijaksanaan kita sendiri.

Menurut saya hal ini juga berkaitan dengan pola asuh orang tua. Ketika dalam pola asuh orang tua terlalu otoriter yang membuat anak susah menyampaikan pendapat maka hal ini akan menjadi pengalaman yang cukup sulit untuk seseorang berani berargumen di masa perkembangan selanjutnya. Berbeda dengan anak yang punya pola asuh demokratis, tentu dalam perkembangan hidupnya anak akan berani dalam membuat keputusan atau dalam arti berkata “tidak”. Karena, pengalaman masa anak-anak juga akan berpengaruh pada perkembangan pada masa selanjutnya.
Selain itu adalah belajar untuk lebih aware dengan diri sendiri. Mengajak diri untuk berbicara dan belajar menyadari mengenai apa keinginan apa yang dirasakan. Memang mengungkapkan cukuplah susah bagi mereka yang punya pengalaman komunikasi kurang menyenangkan, menurut saya dukungan orang sekitar juga berpengaruh untuk membantu seseorang berani dalam berargumen. Karena menurut saya setiap orang pasti punya seseorang yang dipercaya walaupun satu…

1 Like

Menurutku dengan lebih mencintai diri sendiri kita harus berani mengatakan “iya”, aku selalu berprinsip diri sendirilah yang paling memahami diri kita sekarang ini dibanding orang lain. Ketika kita mengatakan “tidak” disertai alasan yang jelas, orang lain pun akan memakluminya dan tidak akan marah kepada kita. Selama konteks kita mengatakan “tidak” itu merupakan pilihan yang bagi kita baik dan tidak menyakiti orang lain, maka jangan ragu berkata “tidak”. Prioritaskan diri sendiri dalam konteks tidak egois. Sikap saling menghormati keputusan orang lain dalam hal ini akan sangat membantu dalam hubungan baik pertemanan , keluarga dan sebagainya. Pikirkan setiap keputusan dengan matang dan sebaik-baiknya. Jangan membuat keputusan secara terburu-buru.

1 Like

Menjadi seseorang yang serba “nggak enakan” alias people pleaser demi selalu menyenangkan orang lain lama kelamaan bikin capek diri sendiri. Bahkan, setiap keputusan biasanya dibuat berdasarkan bagaimana orang lain akan bereaksi atau justru apa yang diharapkan orang lain terhadap diri Anda. Namun, sifat ini bukanlah kebiasaan yang baik dan mungkin membawa dampak buruk dalam kehidupan sosial. menurut ku cara untuk berani berkata “tidak” adalah dengan cara lebih menghargai diri sendiri, prioritaskan kebahagiaan diri sendiri, dan berpikir dampak ketika mengatakan “iya” saat melakukan sesuatu untuk orang lain dan diri sendiri.

1 Like

Percayakah kamu, dengan kita tetap kekeuh mengatakan iya, dan tidak mengatakan apa yang sebenarnya ingin kita ungkapkan itu, merupakan satu contoh dari toxic positivity? Aku pribadi pun masih punya struggle seperti masalah ini. Terus-terusan menjadi people pleasure dan cenderung tidak memikirkan diri sendiri. Berbuat baik memang baik. Namun, tidak jarang kebaikan kita jusru dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Kebiasaan menjadi people pleaser justru mempermudah niatan jahat orang lain terhadap diri kita. Maka dari itu, cobalah untuk lebih peka terhadap situasi dan kondisi. Jika ada orang yang ingin meminta tolong pada kita, pahami dulu niatan dan tujuan orang tersebut. Bila ia memang membutuhkan bantuan dan kita bisa memberikan bantuan, tidak ada salahnya berbuat baik. Tetapi, jika orang lain sengaja memanfaatkan kita, jangan pernah takut untuk berkata tidak. Rasa takut atau tidak enak untuk menolak akan membuat kita terus terjebak dan tidak berhenti dari kebiasaan menjadi people pleaser.

1 Like

Bener banget, memang semua akan kembali kepada bagaimana pola asuh dari orang tua sendiri, apakah mereka mengajarkan anaknya dengan baik untuk menyampaikan pendapat atau tidak. Dan setuju banget kalau kita harus bisa belajar lebih aware terhadap diri sendiri, karna itu juga ternyata kita mampu mendapatkan dampak yang positif apalagi diimbangi dengan adanya dukungan dari orang sekitar. Terimakasih untuk tanggapannya @Yana_Anggita_Venanda :relaxed:

Ini aku juga setuju banget, selama konteks yang kita ingin katakan itu baik sebenarnya tidak ada masalah kita mau menolak atau mengatakan tidak. Dan memang benar kalau harus memprioritaskan diri sendiri dengan tidak mengambil keputusan secara terburu-buru. Hehe terimakasih @Elisa_Nur_Y_A untuk tanggapannya. :smiling_face_with_three_hearts:

Setuju banget sama tanggapan dari @nadineaurellia dan @vesazb . Setelah aku baca ternyata aku bisa jadi sadar kalau oh ternyata selama ini aku kadang bisa menjadi orang yang selalu ga enakan atau people pleaser. Dan benar juga kalau jadi orang yang selalu ga enakan itu bakal mempermudah orang untuk bertindak jahat atau seenaknya. Terimakasih untuk tanggapan dari kalian hehe semoga itu bisa berguna buat aku kedepannya atau untuk teman-teman yang bakal baca ini, supaya bisa jadi orang yang lebih berani untuk berkata iya daripada tidak. :relaxed::relaxed:

1 Like