Bagaimana Tingkatan Manusia Berdasarkan Amal Perbuatannya?

Amal manusia

Amal perbuatan merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya. Bagaimana tingkatan manusia berdasarkan amal perbuatannya ?

Imam Ibnu Athaillah Askandary dalam Kitab Al-Hikmah berkata,

“Sebagian tanda berpegang (manusia) atas amal, ialah kurang harapannya kepada Allah ketika terjadi kesalahan-kesalahan.”

Kita ummat manusia sebagai makhluk Allah s.w.t., berdasarkan amal perbuatannya, dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu :

  • Tingkatan Al-’Ibaad.
    Orang-orang yang dalam tingkatan ini, mereka mengerjakan sembahyang, puasa dan ajaran-ajaran agama; mereka juga menjauhkan larangan-larangan Allah, dengan maksud semoga dapat masuk syurga, berbahagia di dalamnya terlepas dari azab siksaan neraka. Atau maksud mereka ialah untuk kebahagiaan duniawi dan ukhrawi dan diselamatkkan oleh Allah s.w.t. dari macam-macam malapetaka, baik di dunia maupun di akhirat.

  • Tingkatan Al-Muridin.
    Orang-orang yang dalam tingkatan ini, mereka berbuat taat pada ajaran-ajaran agama, tidak lain maksud mereka terkecuali untuk bagaimana sampai kepada Allah, bagaimana agar terbuka segala sesuatu yang menutup hati mereka, semoga hati mereka dilimpahkan rahasia-rahasia halus dan yang baik-baik oleh Allah s.w.t.

  • Tingkatan Al-’Aarifin.
    Orang-orang yang dalam tingkatan ini, meskipun mereka beramal ibadah begitu banyak, tetapi sedikit pun mereka tidak melihat bahwa mereka mengerjakan ibadah itu untuk maksud-maksud di atas, tidak terbayang di dalam hati mereka bahwa mereka beramal, tetapi hati mereka selalu tertuju bahwa Allah s.w.t. yang berbuat segala sesuatu pada hakikatnya.

    Mereka tenggelam dalam lautan ridha qadar Ilahi dan mereka bergantung pada tali qadha’ yang Maha Pengasih dan Penyayang, sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam Al-Quran:

    “Dan sesungguhnya Allah telah menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu perbuat.” (As-Shaffat: 96)

    Dan firman Allah:

    “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dikehendaki dan dipilihNya. Mereka tidak dapat memilih. Maha Suci Allah dan Maha Tin,(?Jti dari apa yang mereka sekutukan.” (Al-Qashash: 68)

Berbuat baik

Menurut Kitab Al-Hikmah, tingkatan pertama “Al-’Ibaad” dan tingkatan yang kedua “Al-Muridin”, menurut kacamata Ilmu Tasawuf, termasuk belum baik apabila dibandingkan dengan tingkatan ketiga. Sebab apabila kita masih dalam tingkatan pertama dan kedua maka akibatnya ialah sebagai berikut:

  • Pada tingkat pertama apabila seseorang itu mengerjakan perbuatan maksiat dalam arti yang luas, seperti tidak menjalankan perintah Allah s.w.t., maka mengakibatkan kurang harapnya kepada Allah atas maksudnya yaitu bahagia di syurga dan selamat dari azab dan siksaan neraka. Harapannya kepada Allah kuat dan bertambah apabila ia beramal. Tetapi apabila tidak, maka harapannya akan turun dan berkurang.

  • Demikian pula pada tingkatan Al-Muridin. Dengan amal ibadah maka ia gembira. Karena itu maka ibadahnyalah yang menjadi sebab menyampaikan harapan-harapannya. Tetapi apabila ibadatnya berkurang, maka akan berkurang pula harapannya kepada Allah s.w.t. Inilah akibatnya apabila kita berpegang pada amal, tetapi tidak berpegang kepada Allah.

  • Adapun tingkatan ketiga ini adalah tingkatan yang mulia di sisi Allah s.w.t. Sebab apabila kita telah sampai pada tingkatan ini, kita akan fana dan kita akan tenggelam di dalam qadar dan qadha’ Allah. Sama saja pada kita apakah kita mengerjakan ibadah secara taat, maka tidak terlihat oleh kita bahwa itu adalah karena daya dan kekuatan kita. Ataukah kita pernah meninggalkan ajaran-ajaran agama, namun hati kita selalu mengharapkan keridhaanNya dan takut kepadaNya. Tidak bertambah harapan kita kepada Allah apalagi karena ihsan yang kita kerjakan, dan tidak pula berkurang taqwa kita kepadaNya disebabkan
    oleh kesalahan yang kita lakukan.

Satu-satunya cara untuk sampai ke tingkatan ketiga itu ialah dengan “Mujaahadah” yakni kita harus memerangi hawa nafsu kita dengan latihan-latihan seperti yang telah diatur oleh ilmu Tasawuf. Dan kita harus banyak ingat kepada Allah dalam segala gerak-gerik kita seperti yang diatur oleh Ilmu tersebut. Maka dengan latihan-latihan memerangi hawa nafsu dan selalu mengingati Allah s.w.t. kita akan sampai ke tingkatan Al-’Aarifin sebagaimana telah digambarkan di atas.

Referensi : Abuya Syeikh Prof. Dr. Tgk, Chiek. H. dan Muhibbuddin Muhammad Waly Al-Khalidy, 2017, Al-Hikam Hakikat Hikmah Tauhid dan Tasawuf Jilid 1, Al-Waliyah Publishing