Combutsio atau Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas ( thermal), kimia, elektrik dan radiasi ( Suriadi, 2010).
Bagaimana terapi pada pasien luka bakar?
Combutsio atau Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas ( thermal), kimia, elektrik dan radiasi ( Suriadi, 2010).
Bagaimana terapi pada pasien luka bakar?
Terapi pada luka bakar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu operatif dan non-operatif.
###Terapi Non-operatif
Pada 6 jam pertama luka bakar merupakan fase kritis. Rujuk segera pasien yang mengalami luka bakar parah ke rumah sakit. Berikut langkah – langkah yang dilakukan untuk pertolongan pertama pada luka bakar, antara lain (WHO, 2003) :
####1. Initial Treatment Wound Care :
####2. Daily Treatment Wound Care
Trauma luka bakar kurang dari 20% LPTT hanya mengalami sedikit kehilangan cairan, sehingga secara umum dapat diresusitasi dengan hidrasi oral kecuali pada kasus luka bakar pada wajah, tangan, area genital atau luka bakar yang terjadi pada anak-anak dan lanjut usia.
Saat ini rekomendasi untuk memberikan cairan resusitasi secara intravaskular yaitu ketika area luka lebih besar dari 20%. Salah satu rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah cairan yang diberikan pada trauma luka bakar adalah rumus Brooke yang termodifikasi yaitu dalam 24 jam pertama cairan Ringer Laktat 2 ml/kg BB/% area luka bagi pasien dewasa dan 3 ml/kg BB/% area luka bagi pasien anak-anak.
Selanjutnya, untuk 24 jam berikutnya diberikan cairan koloid dengan dosis 0,3 – 0,5 ml/kg/BB/% area luka (Haberal et al., 2010).
###Operatif
Luka bakar sirkumferensial derajat III pada ekstremitas dapat menyebabkan gangguan vaskular. Hilangnya sinyal ultrasound Doppler pada arteri ulnar dan radialis merupakan indikasi dilakukannya eskaratomi pada ekstremitas atas. Hilangnya sinyal arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior mengindikasikan dilakukannya eskaratomi pada ekstremitas bawah (Edlich, 2015).
Setelah terjadinya trauma luka, peningkatan tekanan jaringan interstitial akan meyumbat aliran vena, baru kemudian aliran kapiler arteri. Dalam periode 3 hingga 8 jam dibutuhkan untuk terjadinya edema yang akan meningkatkan tekanan jaringan. Ketika tekanan kompartemen jaringan lebih besar daripada 40 mmHg, eskaratomi pada luka bakar derajat III akan mencegah terjadinya trauma iskemik berlanjut.
Perlu diingat bahwa penyebab umum tidak adanya denyut nadi pada ekstremitas diakibatkan karena hipovolemik dengan vasokonstriksi perifer, bukan akibat dari tekanan interstitial (Edlich, 2015).
Eskaratomi dilakukan pada bagian medial dan lateral ekstremitas yang memanjang sesuai dengan ukuran panjang eskar (jaringan yang nekrosis). Insisi dibuat menggunakan skalpel. Akibat lamanya gangguan vaskular yang terjadi, eskaratomi dapat menyebabkan trauma reperfusi pada ekstremitas dengan hiperemis reaktif dan edema pada otot kompartemen.
Pada kasus tersebut, fasiotomi diperlukan untuk mengembalikan perfusi jaringan terhadap ekstremitas (Edlich, 2015).