Bagaimana terapi pada pasien luka bakar?

Combutsio atau Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas ( thermal), kimia, elektrik dan radiasi ( Suriadi, 2010).

Bagaimana terapi pada pasien luka bakar?

Terapi pada luka bakar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu operatif dan non-operatif.

###Terapi Non-operatif

Pada 6 jam pertama luka bakar merupakan fase kritis. Rujuk segera pasien yang mengalami luka bakar parah ke rumah sakit. Berikut langkah – langkah yang dilakukan untuk pertolongan pertama pada luka bakar, antara lain (WHO, 2003) :

  • Jika pasien belum mendapatkan pertolongan pertama, alirkan air dingin pada luka bakar pasien untuk mencegah kerusakan lebih jauh dan melepaskan pakaian yang terbakar.
  • Jika luka bakar terbatas, kompres dengan air dingin selama 30 menit untuk mengurangi nyeri, edema dan meminimalisasi kerusakan jaringan.
  • Jika luka bakar luas, setelah dialirkan air dingin, pasang pembalut yang bersih pada daerah luka untuk mencegah hipotermia.

####1. Initial Treatment Wound Care :

  • Luka bakar harus steril.
  • Pemberian profilaksis tetanus.
  • Bersihkan semua bulla, kecuali pada luka bakar yang sangat kecil.
  • Eksisi dan lakukan debridement pada jaringan nekrosis yang menempel.
  • Setelah di-debridement, bersihkan luka bakar dengan larutan chlorhexidine 0.25% (2.5g/liter), 0.1% (1g/liter) larutan cetrimide, atau antiseptik lain yang berbahan dasar air (CEPDR, 2013).
  • Jangan menggunakan larutan berbahan dasar alkohol.
  • Gosok dengan hati – hati jaringan nekrotik yang longgar. Berikan lapisan tipis krim antibiotik (silver sulfadiazine) .
  • Balutkan kain kasa pada luka. Gunakan kasa kering yang tebal untuk mencegah terjadinya kebocoran pada lapisan luar.

####2. Daily Treatment Wound Care

  • Ganti balutan kasa setiap hari (dua kali sehari jika memungkinkan) atau sesering mungkin untuk mencegah terjadinya kebocoran cairan.
  • Inspeksi luka, ada perubahan warna atau tidak yang mengindikasikan adanya infeksi.
  • Demam dapat muncul hingga luka tertutup
  • Adanya selulitis mengindikasikan adanya infeksi
  • Berikan antibiotik sistemik jika mengalami infeksi Streptococcus hemolyticus.
  • Infeksi Pseudomonas aeruginosa sering menimbulkan septicemia dan kematian. Berikan aminoglikosida sistemik.
  • Pemberian antibiotik topikal setiap hari. Jenis antibiotik topikal yang dapat diberikan antara lain :
    Nitrat silver (0.5% aqueous), paling murah, diaplikasikan pada balutan kassa oklusif namun tidak dapat penetrasi ke dalam jaringan parut. Obat ini dapat menyebabkan deplesi elektrolit dan menyebabkan noda.
    Silver sulfadiazine (1% ointment), diaplikasikan pada selapis balutan kasa, memiliki kemampuan penetrasi ke dalam jaringan parut yang terbatas, dan dapat menyebabkan neutropenia.
    Mafenide acetate (11% ointment), diaplikasikan tanpa balutan kasa, memiliki kemampuan penetrasi ke dalam jaringan parut yang lebih baik, dapat menyebabkan asidosis (WHO, 2003).

Trauma luka bakar kurang dari 20% LPTT hanya mengalami sedikit kehilangan cairan, sehingga secara umum dapat diresusitasi dengan hidrasi oral kecuali pada kasus luka bakar pada wajah, tangan, area genital atau luka bakar yang terjadi pada anak-anak dan lanjut usia.

Saat ini rekomendasi untuk memberikan cairan resusitasi secara intravaskular yaitu ketika area luka lebih besar dari 20%. Salah satu rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah cairan yang diberikan pada trauma luka bakar adalah rumus Brooke yang termodifikasi yaitu dalam 24 jam pertama cairan Ringer Laktat 2 ml/kg BB/% area luka bagi pasien dewasa dan 3 ml/kg BB/% area luka bagi pasien anak-anak.

Selanjutnya, untuk 24 jam berikutnya diberikan cairan koloid dengan dosis 0,3 – 0,5 ml/kg/BB/% area luka (Haberal et al., 2010).

###Operatif

Luka bakar sirkumferensial derajat III pada ekstremitas dapat menyebabkan gangguan vaskular. Hilangnya sinyal ultrasound Doppler pada arteri ulnar dan radialis merupakan indikasi dilakukannya eskaratomi pada ekstremitas atas. Hilangnya sinyal arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior mengindikasikan dilakukannya eskaratomi pada ekstremitas bawah (Edlich, 2015).

Setelah terjadinya trauma luka, peningkatan tekanan jaringan interstitial akan meyumbat aliran vena, baru kemudian aliran kapiler arteri. Dalam periode 3 hingga 8 jam dibutuhkan untuk terjadinya edema yang akan meningkatkan tekanan jaringan. Ketika tekanan kompartemen jaringan lebih besar daripada 40 mmHg, eskaratomi pada luka bakar derajat III akan mencegah terjadinya trauma iskemik berlanjut.

Perlu diingat bahwa penyebab umum tidak adanya denyut nadi pada ekstremitas diakibatkan karena hipovolemik dengan vasokonstriksi perifer, bukan akibat dari tekanan interstitial (Edlich, 2015).

Eskaratomi dilakukan pada bagian medial dan lateral ekstremitas yang memanjang sesuai dengan ukuran panjang eskar (jaringan yang nekrosis). Insisi dibuat menggunakan skalpel. Akibat lamanya gangguan vaskular yang terjadi, eskaratomi dapat menyebabkan trauma reperfusi pada ekstremitas dengan hiperemis reaktif dan edema pada otot kompartemen.

Pada kasus tersebut, fasiotomi diperlukan untuk mengembalikan perfusi jaringan terhadap ekstremitas (Edlich, 2015).