Bagaimana terapi, gejala, pemeriksaan, dan pencegahan pada infeksi virus Bovine Viral Diarrhea (BVD)?

BVD-virus dapat menyerang sapi dari berbagai umur. Bahkan infeksi pada janin umur 7 bulan pun sudah dapat terjadi. Selain alat-alat pencernaan virus dapat pula menyerang alat pernafasan. Bagaimana terapi, gejala, pemeriksaan, dan pencegahannya?

sapitem

Gejala-gejala
Pedet yang menderita dapat mengalami diare yang sifatnya tidak seberat infeksi kedua jenis virus terdahulu. Nafsu makan menurun dan juga terdapat dehidrasi yang mungkin cukup berat. Beberapa pedet mengalami diare beberapa minggu lamanya, sedang sebagian lagi mati dalam beberapa hari Gejala gastrointestinal juga meliputi erosi pada mukosa pipi sebelah dalam, palatum durum, bibir bawah sebelah dalam dan bagian bawah dari lidah. Papilae pada selaput lendir mulut jadi menumpul. Leleran hidung yang bersifat mukopurulen juga sering teramati. Suhu tubuh penderita yang tahan hidup lama akan bersifat berpuncak dua biphasic). Suhu tubuh penderita pada waktu kritis mencapai 40-41°C.

Pemeriksaan patologi anatomis
Selain perubahan di dalam mulut, lesi yang bersifat sebagai erosi mukosa juga terdapat pada mukosa kerongkongan yang bersifat memanjang. Di dalam usus halus lesi juga mengenai lembaran Peyer. Secara histologik akan teramati infiltrasi sel limfoid ke dalam lapisan submukosa.

Terapi
Pengobatan atas penderita terutama hanya ditujukan untuk mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit, baik diberikan secara oral maupun parenteral. Pemberian antibiotika dianjurkan untuk melawan infeksi sekunder

Pencegahan
Pada daerah tertular induk sapi biasanya menghasil kan antibodi yang akan diekskresikan ke dalam kolostrum. Perlindungan pasif ini dapat memberikan kekebalan pada pedet selama lebih kurang 8 bulan, bila kolostrum cukup diberikan Induk-induk yang divaksin dengan vaksin MLV (modified live virus), 3-4 minggu sebelum kawin, akan lebih menjamin pemberian antibodi kepada pedet melalui kolostrum. Vaksinasi BVD pada induk yang bunting kadang menyebabkan keluron terutama pada kebuntingan sebelum trimester kedua. Beberapa tahun yang lalu vaksinasi BVD tidak boleh dilakukan bila ada wabah penyakit tersebut. Kini hal tersebut tidak selalu berlaku karena terbukti bahwa vaksinasi di daerah wabah dapat menurunkan kerugian. Selanjutnya, bila ada hewan yang mati atau sakit oleh virus BVD, perbaikan pengelolaan peternakan juga harus diperhatikan

Referensi: Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.