Bagaimana terapi, gejala, dan pemeriksaan pada infeksi adeno-virus?

Adeno virus dapat menyebabkan gangguan pada alat-alat pencernaan makanan dan pernafasan, hingga mengakibatkan sindrom yang dikenal dengan istilah “kompleks pneumoenteritis”. Kejadian di Hongaria dan Amerika Serikat (Oregon) cukup meyakinkan bahwa virus tersebut dapat menyebabkan kerugian yang besar di dalam peternakan sapi. Kejadian yang paling banyak diketahui terdapat pada pedet-pedet yang lahir dari induk yang melahirkan untuk pertama kalinya. Diduga bahwa dari induk-induk yang telah tua telah disekresikan antibodi yang cukup ke dalam air susu. Adeno virus sampai saat ini diketahui memiliki 8 serotipe, yang 3 di antaranya, yaitu serotipe 2, 3 dan 4 mampu menyebabkan sakit pada pedet. Tipe 2 cenderung bersifat enterotropik sedang tipe 3 pneumotropik. Bagaimana terapi, gejala, dan pemeriksaannya?

cows

Gejala-gejala
Pedet penderita infeksi Adeno virus kebanyakan berumur sedikitnya 10 hari. Mula-mula akan timbul gejala lakrimasi dan leleran hidung yang berlebihan. Sifat leleran tersebut mula-mula serous, kemudian akan berubah menjadi mukopurulen. Gejala pencernaan yang kemudian terlihat meliputi distensi usus dengan isi usus yang berbentuk gas, kolik dan diare. Gejala gangguan pernafasan kadang-kadang baru diketahui setelah hewan dipaksa untuk berlari, yang berbentuk sebagai dispnoea dan batuk.

Pemeriksaan patologi-anatomis
Dalam pemeriksaan bedah bangkai akan ditemukan gambaran pneumonia lobuler yang disertai dengan oedema. Pada pemeriksaan anatomi mikroskopik terlihat adanya nekrose sel-sel epitel bronchioli dar kolapnya alveoli. Pada sel-sel epitel bronchioli dan alveoli, serta sel-sel retikuler dari kelenjar limfe dapat ditemukan benda-benda inklusi yang berukuran besar. Meskipun dalam keadaan hidup penderita memperlihatkan gejala-gejala gangguan pencernaan makanan, akan tetapi pada pemeriksaan patologis tidak ditemukan perubahan yang menciri

Terapi
Pengobatan untuk infeksi virus ini tidak diketahui. Penanganan penderita pada umumnya ditujukan kepada pencegahan terjadinya infeksi sekunder oleh kuman, serta pengobatan yang sifatnya suportif maupun simtomatis. Pemberian antibiotika berspektrum luas dapat dianjurkan.

Referensi: Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.