Bagaimana terapi dan pemeriksaan pada radang hati akut yang dialami kuda?

Radang hati akut merupakan nekrose hati yang mengenai daerah hati yang luas, hingga terjadi penurunan fungsi hati serta diikuti dengan gejala-gejala syaraf. Proses penyakit yang berlangsung singkat ini memiliki angka kematian yang tinggi. Bagaimana terapi dan pemeriksaannya?

Pemeriksaan patologi klinis
Pada pemeriksaan darah selalu di jumpai adanya lekositosis. Aktivitas enjimatik dari serum, GOT, DH dan OCT, dan kadar bilirubin di dalam darah semuanya memperlihatkan kenaikan yang menyolok.

Pemeriksaan patologi anatomis
Padawaktu bedah bangkai jaringan tubuh pada umumnya tampak berwarna kuning (ikterik). Hati mungkin akan mengalami pembengkakan, atau malah berkeriput, berwarna kuning kehijauan yang bersifat lobuler. Pada kasus yang fatal, jaringan hati jadi rapuh dan pada permukaannya terdapat timbunan fibrin. Perdarahan titi petechiae, maupun perdarahan noda, ecchymosae, dan perubahan-perubahan yang bersifat kongestif lainnya dapat dijumpai pada per mukaan ginjal, kelenjar anak ginjal dan mukosa saluran pencernaan. Kongesti juga biasa ditemukan pada limpa. Pada pemeriksaan histo-patologis akan dijumpai adanya proses degenerasi atau nekrosis yang mengenai hampir seluruh sel pada tiap pangsa hati, serta adanya timbunan empedu di dalam sel atau dalam saluran empedu (d. biliverus). Di daerah portal hati dapat dijumpai infiltrasi sel-sel mononuklear

Terapi
Karena penderita telah mengalami kerusakan hati yang luas, regenerasi hati memerlukan waktu yang panjang. Kebanyakan usaha pengobatan hanya ditujukan untuk memperpanjang umur penderita saja.

Gejala ensefalopati dapat dikurangi dengan sediaan pene nang, misalnya dengan derivat fenotiasin. Usaha untuk menekan produksi ammonia dalam saluran pencernaan dapat dilakukan dengan pemberian pencahar, misalnya minyak mineral yang dibubuhi diocto-sodium-succinate gliserin, hingga stasis dari tinja dapat dihindari. Selanjutnya, pemberian antibiotika yang tidak diserap, misalnya neomisin sebanyak 10-15 gram yang diberikan 4 kali sehari, dimaksudkan untuk mengurangi populasi flora usus agar produksi ammonianya berkurang.

Pada kuda yang sudah tidak mau makan sama sekali, pemberian cairan dextrosa fisiologis dan cairan elektrolit, bersama dengan pemberian vitamin B kompleks, perlu difikirkan. Untuk melindungi penderita dari infeksi sekunder, pemberian antibiotika secara disuntikkan juga sangat dianjurkan.

Referensi: Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.