Bagaimana Teori Kontruktivisme dalam hubungan internasional?

Teori Kontruktivisme

Menurut konstriktivis aspek hubungan internasional yang paling penting adalah sosial bukan material.

Bagaimana Teori Kontruktivisme dalam hubungan internasional?

Teori Kontruktivisme


Konstruktivisme hadir sebagai reaksi terhadap realisme terutama kritiknya terhadap neorealis. Teori neorealis berfokus pada bagaimana distribusi kekuatan material, seperti kekuatan militer dan kemampuan ekonomi, mendefinisikan keseimbangan kekuatan antar negara dan menerangkan perilaku antar negara. konstruktivis menolak fokus materi satu sisi tersebut. Konstruktivisme berfokus pada kesadaran manusia dan tempatnya di dunia (Jackson, 2007). Menurut konstriktivis aspek hubungan internasional yang paling penting adalah sosial bukan material. Mereka berpendapat bahawa dunia sosial, politik termasuk hubungan internasional bukanlah identitas fisik atau objek material yang berada diluar kesadaran manusia. Akibatnya, studi Hubungan Internasional harus berfokus pada ide dan keyakinan yang menginformasikan dikancah internasional serta saling memahami antar mereka.

Konstruktivis melihat dunia sebagai sebuah proyek yang sedang dikerjakan, seperi menjadi apa bukan apa adanya. Konstruktivisme juga percaya bahwa sistem internasional bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya melainkan sistem internasional hanya ada sebagai kesadaran intersubjektif atau pemahaman umum diantara orang-orang; dalam makna itu sistem internasional disusun dalam ide-ide, bukan oleh kekuatan material. Sistem internasional merupakan rangkaian ide, kerangka pemikiran, sistem norma yang telah disusun oleh orang-orang tertentu di waktu dan tempat tertentu. Jika pemikiran dan ide yang masuk ke dalam kebenaran hubungan internasional berubah, maka sistem itu sendiri juga akan berubah, karena sistem terdiri dari pemikiran dan ide.

Karena sistem internasional itu bersifat relatif dan hasil bentukan bersama, maka bisa diubah bila manusia mulai memikirkan cara baru dan mendukung norma-norma baru yang secara radikal berbeda dengan yang lama. Terkonstruksi berarti bahwa dunia muncul terkonstruksi melalui proses interaksi antar agen-agen (individu, negara, dan NGO) dengan struktur lingkungan yang lebih luas. Ada proses saling mempengaruhi antar agen-agen dan struktur melalui proses deliberasi (musyawarah), argumentasi dan konsep-konsep lain (Checkel, 2008). Konstruktivisme dibagi ke dalam tiga aspek umum, yaitu:

1.Intersubjective Understanding
Para konstruktivis memfokuskan pada dimensi intersubjektif dari pengetahuan karena mereka ingin menjelaskan aspek sosial dari keberadaan manusia, peranan ide-ide bersama sebagai struktur ide yang membatasi dan membentuk perilaku. Kontruktivis mengasumsikan adanya struktur sosial. Dalam konteks ini konstruktivis juga bersifat empiris, namun yang diamati bukan dunia atau struktur material, tetapi struktur ide para subyek yang mendefinisikan hubungan internasional.

2. Hubungan Struktur ide dan Perilaku aktor
Struktur internasional bagi kalangan kontruktivis memiliki pengaruh yang membentuk dan mengatur, bukan pengaruh langsung yang bersifat kausalitas terhadap aktor-aktor. Struktur ini juga mengarahkan aktor untuk mendefinisikan kembali kepentingan dan identitas mereka dalam proses (sewaktu proses) interaksi (dan para aktor menjadi tersosialisasi oleh proses). Struktur idealis ini membentuk para aktor mendefinisikan dirinyasiapa mereka, tujuan mereka, dan peran yang mereka yakini harus mereka lakukan (Copeland, 2006a).

Menurut Nina Tannenwald, terdapat empat struktur atau sistem ide dalam kaitannya dengan perilaku aktor-aktor:

  • Sistem-sistem ideologis atau sistem kepercayaan yang dimiliki bersama
  • Kepercayaan-kepercayaan normatif
  • Kepercayaan sebab akibat
  • Preskripsi-preskripsi kebijakan

3.Hubungan Agen dan Struktur
Struktur ideasional dan aktor-aktor atau agen-agen saling membentuk dan menentukan satu sama lain. Struktur membentuk kepentingan dan identitas aktor tetapi struktur juga diproduksi, direproduksi dan diubah melalui praktik terus menerus dari para agen. Sehingga, berbeda dengan neo-realis yang melihat bahwa aktor tak dapat melakukan sesuatu dalam struktur kecuali merespon, kontruktivis mengatakan bahwa struktur eksis melalui interaksi timbal balik para aktor. Oleh karena itu, agen melalui tindakan sosial dapat merubah struktur. Mereka karenanya dapat beremansipasi untuk menggantikan praktik konfliktual yang dilakukan negara-negara kepada praktik-praktik yang lebih bersahabat.

Dalam bidang ilmu hubungan internasional, Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan yang dapat dikatakan berbeda dengan pendekatan lainnya seperti pendekatan liberal dan realis. Pendekatan Konstruktivisme sendiri memiliki fokus terhadap peranan manusia/individu dalam dunia hubungan internasional, berbeda dengan pendekatan realis dan liberal yang lebih melihat bahwa aktor internasional memiliki kemiripan perilaku dalam tindakan mereka. Dalam hal ini, Konstruktivisme sendiri memiliki beberapa asumsi dasar seperti konsep anarki, kekuasaan, kepentingan, ataupun hubungan agen-struktur (Rosyidin, 2015).

Dijelaskan di dalam teori Konstruktivisme, terdapat dua perbedaan, yaitu antara pihak modernisme dan post-modernisme. Meskipun demikian, kedua sisi tersebut berusaha untuk memberikan penjelasan melalui tiga dalil ontologis tentang kehidupan sosial. Pertama, untuk menjelaskan bahwa struktur dapat membentuk tingkah laku atau langkah yang diambil suatu aktor politik, baik itu negara ataupun individu (Burchill, et al., 2005).

Terdapat tiga hal yang membuat Konstruktivisme berusaha mempertahankan struktur di dalam teori ini.

  1. Pihak konstruktivis melihat bahwa sumber daya material hanya dapat menjelaskan tindakan suatu individu melalui struktur yang terdapat pembagian gagasan di dalamnya, yang juga melihat di mana suatu individu tersebut berada.

  2. Pihak konstruktivis menekankan pentingnya struktur normatif dan gagasan, karena hal tersebut lah yang membentuk identitas sosial dari aktor-aktor politik. Sama seperti normanorma yang terdapat dalam dunia akademik membentuk identitas seorang profesor, norma-norma dari sistem internasional pun membentuk identitas sosial dari pada suatu negara yang berdaulat (Burchill, et al., 2005).

Dalil kedua yang dikemukakan oleh Konstruktivisme adalah, dengan memahami bagaimana struktur non-materi membentuk identitas suatu aktor merupakan hal yang penting, karena identitas dapat menghasilkan kepentingan, yang pada akhirnya akan berbuah pada tindakan aktor tersebut. Konstruktivisme melihat bahwa dengan memahami bagaimana suatu aktor membangun kepentingannya merupakan hal yang penting, agar Konstruktivisme dapat menjelaskan fenomena politik internasional yang sangat luas, berbeda dengan pihak rasionalis dalam beberapa hal tidak mempedulikan atau gagal memahami suatu fenomena politik internasional.

Dalam dalil ketiga, Konstruktivisme melihat bahwa baik agen maupun struktur memiliki sifat yang saling membentuk. Struktur normatif dan gagasan, dalam Konstruktivisme, membentuk identitas dan kepentingan suatu aktor, tetapi struktur tersebut tidak akan tercipta apabila aktor-aktor tersebut tidak melakukan sesuatu hal yang membentuk suatu struktur tersebut.

Dalam melihat anarki, pendekatan Konstruktivisme menilai bahwa anarki merupakan hasil dari pemikiran aktor terhadap suatu permasalahan atau suatu isu, tidak hadir begitu saja. Selain konsep anarki, kekuasaan merupakan salah satu konsep yang mendasari pendekatan Konstruktivisme. Konstruktivis melihat bahwa bukanlah hal yang bersifat materi yang menjadi poin utama dalam kekuasaan, tetapi lebih kepada gagasan. Konsep lainnya adalah konsep kepentingan.

Konstruktivisme merupakan sebuah sudut pandang baru dalam ilmu hubungan internasional yang mempertanyakan metode ilmiah realisme dan liberalisme. Teori ini pertama kali ditulis oleh Onuf namun di telaah secara lebih mendalam oleh Alexander Wendt. Dalam teori ini, Wendt mencoba untuk mengembangkan jalur pemikiran tengah antara rasionalis dan reflektivis. Selain itu Wendt juga mencobah menelaah teori ini dari sudut pandang epistemologi positivis dan ontologi positivis. Konstruktivisme Wendt berargumen bahwa sistem internasional adalah hasil dari konstruksi yang pada akhirnya memiliki nilai sosial, norma, dan asumsi sesuai dengan yang diimbuhinya.

Teori Konstruktivis ini secara singkat menjelaskan beberapa hal. Pertama ide dari perspektif ini memberikan pemahaman konteks yang lebih luas daripada satu pengertian saja. Artinya dalam memandang suatu kasus, konstruktivis tidak melakukan generalisisasi dan terpaku pada asumsi-asumsi yang kaku.

Kedua, konstruktivis menekankan pada dimensi sosial yang terdiri dari norma, nilai dan aturan yang disebarluaskan. Sebagai contoh, konstruktivisme menjelaskan bagaimana pemikiran Gorbachev menjadi dasar bagi berakhirnya perang dingin atau bagaimana aktor-aktor yang memiliki budaya dan nilai yang berbeda memiliki kebijakan yang berbeda.

Ketiga, konstruktivis berargumen bahwa politik internasional merupakan dunia yang dibentuk. Argumen ini menantang ide ‘struktur’ yang dijelaskan oleh teori neorealis dan neoliberal. Dengan argumen ini, konstruktivisme menjelaskan bagaimana proses interaksi akhirnya yang membentuk struktur tersebut. Alexander Wendt juga berpendapat bahwa dalam proses konstruksi, aktor-aktor yang ada juga tidak lepas dari pembentukan identitas yang dipertajam oleh budaya, sosial, dan situasi politik di mana mereka terlibat.

Struktur merupakan salah satu pembahasan yang cukup penting bagi konstruktivisme yang membedakan dirinya dengan perskpektif rasionalis. Para rasionalis memandang struktur adalah kumpulan kompetisi dan distribusi kapabilitas. Struktur lah yang mendesak perilaku para aktor di dalamnya. Oleh karena itu, tindakan paling rasional bagi para aktornya ialah memaksimalkan kepentingannya.

Berbeda dengan pandangan rasionalis, konstruktivisme berfokus pada norma dan pengertian tentang suatu aksi. Struktur tidak hanya mendesak perbuatan aktor, namun struktur merupakan identitas dari aktor itu sendiri. Apa yang rasional tergantung dari apa yang sah ( legitimate ). Apa yang sah tergantung dari norma dan nilai yang berlaku di dalam diri individu atau organisasi tertentu. Di sini, berlaku intersubjektivitas. Oleh karena itu disimpulkan bahwa tindakan para aktor didasarkan pada logic of appropriateness .

Menurut para konstruktivis lagi, hubungan yang terjalin oleh para aktor dalam ilmu hubungan internasional adalah hubungan yang saling membangun ( mutually constituted ). Mereka melihat hubungan antara agen dan struktur dan bagaimana struktur mempengaruhi aktor dan sebaliknya. Proses hubungan ini, seiring berjalannya waktu, terus berevolusi dan hasil akhirnya sangat dipengaruhi oleh situasi budaya, sosial, dan politik. Hal inilah yang dalam tulisan Wendt disebut knowledgeable practices constituted subject di mana seorang aktor berubah menjadi subjek ketika muncul saling pengertian di antara mereka. Hal ini pula yang Wendt personifikasikan dalam kisah Alter Ego.