Bagaimana tanggapan kalian dengan "wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya berakhir di dapur dan mengurus anak"?

gambar

Wanita memiliki hak yang sama dengan pria dalam hal akses pendidikan tinggi.

Sekedar ingin menambahkan saja, urusan dapur dan anak sudah sepatutnya menjadi hak-kewajiban suami istri. Suami tidak ada salahnya memasak atau mencuci piring dan mengganti popok serta memandikan anak. Pembagian peran gender maskulin dan feminin yang kaku hanyalah konstruksi sosial dan saya rasa sudah ketinggalan zaman.

Mengapa wanita HARUS sekolah setinggi-tingginnya?

Wanita yang mengenyam pendidikan tinggi jelas memiliki perspektif berbeda ketika membangun rumah tangga, hal ini juga berlaku pada pria. Pembelajaran di pendidikan tinggi jika dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ilmu, bukan hanya mengejar gelar semata, akan dapat menurunkan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Hal ini karena ilmu pengetahuan pada masa kini membuka perspektif bahwa kedudukan manusia adalah setara. Emansipasi wanita yang sudah lahir lebih dari seratus tahun lalu membuka mata kita semua bahwa kesetaraan gender adalah takdir manusia.

Pendapat wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya berakhir di dapur dan mengurus anak, saya rasa hanyalah upaya dari tradisi patriarki dalam mempertahankan hegemoni dan status quo. Pendapat itu sudah jelas bertujuan menjegal wanita untuk melangkah maju. Wanita dalam perspektif tradisi patriarki yang dibangun oleh agama dan budaya tertentu selalu ditempatkan dalam posisi underprivileged. Betty Friedan (1921–2006) mengatakan jika tujuan dari feminisme adalah membebaskan wanita dari pembagian peran gender yang opresif. Keadilan gender harus dapat memastikan tidak ada satu pihak yang dirugikan secara sistematis. Hal ini artinya hak-hak pria dengan sendirinya juga sudah menjadi hak wanita.

Lalu Setujukah kalian dengan pendapat yang Mengatakan Bahwa " Wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya berakhir di dapur dan mengurus anak" ?

3 Likes

kodrat wanita hanya 3,datang bulan, hamil, dan, menyusui. aku sangat tidak setuju dengan statement wanita tidak perlu sekolah tinggi karena nantinya hanya berakhir didapur dan mengurus anak. berdasarkan penelitian kecerdasan terbaik berdasal dari ibu. nah inilah mengapa kita wanita memerlukan pendidikan yang tinggi sebagai peran mencerdaskan generasi selanjutnya. rumah merupakan tempat pendidikan pertama, pendidikan karakter dan dasar kita dapatkan dirumah. jika seorang ibu tidak memiliki pengetahuan yang luas, bisa dibayangkan saja karakter anak-anaknya baagaimana.
Namun, banyak anak yang berprestasi berasal dari latar belakang orang tua yang tidak berpendidikan. apakah statement wanita berpendidikan tinggi menciptakan generasi yang cerdas dipatahkan dengan peristiwa itu?

Sebagai seorang lelaki dan calon kepala rumah tangga, aku tidak setuju dengan statement tersebut. Menurutku kebebasan berkarir bagi seorang wanita adalah hal yang wajib. Selama bisa menjalankan fungsi serta kodratnya sebagai seorang istri dan juga ibu, fine fine aja menurutku. Kemudian, seorang ibu itu adalah “guru” pertama dari seorang anak. Ibu lah yang nantinya akan menerapkan berbagai pelajaran kepada anaknya. Toh, banyak juga wanita diluar yang sukses dengan karirnya tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang istri dan juga sebagai seorang ibu.

sebagai seorang wanita yang sedang mengenyam sebuah pendidikan tinggi, saya tidak setuju mengenai statement bahwa serang wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. sebab, saya sedang sekolah tidak semata mata hanya untuk memiliki gelar saja, akan tetapi saya sedang mencari ilmu agar saya menjadi wanita yang sedikit banyak memiliki pengetahuan. pengetahuan ini yang nantinya menjadi bekal untuk menjadi seorang istri dan ibu. ketika kita sudah berumah tangga, tugas seorang wanita bukan hanya mengurus rumah, akan tetapi mengurus anak juga. yang dimana kita memiliki tugas untuk menjadi tempat pendidikan pertama dan membangun sebuah karakter bagi seorang anak, jika kita menjadi seorang ibu yang memiliki pengetahuan lebih, setidaknya kita akan memberikan pemahaman terbaik kepada anak, menyaring informasi sebelum mengajarkan kepada anak dan memberikan pengajaran terbaik di rumah.

Aku pribadi ga setuju dengan statement “Wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya berakhir di dapur dan mengurus anak”, karena tujuan dari menempuh pendidikan itu semata-mata bukan hanya untuk memperoleh gelar ataupun ijazah tapi ilmu yang nantinya akan meningkatkan kualitas diri dari berbagai aspek kehidupan. Lagipula, ilmu yang kita dapatkan saat mengenyam pendidikan itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya pada sebuah profesi. Selain itu, ilmu juga sangat penting untuk mendidik seorang anak saat sudah berumah tangga, karena seperti yang kita tahu bahwa pendidikan pertama seorang anak dan kepribadiannya diawali oleh interaksi pada lingkungan keluarganya. Hal tersebut didukung oleh pendapat menurut Baumrind dalam Rakhmawati (2015) yang menyatakan bahwa pola asuh orangtua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orangtua dan anak yang dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.

Summary

Rakhmawati, Istina. 2015. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak. Jurnal Bimbingan Konseling Islam: 6(1)

Menurut saya ini dikembalikan ke Jodoh wanita yang ia pilih, jika memang perempuan juga ikut mencari nafkah apakah pria nya bisa ikut mendidik anak?

Jika pria nya tidak bisa dan masih memiliki pemikiran old seperti diatas, mungkin wanita nya harus mencari pria yang sepemahaman dengan pemikirannya dengan wanita, dan menjaga komunikasi sehingga mengurusi anak menjadi tanggung jawab berdua

Saya sendiri tidak setuju dengan pendapat tersebut. Memang benar, seorang wanita sudah kodratnya untuk memiliki anak, suami, dan membangun keluarga yang harmonis. Seorang wanita harus bisa menjadi ibu yang baik untuk anak anaknya, oleh karena itu wanita sangat dianjurkan untuk memiliki ilmu dan akhlak yang baik agar bisa diturunkan ke anak anaknya. Karena menurut penelitian, kecerdasan seorang anak diturunkan dari ibunya. Jadi, statement bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi sangat salah. Justru dengan ilmu yang didapatkan nanti akan membentuk generasi baru yang cerdas. Namun perlu ditekankan bahwa tidak selalu ilmu itu dapat diperoleh dari sekolah saja, melainkan dapat diperoleh dari manapun dan kapanpun.
Selain itu, untuk urusan mengurus dapur dan anak, saya rasa itu bukan hanya tugas dari perempuan saja namun juga tugas laki laki juga. Tidak semua urusan rumah tangga dilimpahkan pada istri saja, sebagai suami yang bertanggung jawab seharusnya juga menyadari akan hal tersebut.

Wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya berakhir di dapur dan mengurus anak? Well, bisa dibilang itu statement yang paling menyebalkan hahaha. Dimana (sebagian besar) orang masih punya pikiran seperti itu, tapi banyak juga orang-orang yang di masa kini sangat kontra dengan statement tsb.Tidak jarang aku mendengar beberapa oknum yang bicara, “wanita itu harus bisa masak, wanita harus menghandle segala pekerjaan rumah, wanita harus melayani suami dengan baik blablablabla”. Padahal, menurutku, hal basic seperti itu (memasak, bersih-bersih, dll) berlaku untuk seluruh gender, tanpa batasan apapun. Cukup menyedihkan bahwa realitanya sebagian besar orang di lingkungan kita masih berpendapat seperti itu.

Jujur saya sebagai wanita tidak setuju dengan statement seperti ini, berkaitan juga dengan gender yaa kondisi yang dapat terjadi pada laki laki dan juga perempuan, bahwa apakah dalam mengurus anak dan dapur semuanya harus diberikan pada wanita? Nyatanya tidak mengurus anak harus adanya kerja sama antara perempuan dan laki laki agar tumbuh kembang sang anak baik. Untuk urusan dapur, memangnya kenapa jika laki laki memasak. Bukankah para chef juga adalah laki laki. Hal hal seperti ini yang harusnya dihilangkan bahwa mengurus anak, memasak, mencuci itu tidak hanya dikerjakan oleh perempuan laki laki pun bisa mengerjakannya. Itu hanyalah sebuah pekerjaan umum yg semua org harus bisa kerjakan

Hmm padahal chef juga sekolah tinggi-tinggi supaya bisa berakhir di dapur…
Tapi oke, saya tahu bukan itu maksudnya ya hehe

Menurut saya, semua orang apapun gendernya memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam bidang pendidikan dan karier. Konsep patriarki yang sudah usang pada abad-21 ini mengkotak-kotakkan peran kedua gender: pria bekerja mencari nafkah, wanita tinggal di rumah mengurus rumah tangga. Saya tidak setuju dengan pembatasan semacam ini. Biarlah dengan hak nya masing-masing, tiap orang memilih jalan hidupnya sendiri.

kalau aku tidak setuju ya dengan statement “wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya berakhir di dapur dan mengurus anak”. Kurang lebih hampir sama dengan tanggapan teman-teman yang lain bahwa era teknologi seperti saat ini sudah tidak berlaku lagi istilah “derajat pria lebih tinggi dari wanita”, dengan adanya kesetaraan hak ini tidak menutup kemungkinan seorang wanita bisa menjadi ibu yang baik, wanita karir, teman, ataupun istri yang mampu memberikan solusi permasalahan keluarga. Semua bisa dilakukan. Dan juga perlu diingat bahwa kecerdasan seorang anak sangat bergantung pada kemampuan intelektual sang Ibu. Oleh karena itu, wanita perlu mengenyam pendidikan setinggi mungkin agar dapat menghasilkan generasi yang cerdas dan dapat diandalkan oleh lingkungannya.

Saya setuju dengan pendapat teman-teman diatas, saya sebagai perempuan tidak menyetujui statement tersebut. Semua orang baik laki-laki ataupun perempuan, pria ataupun wanita, memiliki hak yang sama dalam mengenyam pendidikan yang tinggi. Perempuan yang semakin tinggi pendidikannya akan mendorong ia untuk mendapatkan pekerjaan yang layak sebagaimana kemampuan dan keterampilan yang telah ia pelajari di lembaga pendidikan. Berpendidikan tinggi juga membuka jalan untuk memperoleh kebebasan finansial, meski menjadi ibu rumah tangga. Sehingga tidak perlu nungguin uang suami untuk membeli apa yang diinginkan, dan mempunyai power atau kekuatan dalam pengambilan keputusan rumah tangga.

Hal ini juga benar bahwa

Lagipula, urusan dapur dan anak kan bukan hanya kewajiban dari pihak perempuan, itu kewajiban dan tanggung jawab bersama.

Saya kurang setuju dengan tanggapan perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, Karena menurut saya pendidikan itu sangat penting untuk perempuan ataupun pria karena semua memiliki hak yang sama dan perempuan berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan perempuan dan pria adalah setara.

Aku sebagai seorang perempuan kalau mendengar statement seperti itu pasti bakalan kesal, karena budaya yang terlalu mengkotak-kotakkan peran gender ini udah sangat mengganggu. Saat ini sudah bukan masanya untuk membatasi kegiatan dan tindakan seseorang berdasarkan gendernya. Aku sangat setuju dengan pernyataan dibawah, dimana

Menurutku kebebasan seorang wanita dalam hal akses pendidikan tinggi itu penting karena pendidikan yang tinggi juga dapat meningkatkan kualitas diri seorang individu. Ilmu yang didapatkan pun tidak hanya digunakan dalam profesinya saja, pasti akan sangat berguna untuk diterapkan dalam kehidupan bersama keluarganya kelak.

Saya kurang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Sebab Ibu, adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak. Orang yang pertama kali mengajari anak bukannya guru, melainkan orang tua. Apalagi Ibu yang paling dekat dengan anak ketika Ayah pergi bekerja. Didikan Ibu sangat berpengaruh bagi karakter yang dibawa anak ketika mereka sekolah nanti.
Ketika sudah berumah tangga nanti seorang Ibu bukan hanya bertanggung jawab terhadap dapur dan perut anak-anak maupun suami mereka. Tetapi juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan. Manajemen keuangan yang baik akan sangat dibutuhkan dalam rumah tangga. Memang perguruan tinggi bukanlah penentu apakah seorang perempuan bisa menjadi seorang Ibu yang baik. Tapi, dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi setidaknya ilmu pengetahuan maupun pengalaman pasti lebih banyak didapatkan.

Ketika kita (khususnya kaum wanita) mendengar argumen yang menyatakan bahwa “wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya berahir di dapur dan mengurus anak” saya yakin mayoritas dari kami akan sangat tidak setuju. Di zaman yang maju dan modern seperti saat ini budaya patriarki sudah ditinggalkan karena yang perlu kita pahami dan ingat bahwa pendidikan itu tidak memandang gender. Individu manapun memiliki hak yang sama dan tidak ada diskriminasi, sehingga kesempatan setiap individu dalam menuntut pendidikan merupakan bagian dari kebebasan mereka sendiri.

Setelah membaca pendapat teman-teman diatas, mayoritas mengatakan mereka tidak setuju dengan statement tersebut. Yup, saya juga sependapat dengan mereka.

Sebagai seorang wanita yang sedang menempuh pendidikan tinggi, saya sangat tidak setuju dengan statement tersebut. Namun, dalam masyarakat terkadang masih ada segelintir pemikiran seperti itu. Hal tersebut tidak dapat ditampik karena memang dahulu wanita hanya terbatas pada dapur, kasur, dan sumur. Seiring perkembangan zaman, tentu saja hal tersebut akan semakin berbeda juga. Menurut saya, berpendidikan tinggi tidak hanya sebatas pada gender saja, laki-laki atau perempuan. Semua gender dapat menempuh pendidikan tinggi apabila mereka ingin.

Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Jadi, tidak peduli kamu perempuan ataupun laki-laki, kita semua berhak untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Mimpi sebesar-besarnya.

Saya sangat setuju dengan pernyataan ini, karena yang saya lihat disekitar saya sendiri, orang-orang yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bersekolah lebih tinggi dengan orang-orang yang bersekolah tinggi sangat jelas perbedaan dari segi pola pemikirannya. Contoh saja, mereka mudah termakan hoax bahkan mengendalian emosi yang buruk.

Dan untuk pernyataan bahwa, percuma sekolah tinggi nanti juga ujungnya akan berakhir di dapur. Well, atleast ketika kita sekolah tinggi kita bisa memiliki berbagai pandangan terhadap suatu hal, sehingga kita bisa lebih bijak lagi dalam bersikap ketika menghadapai dan mengatasi sebuah masalah. Karena menurut saya, sekolah tinggi bukan hanya untuk mendapatkan gelar, tapi juga untuk mendapatkan sebuah pengalaman dan berbagai sudut pandang baru yang dimana hal ini tidak akan kau dapatkan jika tidak mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Masalah orang lain akan berkata “percuma” biarkanlah saja. Mereka bisa berkata percuma karena mereka tidak mengerti betapa worth dan serunya ketika kita bisa lebih memahami banyak hal.

Saya tidak setuju dengan pernyataan bahwa Wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena nantinya hanya berakhir di dapur dan mengurus anak"

Sebenarnya pemikiran seperti ini masih menjamur di Indonesia, terutama di masyarakat pedesaan. Menurut saya, semua orang memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan, terlepas dari apa gender, ras, suku dan agama karena berdasarkan Declarations of Human Rights yang di proklamirkan PBB tahun 1948, pendidikan adalah Hak Asasi Manusia (HAM) dan semua orang berhak mendapatkannya
Jika kita masih menomorduakan perempuan dalam hal apapun termasuk pendidikan, menurut saya ini merupakan salah satu kemunduruan berfikir. Karena perempuan adalah bagian dari suatu peradaban, jika ingin memajukan peradaban maka kita tidak bisa hanya condong pada satu sisi seperti “pendidikan tinggi hanya untuk laki-laki”

Pendidikan bisa membantu perempuan untuk =

  1. Meningkatkan derajat mereka
  2. Mengeluarkan mereka dari kemiskinan, karena dengan pendidikan mereka bisa mendapatkan kesempatan berkarir lebih luas
  3. Membantu mereka untuk mengambil keputusan sendiri, karena pendidikan merupakan bagian kegiatan menyerap ilmu dan informasi-informas baru, inilah yang akan membantu perempuan mempertimbangkn suatu keputusan dengan matang

Berdasarkan data Education for All Global Report tahun 2013, perempuan di negara Pakistan yang punya pendidikan tinggi di dalam pekerjaan mereka mendapatkan gaji 95% lebih besar daripada yang tidak berpendidikan, dan income tersebut bisa membantu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mereka sendiri. Dari bukti ini bisa dilihat betapa pentingnya pendidkan bagi perempuan, bukan hanya untuk mereka sendiri tapi untuk keluarga mereka.

Meskipun pada nantinya perempuan akan memiliki keluarga dan mengurus anak, setidaknya dengan pendidikan tersebut perempuan dapat mendidik anak mereka, mengajari anak mereka karena perempuan adalah sekolah bagi anak-anak mereka. Ibu yang terdidik dan cerdas akan paham bahwa apa yang diajarkan kepada anak akan sangat berpengaruh kepada perkembangan anaknya kelak
Setiap wanita harus menanamkan mindset “Dari rahim seorang wanita yang cerdas, lahirlah generasi-generasi emas yang cerdas pula” degan menanamkan pemikiran tersebut, meskipun seorang perempuan tidak dapat mengenyam pendidikan tinggi secara formal, dia akan terus memupuk diirinya dengan informasi yang berguna bagi dirinya sendiri, orang lain atau bahkan untuk anaknya kelak

1 Like

Saya sebagai pria tidak setuju dengan statement tersebut. Menurut saya dalam berpendidikan tidak ada batasan, pria maupun wanita memiliki hak untuk menuntut pendidikan setinggi apapun. Mau berakhir sebagai wanita karir atau ibu rumah tangga, tidak ada pendidikan tinggi yang sia-sia bagi wanita. Dari sebuah website yang saya baca, dapat saya simpulkan kalau pendidikan tinggi itu tak hanya sebagai jembatan, tetapi tempat kita menimba ilmu, membentuk pola pikir, yang pastinya sangat berguna bagi diri sendiri dan orang lain.