Bagaimana tanggapan anda mengenai sinetron di Indonesia saat ini?

Nonton Sinetron

Seperti yang kita lihat marak sekali sinetron sinetron yang kurang mendidik bagi masyarakat dan tidak memiliki manfaat apapun oleh karena itu saya ingin melihat tanggapan kalian mengenai hal tersebut dan silahkan memberi solusi agar sinetron di Indonesia bisa memberi manfaat yang baik bagi masyarakat.

8 Likes

Menurut informasi yang saya dapatkan dari guru saya, pemroduksi film sinetron di Indonesia pernah diberi pertanyaan mengapa dia memproduksi sinetron-sinetron yang tidak bermanfaat?, pemroduksi sinetron pun menjawab bahwasannya masyarakat Indonesia itu suka dengan mimpi - mimpi belaka, mereka lebih senang melihat tayangan-tayangan yang mengandung mimpi - mimpi keberuntungan, suatu takdir yang khayal, yang mungkin akan menjadi kenyataan hanya sepersekian persen.

Oleh karena itu sinetron-sinetron yang tidak masuk akal itu banyak di konsumsi dan digemari oleh masyarakat Indonesia, seakan-akan membuat mindset warga Indonesia menginginkan hidup seperti di sinetron. Tak sedikit pula anak-anak kecil berbondong - bondong menyukai sinetron dan itulah yang merusak pola pikir masyarakat dari masa kecil.

Solusi yang bisa kita lakukan sebaiknya mencegah anak-anak kecil menonton tayangan-tayangan yang tidak mendidik, kita harus berupaya untuk menyaksikan tayangan yang memiliki manfaat seperti pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu yang mendidik. Kita mulai dari kelompok masyarakat terdekat yakni keluarga, memperingati adik-adik kita, dan memberikan contoh yang baik kepada mereka.

6 Likes

Lebih banyak hal negatifnya dibanding dengan hal positif dari sinetron yang kian merajalela, dan kondisi ini terus saja terjadi. Tidak sedikit pula dampak buruk yang terjadi dengan sinetron yang ada saat ini, khususnya bagi anak-anak di bawah umur. Karakter, perilaku, pola pikir anak-anak sudah digiring menuju hal-hal yang negatif.

Bisa kita lihat dengan mudah oleh semua orang perilaku negatif anak-anak akibat dari tontonan yang tak berkualitas, salah satu contohnya adalah aksi dua bocah berciuman meniru adegan sinetron. Sungguh miris melihat fenomena seperti ini, masa anak-anak dan remaja mereka diisi dengan hal yang negatif, lalu bagaimanakah generasi penerus bangsa kita jika fenomena ini semakin marak terjadi?

Dengan konten-konten yang cenderung negatif seperti itu, stasiun-stasiun televisi nasional yang menyiarkan dituntut untuk lebih mengkaji lebih dalam tentang apa-apa yang akan disiarkan ke masyarakat luas, apakah hanya mementingkan kepentingan golongan maupaun sekolompok orang saja atau kepentingan bangsa khususnya generasi muda penerus bangsa?.

Selain itu pemerintah sebagai regulator harusnya terlibat aktif dan mengambil perannya untuk memastikan konten-konten yang tersebar ke masyarakat tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, tidak hanya aktif namun harus tegas membersihkan tayangan-tayangan yang tak mendidik.

Terakhir, bagi orang tua yang tak ingin buah hatinya terkontaminasi dengan jejalan konten-konten negatif seperti ini untuk memberikan pemahaman, pendidikan dan nasihat yang bijak guna mencegah anak-anak masuk ke dalam lubang bahaya akibat sinetron yang tak bertanggung jawab.

4 Likes

Berdasarkan dari fungsi awalnya sinetron itu sifatnya adalah hiburan semata dan masalah banyak anak kecil yang menonton sinetron tentang percintaan saya kira itu salah orang tuanya dikarenakan kurangnya pengawasan tentang tontonan sang anak di televisi khususnya sinetron sudah menampilkan content usianya. Jadi harusnya bisa membatasi tontonan dengan batas usia anak tersebut.

Kalo masalah "memberi manfaat yang baik bagi masyarakat " saya pikir sinetron sudah menghibur sejumlah masyarakat tapi dari segi pendidikan moral yang diberikan oleh sinetron saya kira kurang.

6 Likes

Sinetron di Indonesia saat ini semakin banyak, dan yang menyedihkan adalah tidak ada unsur mendidik. Disitu hanya tempat promosi, dan itu hanya menguntungkan pihak yang berkepentingan. Tidak ada pesan moral, mulai dari cara berpakaian tata krama bahasa yang digunakan tidak mengajarkan untuk sopan santun bahkan mendidik. Karena mengikuti perkembangan zaman maka hal-hal seperti itu sudah di tinggalkan.

Saat menonton sinetron juga hendaknya di dampingi oleh orang tua agar dapat menjelaskan mana yang baik dan mana yang tidak. Sangat miris melihat anak SD saja sudah mengerti hubungan pacaran dan menggunakan layaknya orang dewasa. Padahal anak-anak adalah masa bermain dan belajar belum saatnya untuk memikirkan hal-hal tersebut. Lihat saja lagu anak-anak seperti dahulu tidak ada. Anak sekarang lebih mengerti lagu bertema romantis, mengerti istilah galau. Kenapa disini di bahas anak-anak karena dari anak-anak sampai remaja masih labil mencari jati diri mudah terpengaruh.

Inilah sinetron di Indonesia banyak dampak negatifnya, saya sarankan hendaknya bijaklah dalam memilih tontonan.
Terima Kasih :wink:

4 Likes

Topik ini sudah lama, tetapi masih menarik saya untuk ikut memberi pandangan. Sebagaimana keresahan terhadap sinetron pada tahun 2016 (saat topik ini dibuat), sinetron saat ini tidak memiliki banyak perubahan. Jujur, terakhir saya benar-benar mengikuti (menonton rutin) sinetron itu berjudul Arti Sahabat, tentang persahabatan dan percintaan anak sekolahan. Dan lihatlah, masih begitu banyak sinetron saat ini yang juga bertema sekolahan dan ceritanya 12-13 satu sama lain. Mirisnya, meski bertema sekolahan, fokusnya bukan pendidikan (bahkan mungkin tidak ada ke arah situ sama sekali), melainkan hanya kehidupan percintaan para remaja yang terlalu menye-menye aka didramatisasi. Selain kehidupan percintaan anak sekolahan, tema lain yang hampir itu-itu saja juga cerita klise antara si kaya dan si miskin, lalu kehidupan rumah tangga yang seakan penuh konflik untuk memberi pesan moral kepada penonton, tetapi pergerakan ceritanya begitu lambat dan bertele-tele alias tidak ada fokus.

Sepertinya, produser—dan semua pihak terlibat dalam memproduksi sinetron—tidak terlalu mementingkan kualitas produksinya, yang penting pasarnya masih ada. Sinetron keluarga yang menguras emosi biasanya banyak ditonton ibu-ibu (meski tetap sambil misuh-misuh sendiri nontonnya, tetap juga ditonton), sinetron anak sekolahan biasanya ditonton ABG atau remaja yang belum bisa memilih dan memilah tontonan, jadi memang pasarnya masih ada sehingga sinetron tetap bertahan meskipun kualitasnya menurun. Belum lagi yang menghujat, menjadikannya meme, secara tidak langsung ikut mempromosikan sinetron itu sendiri, pun menandakan masih banyak juga ternyata yang menaruh perhatian pada sinetron meskipun dalam sisi negatifnya.

Untuk anak-anak yang lebih akrab dengan televisi, mestinya orang tua tetap memantau tontonan mereka, masih ada tayangan yang bisa mendidik dan sesuai dengan anak-anak, jangan biarkan sinetron menjadi konsumsinya. Selain bukan saatnya, manfaatnya juga samar—malah mungkin lebih banyak hal negatifnya. Untuk yang tidak suka, cukup tidak usah ditonton, tidak perlu memberi “panggung” terhadap hal yang buruk menurut kita.

Terakhir, saya selalu bermimpi sinetron kita bisa bersaing dengan serial luar. Saya suka berangan-angan sinetron akan punya cerita yang punya fokus dengan episode belasan atau maksimal puluhan saja, agar fokus cerita tidak melebar ke mana-mana. Tidak usah muluk-muluk dulu punya produksi dengan sinematografis apik, penggunaan CGI mulus, dll.), yang penting kualitas cerita bisa diperbaiki dan meningkat, tidak hanya memberi hiburan, tetapi juga pelajaran bagi penontonnya.

2 Likes

Kalau dikata sinetron adalah proyeksi yang membuat masyarakat menjadi terbelakang atau tertinggal, menurut saya pendapat itu harus dikaji kembali. Sinetron pun tidak bisa dijadikan alasan bahwa itu merusak ataupun mereduksi pemikiran masyarakat. Saya lebih cenderung mendukung bahwa sinetron adalah sebuah instrumen untuk merelaksasikan otak-otak yang telah lelah bekerja seharian. Kok bisa?

Sistem pemikiran kita tidak abadi untuk dipekerjakan terus menerus. Kita memiliki dua sistem pemikiran, yakni sistem akal sehat dan sistem akal bawah sadar. Ini adalah persoalan psikologi. Ketika orang-orang sudah lelah dalam kesehariannya misalnya telah seharian bekerja, orang-orang tersebut membutuhkan semacam “pendingin” dalam sistem akalnya. Akal sehat yang telah ia gunakan seharian akan berdampak pada akal bawah sadar manakala itu dibiarkan bekerja terus menerus karena sifat akal sehat selalu memberontak untuk menerobos akal bawah sadar. Jika semua kepenatan dalam keseharian tidak direlaksasikan, semua itu akan berdampak fatal pada psikis seseorang. Terlebih kalau orang tersebut lebih nyaman menonton sinetron sebagai alat relaksasi pikiran daripada lainnya.

Tidak ada permasalahan dalam sinetron yang dipertontonkan. Sama seperti film kartun, film bioskop, bermain petak umpet, atau kegiatan hiburan lainnya. Hal paling inti dalam menyikapi sinetron ataupun lainnya adalah “Apakah kita berlebihan dalam melakukan hal tersebut?”

3 Likes

Saya termasuk orang yang percaya pendapat bahwa sinetron adalah ajang pembodohan masyarakat. Bagaimana tidak, dalam sinetron banyak cerita-cerita atau adegan yang tidak masuk akal dan sangat bertentangan dengan kehidupan kita sehari-hari. Misalnya orang miskin yang biasanya tokoh utama selalu terperdaya dan nyaris tak pernah berusaha membela diri, sebaliknya orang kaya akan menjadi tokoh antagonis yang bersikap arogan.

Dan apapun judul sinetronnya tetap saja secara garis besar menceritakan hal-hal serupa. Sinetron keluarga akan menampilkan kisah perselingkuhan, perebutan harta, atau konflik menantu mertua. Begitupun sinetron remaja dapat dipastikan hanya berisi kisah-kisah cinta tidak masuk logika dan pembullyan, hampir tidak pernah ada adegan pembelajaran sekalipun tema sinetron tersebut adalah anak sekolah dan banyak mengambil latar tempat di lingkungan sekolah.

Saya pernah menonton perdebatan antara pemilik rumah produksi sinetron dan perwakilan komnas anak tentang dampak sinerton bagi perkembangan generasi muda. Yang saya tangkap, pembuat sinetron merasa tidak ada yang salah dengan adegan-adegan yang dibuatnya selama masih ada timbal balik negatif (semacam karma) bagi tokoh jahat dan kebahagiaan bagi tokoh baik/protagonis. Sedangkan saya sepemikiran dengan pemerhati anak yang merasa adegan-adegan tersebut secara tidak langsung memberikan contoh kepada anak-anak remaja untuk melakukan hal-hal serupa terutama perilaku yang dicontohkan tokoh antagonis.

saya sendiri sudah lama tidak menonton sinetron dan tidak mengikuti perkembangan sinetron terkini, tetapi sepertinya masih belum banyak perubahan ke arah yang lebih baik.

Dampak buruk sinetron bagi remaja sudah bisa dilihat sekarang, bagaimana anak-anak sekolah cenderung lebih mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan lawan jenis ketimbang berkompetisi dalam hal akademik.

Saya berharap kedepan pemerintah memberikan aturan-aturan tegas terkait hal ini.

2 Likes

Saya tidak sepakat dengan sepakat anda, apakah anda sebelumnya sudah pernah melihat semua sinetron Indonesia? Jika sudah anda baru bisa berfikir seperti itu, karena tidak semua sinetron Indonesia yang kurang berkualitas.

Contohnya sinetron yang lagi rame saat ini “Ikatan Cinta” yang dimainkan oleh Amanda manopo, arya saloka dll. Saya telah mengikuti sinetron tersebut dari awal karena tututan orang rumah yang selalu menonton sinetron tersebut. Sehingga saya memahami alur cerita, akting pemainnya dll.

Menurut saya sinetron tersebut dari segi cerita sangat menarik, bahkan banyak pembelajaran positif yang didapat dari sinetron tersebut. Mulai dari parenting, kesabaran, healing jiwa dll.

Parenting salah satunya adalah cara mendidik mbk Andin (a.k.a Amanda) kepada Reyna sangat menginspirasi ibu-ibu muda. Salah satu adegan yang saya ingat adalah ketika Reyna sedang dimeja makan kemudian memainkan piring dan sendok seakan-akan mencacah makanan mbk Andin langsung menegur dengan cara yang halus, karena hal tersebut tidak baik.

Kemudian untuk psikolog atau healing adegan yang saya ingat adalah ketika mama Rosa depresi dan mbk Andin juga depresi dan dibawa ke psikolog. Disitu dijelaskan terkait penyakitnya bahkan namanya dan cara menangani hal tersebut. Sehingga edukasi yang ditampilkan sangat bermanfaat untuk khalaykan umum, karena pada umumnya orang stress dianggap gila padahal itu bukan.

2 Likes

Baik,izin untuk menanggapi :pray:
Tidak semua sinetron di Indonesia saat ini memiliki hal yang negatif, tetapi juga ada juga hal-hal yang positif nya.
Seperti contoh hal positif dari sinetron film azab kubur orang yang suka ghibah,nah disitu kita bisa memandang bahwa ghibah itu tidak baik dan perbuatan yang kita lakukan itu akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat nanti, disitu kita berpikir positif bahwa kita tidak boleh untuk ghibahin seseorang.
Jadi, tanggapan saya yaitu, sinetron di Indonesia baik,cuma bagaimana saja kita menanggapi sinetron tersebut:) :slightly_smiling_face::pray:

2 Likes

Sinetron indonesia hidup dari iklan. Iklan memilih acara televisi yang banyak diminati oleh penonton.

Artinya, tayangan yang hadir saat ini tidak serta merta muncul tanpa peminat. Berkualitas atau tidak, itulah faktanya kesukaan target pasar tayangan televisi kita. Tidak mungkin sutradara membuat film yang tidak ada penontonnya.

Menanggapi hal tersebut, kembali kepada kita. Kita tidak bisa mengontrol selera orang banyak sehingga kita tidak bisa memaki-maki sinetron yang ada di televisi. Jika hendak mengubah sinetron tersebut, maka selera mayoritas penonton televisi lah yang harus diubah. Selagi hal tersebut sulit untuk dilakukan, sebagai seorang individu, kita hanya bisa mengatur diri kita sendiri. Mencari dan menonton konten-konten yang kita rasa mendidik, berkualitas, dan sesuai dengan taste kita. Itu saja dari saya.

Ngomong-ngomong, saya punya topik diskusi. Mari membahasnya bersama-sabersama-sama :hugs:

Klik di sini>>> Apakah menjadi perefeksionis itu baik untuk self-improvement?

3 Likes

Bagi saya, kebanyakan tontonan sinetron di Indonesia tidak bermoral dan tak bermutu. Seharusnya pemerintah menyaring tontonan ini yang bakal ditayangkan pada publik, lebih baik condong pada tayangan pendidikan atau hiburan yang baik untuk anak-anak.
Correct me if i’m wrong.

2 Likes

Saya bukannya tidak sepakat dengan pendapat tersebut, tetapi pada faktanya tayangan di Indonesia khususnya sinetron sudah memiliki label tayangan seperti R untuk remaja, BO untuk bimbingan orang tua dan lain-lain. Mengenai nilai maupun moral apalagi mutu sebenarnya semua bersifat subjektif.

coba cek definisi moral pada artikel ini>> Apakah yang dimaksud dengan Moral atau Moralitas? - #5 by Sinta_aini

Moral dari suatu budaya bergantung pada kondisi demografi dan prinsip yang dianut oleh masyarakat tersebut. Memang terkadang sinetron memiliki adegan yang tidak masuk akal dan bahkan menggelikan, tapi bisa dilihat pada penjelasan di awal penayangan yang menuliskan pengakuan bahwa cerita yang dibuat hanya fiktif. Maka sudah jelas bahwa sinetron dibuat berdasarkan alur yang dibuat-buat untuk menyenangkan hati penonton.

fiktif
Sumber: MD Entertainment

Sehingga coba kita lihat sinetron sebagai sebatas tontonan, kalau memang tidak sesuai dengan prinsip moral yang dimiliki kita bisa memilih untuk tidak menontonnya dan membuat pamor atau rating sietrn tersebut turun. Ingat konsep bisnis supply and demand, dimana ada permintaan maka akan ada pemenuhan kebutuhan. Selama sinetron yang kita anggap tidak bermoral dan tak bermutu masih memiliki rating yang tinggi, sebenarnya sudah terlihat tingkat moralitas yang sedang ada di sekitar kita :wink:

2 Likes

Agak miris sih kalo lihat sinetron-sinetron yang tayang di televisi saat ini… Kebanyakan berbau-bau romance bahkan pemainnya masih remaja banget di usia anak SMP, tapi genrenya udah yang romance gitu. Sayangnya, hari ini sinetron yang seperti itu yang paling diminati oleh masyarakat jaman sekarang. Mirisnya anak yang masih belia pun terobsesi dengan menonton sinetron yang seperti itu.

Dari sini sebenarnya perlu peran dari pemerintah juga dalam membatasi dan mengontrol tontonan masyarakat, masih banyak nilai-nilai yang lebih urgent diangkat pada tontonan TV. Namun hal yang seperti ini jarang disorot oleh pemerintah. Padahal tontonan televisi bisa memengaruhi pendidikan dan kepribadian anak bangsa.

Begitupun peran orang tua, harus senantiasa mendampingi anak dalam menonton media televisi. Sayangnya orang tua melepas tanggung jawab dalam pendampingan ini, dengan alasan anak kalau dikasih TV bakal lebih anteng daripada main rusuh ke sana ke sini. Semoga persinetronan Indonesia akan menjadi leih baik ke depannya

2 Likes

Saya melihat terdapat unsur lain yang mengakibatkan fenomena ‘bobroknya’ sinetron di Indonesia. Mengutip dari buku Potret Sinetron Indonesia: antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial oleh Labib, berdasarkan wawancara dengan penulis naskah cerita sinetron stripping atau sinetron harian dari sebuah judul ditemukan bahwa pembuatan naskah cerita dilakukan sesuai dengan permintaan pasar dengan persetujuan pemilik rumah produksi. Pasar yang dimaksud adalah penonton dan rating.

Seringkali naskah dibuat hanya beberapa jam sebelum waktu shooting karena pemimpin produksi meminta penggantian cerita sesuai fenomena yang terjadi saat itu. Penulis naskah tidak bisa ‘nandon’ atau membuat naskah untuk alur yang lama karena ide semua berdasarkan arahan pemimpin produksi. Penulis naskah hanya mengembangkan ceritanya (Labib, 2002)

Berdasarkan pernyataan tersebut secara tidak langsung telah menjelaskan mengapa buruknya kualitas sinetron di Indonesia sudah menjadi sebuah skema sistemik. Pembuatan naskah cerita dilakukan kurang dari satu hari maka dapat diketahui bahwa tidak ada proses koreksi dan peninjauan kembali dari naskah yang telah dibuat. Ide cerita juga baru muncul setelah ada arahan dari pimpinan produksi, artinya jalan cerita pembuatan naskah benar-benar berasal dari penonton.

Pada faktanya memang ada sinetron yang berkualitas baik seperti Si Doel Anak Sekolahan yang tayang sejak tahun 1994. Meskipun memiliki jumlah episode yang banyak, penulisan naskah termasuk baik karena kejadian memiliki alur yang jelas serta bagaimana penyampaian pesan dari cerita sinetron tersebut. Tidak seperti pada sinetron pada umumnya yang selalu tiba-tiba tertabrak atau meninggal karena adanya skandal para pemain sinetron tersebut.

“Kalau kita bandingin Si Doel sama sekarang itu kan jauh, ada kualitas di sana. Ada plot yang logis, yang jadi persoalan sekarang itu kan aku menduga ini berkaitan dengan pasar,” kata Muhammad Heychael selaku Direktur Remotivi.

Buruknya kualitas sinetron di Indonesia menjadi hal yang biasa terjadi bahkan hingga saat ini. Kualitas dialog yang mengundang tawa, inkonsistensi plot, karakterisasi yang dangkal, hingga buruknya teknis pengambilan gambar sudah banyak dikritik, kendati opera sabun tetap dicintai banyak orang di republik ini.

Referensi

Labib, Muchsin. 2002. Potret Sinetron Indonesia: antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial. Jakarta: MU Publishing

Dulu saya cuman dilarang nonton tv, sempat nonton tv tapi membantu orang tua jadi malas. Sampai dewasa belum tahu alasan nya. Nah ketika melihat jawaban ini, mungkin di atas alasan yang tepat. Terima kasih ka.

Betul sekali, hari ini produk entertainment diproduksi hanya berdasarkan permintaan saja. Tidak kah mereka melihat bahwasannya banyak sekali nilai/moral pendidikan yang seharusnya diangkat. Di Indonesia sendiri, menurut saya genre romance paling banyak diminati masyarakat. Namun, tingginya minat masyarakat hari ini tidak hanya dibentuk dari masing-masing preferensi individu saja, tetapi dari TV pun sudah menyuguhkan tontonan tsb lebih dulu. Sehingga preferensi masyarakat thd tontonan terbentuk karena apa yang sudah mereka lihat sebelumnya.

Apabila dibandingkan dengan drama korea, menurut saya kualitas drama korea bisa lebih baik dari sinetron Indonesia, karena dari segi naskah dan alur cerita saja mereka prioritaskan kualitasnya. Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan ketika menonton drama korea series dengan bertemakan psikologi, perpolitikan, atau sejarah. Ilmu yang jarang saya dapatkan di sekolah, malah bisa saya dapatkan melalui menonton drama. Seharusnya hal-hal yg spt ini bisa dicontoh oleh tim produksi di Indonesia.

Belum lagi sponsor/iklan yang sering muncul di dalam cerita sinetron tsb. Hal ini menunjukkan bahwa tim produksi memanfaatkan rating untuk terus menerus mendapatkan iklan. Padahal menurut saya iklan yang ada sangat menganggu ketika menonton sinteron tsb.

1 Like

Menurut saya, sinetron di Indonesia saat ini sudah berlebihan. Maksudnya berlebihan karena alur dari sinetron ataupun pemeran aktornya mengikuti budaya dari budaya asing atau luar negeri. Saat ini juga perkembangan teknologi semakin pesat dan cepat, apalagi anak dibawah umur sudah semakin canggih pula ketika sudah memegang teknologi ataupun sosial media. Akan banyak dampaknya jika sampai sinetron dengan budaya asing tersebut terlihat oleh anak yang belum cukup umur. Mereka akan lebih cepat penasaran dan meniru adegan adegan yang tidak semestinya. Berbeda lagi jika masih dalam pantuan orang tua mereka.

gua sebagai penyuka k-drama, saat mencoba untuk nonton sinetron Indonesia saat-saat ini sangat diberikan kesan yang menyedihkan. Hal itu bisa diliat dari value, alur cerita, dan bahkan dari penyampaian setiap adegan yang ditayangkan antara k-drama dan sinetron Indonesia. sinetron indonesia terkesan lebih memaksakan dan memberikan adegan yang kurang pantas untuk di tayangkan di jam saat anak dibawah umur sedang menikmati tayangan televisi.

Sinetron ini sedikit sensitif ketika dibahas karena memang akan menimbulkan banyak pro & kontra yang timbul. karena memang sinetron memang hanya fiktif namun mengapa harus banyak adegan percintaan yang diangkat sedang masih banyak topik yang bisa dibahas.Apa karena itu tuntutan pertelevisian, dan hanya karena tujuan rating? ketika berbicara konsumsi masyarakat pada awalnya juga akan terjadi penolakan diawalnya. Namun efek tayangan sinetron ini secara tidak sadar menggiring opini dan cara pandang kita terhadap pola pikir yang salah. Seakan hal seperti itu jadi wajar dalam hal ini adalah konteks percintaan. Ya semoga tulisan ini terbaca dan sampai pada mereka yang berkuasa agar tidak hanya peduli pada rating namun juga berfikir perihal moril masyarakat kita.