Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss (1996) dalam bukunya ‘Human Communication’ menuliskan analisis Knapp (1984) mengenai siklus hubungan interpersonal yang terdiri dari 10 tahapan, 5 tahap pertama merupakan tahap menuju kebersamaan (coming together) dan 5 tahap berikutnya menuju perpisahan (coming apart).
Knapp menganggap hubungan manusia bersifat sekuensial, suatu tahap mengikuti tahap selanjutnya dengan sedikit kesempatan untuk untuk melompat-lompat. Namun harus diingat bahwa perpindahan tahap itu dapat maju atau mundur. Banyak hubungan berhenti pada suatu tahap tertentu (misalnya tahap penjajagan, penggiatan, atau pengikatan), dan tidak berlangsung lebih jauh lagi.
Siklus hubungan menurut Knapp adalah :
1. Tahap Memulai (Initiating)
Tahap Memulai (Initiating) merupakan usaha-usaha yang sangat awal yang kita lakukan dalam percakapan dengan seseorang yang baru kita kenal. Tujuannya adalah untuk mengadakan kontak dan menyatakan minat. Biasanya komunikasi dilakukan dengan hati-hati dan konvensional.
Contoh:
“Hai, apa kabar?”
“Baik, bagaimana dengan Anda?”
2. Tahap Penjajagan (Experimenting)
Tahap Penjajagan (Experimenting) adalah fase di mana kita mencoba topik-topik percakapan untuk mengenal satu sama lain. Biasanya kita banyak mengajukan pertanyaan dan berbasa-basi. Tujuan komunkasi di sini adalah untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan di antara kedua belah pihak dengan cara-cara yang aman.
Hubungan akan lebih menyenangkan jika dalam tahap ini berhasil dibangun kepentingan-kepentingan yang sama. Suka atau tidak suka, kebanyakan hubungan kita mungkin tidak berlangsung lebih jauh dari tahap ini.
Contoh:
“Oh, jadi Anda senang main ski… Saya juga.”
“Benarkah? Bagus. Di mana Anda biasanya main ski?”
3. Penggiatan (Intesifying)
Penggiatan (Intesifying) menandai awal keintiman, berbagi informasi pribadi, dan awal informalitas yang lebih besar. Perubahan terjadi dalam perilaku komunkasi verbal maupun nonverbal.
Secara verbal, derajat keterbukaan dalam membuka diri lebih besar, misalnya: “Kedua orang tuaku bercerai…” atau “Aku jatuh hati padamu…”, dsb. Perubahan komunikasi nonverbal menjadi lebih intim terlihat dari kedekatan fisik, tangan yang berpegangan, kontak mata yang lebih sering , dsb.
Contoh:
“Aku…aku kira aku jatuh cinta padamu.”
“Aku… aku juga.”
4. Pengintegrasian (integrating)
Pengintegrasian (integrating) terjadi bila dua orang mulai menganggap diri mereka sebagai pasangan. Keduanya secara aktif memupuk semua minat, sikap dan kualitas yang tampaknya membuat mereka unik sebagai pasangan. Mereka mungkin juga melakukan hal itu dengan cara simbolik misal bertukar cincin, menyebut suatu lagu sebagai ‘lagu kita’, dst.
Contoh :
“Aku merasa menjadi bagian dari dirimu…”
"Yah, kita seperti sudah bersatu. Apa yang terjadi padamu terjadi juga padaku.
5. Pengikatan (Bounding)
Pengikatan (Bounding) adalah tahap yang lebih formal atau ritualistik, bisa berbentuk pertunangan atau perkawinan, namun “berhubungan tetap” juga merupakan suatu bentuk pengikatan. Pasangan tsb sepakat menerima seperangkat aturan atau norma yang mengatur hubungan mereka, dan mereka kini lebih sulit untuk berpisah.
Contoh :
"Aku ingin selalu bersamamu.
“Mari kita menikah saja.”
Hubungan manusia mungkin stabil dalam tahap-tahap perkembangan sebelum pengikatan, namun hubungan yang mencapai fase paling akrab pun bisa juga merosot lagi. Hanya saja pada fase paling akrab, perpisahan tidak terjadi begitu saja, melainkan berproses, yang ditandai dengan semakin berkurangnya kontak dan keintiman. Lima tahap berikutnya menggambarkan kemerosotan yang dapat terjadi dalam hubungan yang telah mencapai tahap pengikatan.
1. Pembedaan (Differentiating)
Pembedaan (Differentiating) terjadi bila dua orang menetapkan bahwa mungkin hubungan mereka terlalu membatasi. Sekarang mereka mulai memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan daripada kesamaan kesamaan.
Mereka ingin mengerjakan urusan mereka sendiri-sendiri, dan mulai menekankan individualitas. Fase ini ditandai dengan makin seringnya terjadi perselisihan di antara mereka.
Contoh:
“Aku tidak suka menghadiri keramaian-keramaian besar.”
“Kadang-kadang aku tidak memahamimu. Ini satu perbedaan di antara kita.”
2. Pembatasan (Circumscribing)
Pembatasan (Circumscribing) adalah suatu tahap yang menunjukkan bahwa pasangan mulai mengurangi frekuensi dan keintiman komunikasi mereka. Topik-topik tertentu yang cenderung menimbulkan suasana panas berusaha dihindari.
Sikap mereka menjadi lebih formal seolah-olah mereka tidak mengenal satu sama lain secara baik.
Contoh:
“Apakah tidak apa-apa kalau aku berjalan-jalan sekarang?”
“Aku tak peduli. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan.”
3. Stagnasi (Stagnating)
Stagnasi (Stagnating) menunjukkan kemerosotan hubungan yang semakin jauh sehingga mereka mencoba untuk bertahan dengan alasan-alasan keagamaan atau keuangan, atau demi kebaikan anak-anak, atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan daya tarik terhadap pasangannya.
Komunikasi verbal dan nonverbal semakin menyerupai komunikasi antara orang-orang asing. Hubungan itu sendiri tak pernah dibicarakan lagi.
Contoh:
“Apa yang akan kita bicarakan?”
“OK. Aku tahu apa yang akan kau katakan, dan kau tahu apa yang akan kukatakan.”
4. Penghindaran (Avoiding)
Penghindaran (Avoiding) adalah suatu taktik untuk meminimalkan penderitaan atas pengalaman hubungan yang merosot sama sekali. Perceraian fisik sering terjadi, atau paling tidak walau pun mereka masih tinggal bersama/berdekatan mereka mampu menjaga kontak yang minimum.
Contoh:
“Aku sangat sibuk, aku tidak tahu kapan aku bisa bertemu denganmu.”
“Bila aku tak bisa menerimamu saat kau mencoba menghubungiku, harap maklum.”
5. Pemutusan (Terminating)
Pemutusan (Terminating) adalah tahap final dalam suatu hubungan. Menurut Knapp, pemutusan hubungan bisa terjadi setelah suatu percakapan singkat maupun setelah tumbuhnya keintiman sepanjang hidup. Umumnya, semakin lama dan semakin penting hubungan itu, semakin menyakitkan perpisahan yang terjadi.
Contoh:
“Aku akan pergi…kau tak perlu mencoba menghubungiku lagi.”
"Jangan khawatir…tidak akan pernah