Bagaimana Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak?

image

Perkembangan anak mengacu pada perubahan biologis, psikologis dan emosional yang terjadi pada manusia antara kelahiran dan akhir masa remaja, sebagai individu berlangsung dari ketergantungan untuk meningkatkan otonomi.

Bagaimana Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ?

Berdasarkan beberapa teori, maka proses tumbuh kembang anak dibagi menjadi beberapa tahap (Depkes, 2006), yaitu:

Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).

Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:

  1. Masa zigot/mudigah, yaitu sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.

  2. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Sel telur/ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.

  3. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa janin ini terdiri dari 2 periode yaitu:

    • Masa fetus dini, yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke 2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.

    • Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi organ. Terjadi transfer imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial omega 3 (docosa hexanic acid) dan omega 6 (arachidonic acid) pada otak dan retina. Trimester pertama kehamilan merupakan periode terpenting bagi berlangsungnya kehidupan janin. Pada masa ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obatan, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.

Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka selama hamil ibu dianjurkan untuk:

  • Menjaga kesehatannya dengan baik.
  • Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
  • Mendapat asupan gizi yang adekuat untuk janin yang dikandungnya.
  • Memeriksakan kehamilan dan kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
  • Memberi stimulasi dini terhadap janin.
  • Mendapatkan dukungan dari suami dan keluarganya.
  • Menghindari stress baik fisik maupun psikis.

Masa bayi (infancy) umur 0-11 bulan.

Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:

  1. Masa neonatal, umur 0-28 hari.
    Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah serta mulai berfungsinya organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi dua periode:

    • Masa neonatal dini, umur 0-7 hari.
    • Mas neonatal lanjut, umur 8-28 hari.
  2. Masa post neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
    Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus-menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.

    Selain itu untuk menjamin berlangsungnya proses tumbuh kembang optimal, bayi membutuhkan pemeliharaan kesehatan yang baik termasuk mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, diperkenalkan pada makanan pendamping ASI sesuai dengan umurnya, mendapatkan imunisasi sesuai jadwal serta mendapatkan pola asuh yang sesuai.

    Masa ini juga masa dimana kontak ibu dan bayi berlangsung sangat erat, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.

Masa anak toddler (umur 1-3 tahun).

Pada periode ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik kasar dan motorik halus serta fungsi ekskresi. Periode ini juga merupakan masa yang penting bagi anak karena pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa balita akan menentukan dan mempengaruhi tumbuh kembang anak selanjutnya.

Setelah lahir sampai 3 tahun pertama kehidupannya (masa toddler), pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi kinerja otak mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal hurup hingga bersosialisasi.

Pada masa ini perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.

Masa anak pra sekolah (umur 3-6 tahun).

Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil. Aktivitas jasmani bertambah seiring dengan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir. Pada masa ini selain lingkungan di dalam rumah, anak mulai diperkenalkan pada lingkungan di luar rumah. Anak mulai senang bermain di luar rumah dan menjalin pertemanan dengan anak lain.

Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik.

Masa anak sekolah (6-12 tahun)

Pada masa ini pertumbuhan dan pertambahan berat badan mulai melambat. Tinggi badan bertambah sedikitnya 5 cm per tahun. Anak mulai masuk sekolah dan mempunyai teman yang lebih banyak sehingga sosialisasinya lebih luas. Mereka terlihat lebih mandiri. Mulai tertarik pada hubungan dengan lawan jenis tetapi tidak terikat. Menunjukkan kesukaan dalam berteman dan berkelompok dan bermain dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama tetapi mulai bercampur.

Masa anak usia remaja (12-18 tahun)

Pada remaja awal pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncaknya. Karakteristik sekunder mulai tampak seperti perubahan suara pada anak laki-laki dan pertumbuhan payudara pada anak perempuan. Pada usia remaja tengah, pertumbuhan melambat pada anak perempuan. Bentuk tubuh mencapai 95% tinggi orang dewasa. Karakteristik sekunder sudah tercapai dengan baik.

Pada remaja akhir, mereka sudah matang secara fisik dan struktur dan pertumbuhan organ reproduksi sudah hampir komplit. Pada usia ini identitas diri sangat penting termasuk didalamnya citra diri dan citra tubuh. Pada usia ini anak sangat berfokus pada diri sendiri, narsisme (kecintaan pada diri sendiri) meningkat. Mampu memandang masalah secara komprehensif. Mereka mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis dan status emosi biasanya lebih stabil terutama pada usia remaja lanjut.

Teori-teori Perkembangan Anak


Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

  1. Tahap sensori motor (0-2 tahun).
    Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Pada tahap ini anak mampu mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik. Semua kegiatan yang dilakukan berfokus pada mulut (oral).

  2. Tahap pra operasional (2-7 tahun)
    Anak mampu mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan sesuai dengan pikirannya. Pada saat ini anak masih bersifat egosentris. Pikirannya masih transduktif, artinya menganggap semua sama. Contoh: seorang pria di keluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah. Ciri lain adalah masih berkembangnya pikiran animisme dimana anak selalu memperhatikan adanya benda mati. Contoh apabila anak terbentur benda mati maka ia akan memukul kembali ke arah benda tersebut.

  3. Tahap kongkret (7-11 tahun).
    Anak sudah dapat memandang realistis dan mempunyai anggapan sama dengan orang lain. Sifat egosentris mulai hilang karena ia mulai sadar akan keterbatasan dirinya. Tetapi sifat realistik ini belum sampai ke dalam pikiran sehingga belum dapat membuat suatu konsep atau hipotesis.

  4. Formal operasional (lebih dari 11 tahun sampai dewasa).
    Pada tahap ini anak sudah membentuk gambaran mental dan mampu menyelesaikan aktivitas yang ada dalam pikirannya, mampu menduga dan memperkirakan dengan pikirannya yang abstrak.

Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmud Freud

Menurut Freud, dalam perkembangannya anak akan melewati beberapa tahap dalam hidupnya, yaitu:

  1. Tahap oral (0-1 tahun)
    Pada masa ini kepuasan dan kesenangan anak didapat melalui kegiatan menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara. Ketergantungan pada orang di sekelilingnya sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang sering terjadi pada masa ini adalah masalah penyapihan dan makan.

  2. Tahap anal (1-3 tahun).
    Kepuasan anak didapatkan pada saat pengeluaran tinja. Anak akan menunjukkan keakuannya dan sangat egoistik dan narsisistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri. Pada saat ini anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Tugas yang dapat dilakukan adalah latihan kebersihan. Masalah yang sering terjadi pada fase ini adalah sifatnya yang obsesif, pandangan sempit, introvert atau ekstrovet impulsive yaitu dorongan untuk membuka diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.

  3. Tahap oedipal/phalik (3-5 tahun).
    Pada tahap ini kepuasan anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu meraba- raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya dan mulai suka pada lawan jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya demikian juga sebaliknya anak perempuan suka sama ayahnya.

  4. Tahap laten (5-12 tahun).
    Kepuasan anak mulai terintegrasi. Anak masuk dalam masa pubertas dan berhadapan langsung dengan tuntutan sosial seperti menyukai hubungan dengan kelompoknya atau sebaya. Dorongan libido mulai mereda.

  5. Tahap genital (lebih dari 12 tahun).
    Kepuasan anak pada masa ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.

Perkembangan Psikososial Menurut Erikson

  1. Tahap percaya vs tidak percaya (0-1 tahun).
    Pada tahap ini bayi membentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya atau perawat yang merawatnya. Kegagalan atau kesalahan dalam mengasuh atau merawat pada tahap ini dapat menimbulkan rasa tidak percaya pada anak.

  2. Tahap kemandirian (otonomi) vs rasa malu dan ragu (1-3 tahun/toddler).
    Pada tahap ini anak sudah mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh kembangnya seperti fungsi motorik dan bahasa, mulai latihan jalan sendiri dan belajar berbicara. Pada tahap ini pula anak akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi dan tidak memberikan kemandirian atau kebebasan pada anak bahkan menuntut anak dengan harapan yang tinggi.

  3. Tahap inisiatif vs rasa bersalah (4-6 tahun/pra sekolah)
    Pada tahap ini anak mulai berinisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif melalui aktivitasnya. Apabila anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada dirinya.

  4. Tahap rajin vs rendah diri (6-12 tahun/sekolah)
    Anak selalu berusaha mencapai segala sesuatu yang diinginkan dan berusaha mencapai prestasinya sehingga pada usia ini anak rajin melakukan sesuatu. Apabila harapan tidak tercapai, kemungkinan besar anak akan merasakan rendah diri.

  5. Tahap identitas vs kebingungan peran (masa remaja/adolesen).
    Pada tahap ini terjadi perubahan pada anak khususnya perubahan fisik, kematangan usia dan perubahan hormonal. Anak akan menunjukkan identitas dirinya seperti “siapa saya”. Apabila kondisi ini tidak sesuai dengan suasana hati maka kemungkinan akan terjadi kebingungan dalam peran.

  6. Tahap keintiman dan pemisahan/isolasi (dewasa muda).
    Anak mencoba berhubungan dengan teman sebaya atau kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial untuk menjalin keakraban. Apabila anak tidak mampu membina hubungan dengan orang lain, maka kemungkinan ia akan menarik diri dari anggota atau kelompoknya.

  7. Tahap generasi dan penghentian (dewasa pertengahan).
    Individu berusaha mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan di masyarakat dan melibatkan diri dengan maksud agar lingkungan menerimanya. Apabila terjadi kegagalan pada tahap ini maka akan terjadi penghentian/stagnasi dalam kegiatan atau aktivitasnya.

  8. Tahap integritas dan keputusasaan (dewasa lanjut).
    Pada tahap ini individu memikirkan tugas-tugas dalam mengakhiri kehidupan. Perasaan putus asa akan mudah timbul karena kegagalan dalam melakukan aktivitasnya.

Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara umum digolongkan menjadi 3 (Soetjiningsih, 2005), yaitu:

Kebutuhan Fisik-Biomedik (asuh).

Meliputi:

  1. Pangan/gizi, yang merupakan kebutuhan terpenting.
  2. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak secara teratur, pengobatan apabila sakit, dan sebagainya.
  3. Papan/pemukiman yang layak.
  4. Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.
  5. Sandang.
  6. Kesegaran jasmani, rekreasi.
  7. Dan lain-lain.

Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih).

Pada tahun-tahun pertama kehidupannya, hubungan yang erat antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial. Kehadiran ibu/pengganti ibu sedini dan selanggeng mungkin akan menjamin rasa aman bagi bayi.

Hal ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kasih sayang yang kurang dari ibu pada tahun- tahun pertama kehidupannya akan berdampak negatif pada tumbuh kembangnya baik fisik, mental maupun sosial emosi yang disebut dengan “Sindrom Devrivasi Maternal”. Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).

Kebutuhan Stimulasi Mental (asah).

Stimulasi mental merupakan cikal-bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental akan memupuk perkembangan mental psikososial anak dalam hal kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari lahir, bayi tumbuh menjadi anak, remaja, melalui masa dewasa, tua sampai akhirnya meninggal dunia. Selama perjalanan dari bayi, seorang anak akan melalui titik kritis perkembangan yang timbul di setiap tahap perkembangannya.

Titik kritis akan menentukan berhasil tidaknya anak mencapai tugas perkembangan pada tahap yang bersangkutan. Titik kritis ini menentukan apakah anak mampu bertahan dan melanjutkan perkembangan secara progresif atau anak akan mengalami stagnasi perkembangan prekoks.

Lima tahap dasar yang akan dilalui oleh seorang anak adalah sebagai berikut.

  1. Dasar kepercayaan (basic trust) vs ketidakpercayaan (mistrust) (0–1,5 tahun).
  2. Otonomi (autonomy) vs malu dan ragu (shame and doubt) (1,5 tahun).
  3. Inisiatif (initiative) vs rasa bersalah (guilt) (3–6 tahun).
  4. Kerja keras (industry) vs inferioritas (inferiority) (7–11 tahun).
  5. Identitas (identity) vs difusi peran (role diffusion) (12–18 tahun).

Dasar Kepercayaan (Basic Trust) vs Ketidakpercayaan (Mistrust) (0–1,5 Tahun)

Bayi sejak dilahirkan dan mulai kontak dengan dunia luar sangat bergantung pada orang lain dan lingkungannya. Ia mengharapkan mendapatkan rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan, terutama ibunya sebagai perantara dengan lingkungan luar. Apabila hubungan orang tua dengan bayi berjalan dengan baik, maka rasa percaya (trust) terhadap lingkungan dapat berkembang dengan baik, dan sebaliknya. Bayi menggunakan mulut dan pancaindera sebagai alat untuk berhubungan dengan dunia luar.

Gangguan yang mungkin timbul pada anak usia ini antara lain seperti sulit makan (setelah usia 6 bulan), iritabilitas, takut/cemas, dan ingin selalu melekat pada ibu. Adanya tingkat bergantung yang kuat dapat diinterpretasikan sebagai kurang berkembangnya dasar kepercayaan dan menjadi faktor predisposisi dalam menimbulkan kelainan jiwa seperti depresi, skizofrenia, dan adiksi.

Otonomi (autonomy) vs Malu dan Ragu (Shame and Doubt) (1,5 Tahun)

Anak pada usia 1,5 tahun tumbuh dan berkembang sejalan dengan kemampuan alat gerak, dan didukung rasa kepercayaan dari ibu dan lingkungan, maka tumbuh kesadaran bahwa dirinya dapat bergerak dan ingin mendapatkan kepuasan gerak sehingga anak berbuat sesuai dengan kemauannya. Pada usia ini berkembang rasa otonomi diri bahwa dirinya dapat menolak ataupun memberi sesuatu pada lingkungannya sesuai dengan keinginannya tanpa dipengaruhi orang lain. Kemampuan ini penting sebagai dasar membentuk keyakinan yang kuat dan harga diri seorang anak di kemudian hari. Saat berhubungan dengan orang lain, anak cenderung egosentrik.

Lingkunganpun berperan dalam membentuk kepribadian anak, sehingga gangguan pada masa ini menyebabkan anak menjadi pemalu, ragu-ragu, dan cenderung memberi pengekangan pada diri. Gangguan jiwa yang mungkin timbul yaitu kemarahan, sadistik, keras kepala, menentang, agrasi, enkopersis, enuresis, obsesi kompulsif, dan paranoid.

Inisiatif (initiative) vs Rasa Bersalah (guilt) (3–6 Tahun)

Tahap ketiga anak belajar cara mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai timbul menguasai anak, tetapi lingkungan mulai menuntut anak untuk melakukan tugas tertentu. Anak akan merasa bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungannya dan ingin diikutsertakan sebagai seorang individu yang mempunyai peran.

Adanya keterbatasan seorang anak dalam memenuhi tuntutan lingkungan akan menimbulkan rasa kecewa dan rasa bersalah. Hubungan ibu, ayah, dan anak sangat penting karena akan menjadi dasar kemantapan identitas diri. Selain itu, anak mulai membentuk peran sesuai jenis kelamin yang wajar, serta mencoba berlatih mengintegrasikan peran sosial dan tanggung jawab. Hubungan dengan teman sebaya atau saudara akan cenderung untuk menang sendiri.

Gangguan yang mungkin timbul pada masa ini adalah kesulitan belajar, masalah di sekolah, pergaulan dengan teman-teman, serta anak menjadi pasif, takut, dan mungkin terjadi neurosis.

Kerja Keras (industry) vs inferioritas (inferiority) (7–11 Tahun)

Anak mulai mengenal lingkungan yang lebih luas, yaitu sekolah. Anak dihadapkan pada keadaan yang menuntut untuk mampu menyelesaikan suatu tugas dan perbuatan hingga menghasilkan sesuatu. Hubungan ibu-ayah-anak mulai berakhir dan anak siap meninggalkan rumah dan orang tua dalam waktu terbatas untuk pergi ke sekolah. Anak mulai merasakan sifat kompetitif, mengembangkan sikap saling memberi dan menerima, serta setia kawan dan berpegangan pada aturan yang berlalu.

Gangguan yang mungkin timbul pada masa ini adalah rasa kekurangan pada diri, merasa tidak mampu, rasa inferior, gangguan pada prestasi belajar, dan takut berkompetisi.

Identitas (identity) vs Difusi Peran (Role Diffusion) (12–18 Tahun)

Anak mengalami banyak perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek. Secara fisik, anak merasa sudah dewasa karena pertumbuhan badan yang pesat, tetapi secara psikososial anak belum memiliki hak-hak seperti orang dewasa. Pada masa ini juga dikenal sebagai masa standardisasi diri karena anak berusaha mencari identitas diri dalam hal seksual, umur, dan jenis kegiatan.

Lingkungan memberikan pengaruh utama dalam pembentukan jiwa anak remaja. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai berkurang dan anak lebih senang mendapatkannya dari lingkungan luar. Anak lebih memilih berkelompok untuk bereksperimen dengan peranannya untuk menyalurkan ekspresi. Anak akan cenderung memilih orang dewasa yang lebih penting untuk mereka jadikan sebagai bantuan di saat yang kritis.

Tumbuh-kembang terdiri dari dua proses yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda sifat tetapi saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) merupakan perubahan atau bertambahnya ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan umumnya berkenaan dengan aspek jasmaniah atau fisik. Pertumbuhan dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), panjang (m, cm), umur tulang dan keseimbangan metabolik karena bersifat kuantitatif (Chamidah, 2009). Perkembangan (development) adalah perubahan atau bertambahnya kemampuan fungsi tubuh.

Perkembangan terjadi dengan adanya proses diferensiasi sel, jaringan, organ dan sistem organ yang berkembang sehingga memenuhi fungsinya. Perkembangan berkaitan dengan aspek psikis dan bersifat kualitatif (Tanuwijaya, 2003).

Tahap-Tahap Tumbuh Kembang


Tumbuh kembang anak terjadi sejak konsepsi hingga dewasa secara bertahap dan saling berkesinambungan atau berkaitan. Berdasarkan IDAI tahun 2012, anak akan melalui beberapa tahap tumbuh kembang sebagai berikut:

  1. Masa prenatal, yaitu masa janin didalam kandungan yang dibagi menjadi dua tahap:
  • Masa embrio, yang terjadi sejak masa konsepsi hingga umur kehamilan delapan minggu. Setelah terjadi pembuahan ovum oleh sperma, ovum akan berubah dengan cepat menjadi suatu organisme akan terjadi diferensiasi cepat sehingga terbentuk sistem organ dalam tubuh.
  • Masa fetus, yaitu sejak umur sembilan minggu hingga kelahiran. Terdiri dari dua tahap:
    • Masa fetus dini, terjadi sejak usia sembilan minggu sampai trimester kedua kehamilan. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan pembentukan tubuh manusia secara sempurna dan alat tubuh terbentuk serta mulai berfungsi.
    • Masa fetus lanjut, terjadi pada trimester akhir dimana pertumbuhan berlangsung cepat dan terjadi perkembangan fungsi tubuh.
  1. Masa postnatal, terjadi setelah kelahiran yang terdiri dari: (IDAI, 2012)
    • Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan perubahan sirkulasi darah, organ-organ tubuh mulai berfungsi.

    • Masa bayi, yang terdiri dari:

    • Masa bayi dini (1-12 bulan), dimana terjadi pertumbuhan yang berjalan dengan pesat, dan proses pematangan yang kontinu. Terjadi peningkatan sistem saraf.

    • Masa bayi akhir (1-2 tahun), mulai terjadi penurunan kecepatan pertumbuhan tetapi terjadi peningkatan pada perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.

    • Masa prasekolah (2-6 tahun), pertumbuhan berlangsung secara stabil, terjadi peningkatan keterampilan dan proses berfikir. Terjadi perkembangan dengan bertambahnya aktifitas jasmani.

    • Masa sekolah atau masa pubertas (laki-laki: 8-12 tahun, perempuan: 6-10 tahun), terjadi pertumbuhan yang lebih cepat daripada masa prasekolah, semakin berkembangnya keterampilan dan intelektual.

    • Masa remaja atau adolesensi (laki-laki: 12-20 tahun, perempuan: 10-18 tahun) yang merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke dewasa. Terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan (Adolescent Growth Spurt) dan pesatnya perkembangan alat kelamin serta mulai timbul tanda-tanda kelamin sekunder. Pada anak perempuan biasanya akan lebih cepat 2 tahun memasuki masa remaja dibandingkan anak laki-laki.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

  1. Faktor internal, yaitu faktor yang diperoleh dari dalam individu tersebut (Perry & Potter, 2005).
    • Genetik/herediter, faktor herediter dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan berhentinya pembelahan pertumbuhan tulang (Hidayat, 2008).

    • Ras/suku bangsa, beberapa suku bangsa atau ras memiliki karakteristik yang khas.

    • Umur, kecepatan pertumbuhan secara pesat terjadi pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

    • Jenis Kelamin, perkembangan fungsi reproduksi perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki sebelum melewati masa pubertas.

    • Hormon pertumbuhan somatotropin berpengaruh dalam pertumbuhan. Selain itu hormon tiroksin yang dihasilkan kelenjar pituitary berpengaruh dalam metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak (Nursalam, 2005).

  2. Faktor eksternal
    • Nutrisi, anak-anak membutuhkan asupan zat gizi yang adekuat untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya agar berjalan baik.

    • Penyakit kronis/kongenital, seperti tuberkulosis, anemia dan kelainan jantung bawaan dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan jasmani.

    • Lingkungan fisik/kimia yang kurang baik seperti sanitasi yang buruk, sinar matahari yang kurang, paparan sinar radioaktif atau bahan kimia akan memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

    • Stimulasi, yaitu ketersediaan sarana untuk tumbuh kembang anak maupun peran serta orang tua atau orang disekitarnya untuk membantu proses tumbuh kembangnya (Depkes RI, 2013).

    • Pola asuh, cara keluarga mengasuh anak dimana keluarga membentuk perilaku anak sesuai norma dan nilai yang sesuai dengan kehidupan masyarakat (Susilowati, 2011).

Perkembangan Bahasa


Kemampuan bahasa adalah kombinasi seluruh sistem perkembangan anak yang melibatkan kemampuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku (Widyastuti & Widyani, 2008).

Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Menurut M. Schaerlaekens dalam (Adriana, 2008) terdapat 4 tahapan perkembangan bahasa anak. Tahapan perkembangan bahasa tersebut adalah:

  1. Tahap prelingual (0-1 tahun)
    Pada tahap ini anak belum dapat mengucapkan kata maupun kalimat berarti seperti yang orang dewasa ucapkan atau belum mengikuti aturan bahasa yang berlaku. Tetapi sejak minggu awal kelahiran sudah terdapat perkembangan mengeluarkan bunyi. Menurut Chaer perkembangan tersebut melalui tahap bunyi resonansi, bunyi berdekut, bunyi berleter, bunyi berleter ulang dan bunyi vokabel.

  2. Tahap lingual dini (1-2,5 tahun)
    Pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan kata pertamanya. Beberapa kombinasi huruf masih sukar diucapkan. Perkembangan bahasa pada tahap ini berjalan sangat cepat yang dibagi dalam 3 periode yaitu periode kalimat satu kata, periode kalimat dua kata dan periode kalimat lebih dari dua kata.

  3. Tahap diferensiasi (2,5-5 tahun)
    Anak sudah dapat melakukan perbedaan dalam menggunakan kata-kata dan kalimat.

  4. Tahap menjelang sekolah (lebih dari 5 tahun)
    Tahap dimana anak akan masuk sekolah dasar.

Tipe Perkembangan Bahasa Anak

  1. Egocentric speech dimana anak berbicara kepada diri sendiri (monolog) yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berfikir anak. Biasanya dilakukan oleh anak usia 2-3 tahun.

  2. Socialized speech adalah ketika anak melakukan interaksi dengan teman atau lingkungan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi untuk bersosialisasi. Pada tipe ini terdapat 5 bentuk perkembangan bahasa yaitu:
    Adapted information, terjadi pertukaran gagasan atau adanya tujuan yang dicari.
    Critism, mengenai penilaian anak terhadap ucapan atau perilaku orang lain.
    Command (perintah), request (permintaan), threat (ancaman).
    Question (pertanyaan).
    Answer (jawaban) (Adriana, 2008).

Tanda Bahaya Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak

  1. Ekspresif
    • Kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda masih kurang pada usia 20 bulan.
    • Setelah 24 bulan masih belum mampu membuat frase yang bermakna.
    • Perkataan anak masih tidak dimengerti orang tua pada usia 30 bulan.

  2. Reseptif
    • Inkonsisten perhatian atau respon terhadap suara/bunyi.
    • Kemampuan memberikan perhatian atau ketertarikan dengan orang lain masih kurang pada usia 20 bulan.
    • Masih sering mengulangi ucapan orang atau membeo setelah usia 30 bulan (IDAI, 2013).