Berdasarkan beberapa teori, maka proses tumbuh kembang anak dibagi menjadi beberapa tahap (Depkes, 2006), yaitu:
Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
-
Masa zigot/mudigah, yaitu sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
-
Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Sel telur/ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
-
Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa janin ini terdiri dari 2 periode yaitu:
-
Masa fetus dini, yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke 2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.
-
Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi organ. Terjadi transfer imunoglobin G (Ig G) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial omega 3 (docosa hexanic acid) dan omega 6 (arachidonic acid) pada otak dan retina. Trimester pertama kehamilan merupakan periode terpenting bagi berlangsungnya kehidupan janin. Pada masa ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obatan, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat, maka selama hamil ibu dianjurkan untuk:
- Menjaga kesehatannya dengan baik.
- Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
- Mendapat asupan gizi yang adekuat untuk janin yang dikandungnya.
- Memeriksakan kehamilan dan kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
- Memberi stimulasi dini terhadap janin.
- Mendapatkan dukungan dari suami dan keluarganya.
- Menghindari stress baik fisik maupun psikis.
Masa bayi (infancy) umur 0-11 bulan.
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
-
Masa neonatal, umur 0-28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah serta mulai berfungsinya organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi dua periode:
- Masa neonatal dini, umur 0-7 hari.
- Mas neonatal lanjut, umur 8-28 hari.
-
Masa post neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus-menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Selain itu untuk menjamin berlangsungnya proses tumbuh kembang optimal, bayi membutuhkan pemeliharaan kesehatan yang baik termasuk mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, diperkenalkan pada makanan pendamping ASI sesuai dengan umurnya, mendapatkan imunisasi sesuai jadwal serta mendapatkan pola asuh yang sesuai.
Masa ini juga masa dimana kontak ibu dan bayi berlangsung sangat erat, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
Masa anak toddler (umur 1-3 tahun).
Pada periode ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik kasar dan motorik halus serta fungsi ekskresi. Periode ini juga merupakan masa yang penting bagi anak karena pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa balita akan menentukan dan mempengaruhi tumbuh kembang anak selanjutnya.
Setelah lahir sampai 3 tahun pertama kehidupannya (masa toddler), pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi kinerja otak mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal hurup hingga bersosialisasi.
Pada masa ini perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral dan dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.
Masa anak pra sekolah (umur 3-6 tahun).
Pada masa ini pertumbuhan berlangsung stabil. Aktivitas jasmani bertambah seiring dengan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir. Pada masa ini selain lingkungan di dalam rumah, anak mulai diperkenalkan pada lingkungan di luar rumah. Anak mulai senang bermain di luar rumah dan menjalin pertemanan dengan anak lain.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik.
Masa anak sekolah (6-12 tahun)
Pada masa ini pertumbuhan dan pertambahan berat badan mulai melambat. Tinggi badan bertambah sedikitnya 5 cm per tahun. Anak mulai masuk sekolah dan mempunyai teman yang lebih banyak sehingga sosialisasinya lebih luas. Mereka terlihat lebih mandiri. Mulai tertarik pada hubungan dengan lawan jenis tetapi tidak terikat. Menunjukkan kesukaan dalam berteman dan berkelompok dan bermain dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama tetapi mulai bercampur.
Masa anak usia remaja (12-18 tahun)
Pada remaja awal pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncaknya. Karakteristik sekunder mulai tampak seperti perubahan suara pada anak laki-laki dan pertumbuhan payudara pada anak perempuan. Pada usia remaja tengah, pertumbuhan melambat pada anak perempuan. Bentuk tubuh mencapai 95% tinggi orang dewasa. Karakteristik sekunder sudah tercapai dengan baik.
Pada remaja akhir, mereka sudah matang secara fisik dan struktur dan pertumbuhan organ reproduksi sudah hampir komplit. Pada usia ini identitas diri sangat penting termasuk didalamnya citra diri dan citra tubuh. Pada usia ini anak sangat berfokus pada diri sendiri, narsisme (kecintaan pada diri sendiri) meningkat. Mampu memandang masalah secara komprehensif. Mereka mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis dan status emosi biasanya lebih stabil terutama pada usia remaja lanjut.
Teori-teori Perkembangan Anak
Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
-
Tahap sensori motor (0-2 tahun).
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Pada tahap ini anak mampu mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik. Semua kegiatan yang dilakukan berfokus pada mulut (oral).
-
Tahap pra operasional (2-7 tahun)
Anak mampu mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan sesuai dengan pikirannya. Pada saat ini anak masih bersifat egosentris. Pikirannya masih transduktif, artinya menganggap semua sama. Contoh: seorang pria di keluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah. Ciri lain adalah masih berkembangnya pikiran animisme dimana anak selalu memperhatikan adanya benda mati. Contoh apabila anak terbentur benda mati maka ia akan memukul kembali ke arah benda tersebut.
-
Tahap kongkret (7-11 tahun).
Anak sudah dapat memandang realistis dan mempunyai anggapan sama dengan orang lain. Sifat egosentris mulai hilang karena ia mulai sadar akan keterbatasan dirinya. Tetapi sifat realistik ini belum sampai ke dalam pikiran sehingga belum dapat membuat suatu konsep atau hipotesis.
-
Formal operasional (lebih dari 11 tahun sampai dewasa).
Pada tahap ini anak sudah membentuk gambaran mental dan mampu menyelesaikan aktivitas yang ada dalam pikirannya, mampu menduga dan memperkirakan dengan pikirannya yang abstrak.
Perkembangan Psikoseksual Menurut Sigmud Freud
Menurut Freud, dalam perkembangannya anak akan melewati beberapa tahap dalam hidupnya, yaitu:
-
Tahap oral (0-1 tahun)
Pada masa ini kepuasan dan kesenangan anak didapat melalui kegiatan menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara. Ketergantungan pada orang di sekelilingnya sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang sering terjadi pada masa ini adalah masalah penyapihan dan makan.
-
Tahap anal (1-3 tahun).
Kepuasan anak didapatkan pada saat pengeluaran tinja. Anak akan menunjukkan keakuannya dan sangat egoistik dan narsisistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri. Pada saat ini anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Tugas yang dapat dilakukan adalah latihan kebersihan. Masalah yang sering terjadi pada fase ini adalah sifatnya yang obsesif, pandangan sempit, introvert atau ekstrovet impulsive yaitu dorongan untuk membuka diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.
-
Tahap oedipal/phalik (3-5 tahun).
Pada tahap ini kepuasan anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu meraba- raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya dan mulai suka pada lawan jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya demikian juga sebaliknya anak perempuan suka sama ayahnya.
-
Tahap laten (5-12 tahun).
Kepuasan anak mulai terintegrasi. Anak masuk dalam masa pubertas dan berhadapan langsung dengan tuntutan sosial seperti menyukai hubungan dengan kelompoknya atau sebaya. Dorongan libido mulai mereda.
-
Tahap genital (lebih dari 12 tahun).
Kepuasan anak pada masa ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
Perkembangan Psikososial Menurut Erikson
-
Tahap percaya vs tidak percaya (0-1 tahun).
Pada tahap ini bayi membentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya atau perawat yang merawatnya. Kegagalan atau kesalahan dalam mengasuh atau merawat pada tahap ini dapat menimbulkan rasa tidak percaya pada anak.
-
Tahap kemandirian (otonomi) vs rasa malu dan ragu (1-3 tahun/toddler).
Pada tahap ini anak sudah mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh kembangnya seperti fungsi motorik dan bahasa, mulai latihan jalan sendiri dan belajar berbicara. Pada tahap ini pula anak akan merasakan malu apabila orang tua terlalu melindungi dan tidak memberikan kemandirian atau kebebasan pada anak bahkan menuntut anak dengan harapan yang tinggi.
-
Tahap inisiatif vs rasa bersalah (4-6 tahun/pra sekolah)
Pada tahap ini anak mulai berinisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif melalui aktivitasnya. Apabila anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada dirinya.
-
Tahap rajin vs rendah diri (6-12 tahun/sekolah)
Anak selalu berusaha mencapai segala sesuatu yang diinginkan dan berusaha mencapai prestasinya sehingga pada usia ini anak rajin melakukan sesuatu. Apabila harapan tidak tercapai, kemungkinan besar anak akan merasakan rendah diri.
-
Tahap identitas vs kebingungan peran (masa remaja/adolesen).
Pada tahap ini terjadi perubahan pada anak khususnya perubahan fisik, kematangan usia dan perubahan hormonal. Anak akan menunjukkan identitas dirinya seperti “siapa saya”. Apabila kondisi ini tidak sesuai dengan suasana hati maka kemungkinan akan terjadi kebingungan dalam peran.
-
Tahap keintiman dan pemisahan/isolasi (dewasa muda).
Anak mencoba berhubungan dengan teman sebaya atau kelompok masyarakat dalam kehidupan sosial untuk menjalin keakraban. Apabila anak tidak mampu membina hubungan dengan orang lain, maka kemungkinan ia akan menarik diri dari anggota atau kelompoknya.
-
Tahap generasi dan penghentian (dewasa pertengahan).
Individu berusaha mencoba memperhatikan generasi berikutnya dalam kegiatan di masyarakat dan melibatkan diri dengan maksud agar lingkungan menerimanya. Apabila terjadi kegagalan pada tahap ini maka akan terjadi penghentian/stagnasi dalam kegiatan atau aktivitasnya.
-
Tahap integritas dan keputusasaan (dewasa lanjut).
Pada tahap ini individu memikirkan tugas-tugas dalam mengakhiri kehidupan. Perasaan putus asa akan mudah timbul karena kegagalan dalam melakukan aktivitasnya.
Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara umum digolongkan menjadi 3 (Soetjiningsih, 2005), yaitu:
Kebutuhan Fisik-Biomedik (asuh).
Meliputi:
- Pangan/gizi, yang merupakan kebutuhan terpenting.
- Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak secara teratur, pengobatan apabila sakit, dan sebagainya.
- Papan/pemukiman yang layak.
- Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.
- Sandang.
- Kesegaran jasmani, rekreasi.
- Dan lain-lain.
Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih).
Pada tahun-tahun pertama kehidupannya, hubungan yang erat antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial. Kehadiran ibu/pengganti ibu sedini dan selanggeng mungkin akan menjamin rasa aman bagi bayi.
Hal ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kasih sayang yang kurang dari ibu pada tahun- tahun pertama kehidupannya akan berdampak negatif pada tumbuh kembangnya baik fisik, mental maupun sosial emosi yang disebut dengan “Sindrom Devrivasi Maternal”. Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
Kebutuhan Stimulasi Mental (asah).
Stimulasi mental merupakan cikal-bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental akan memupuk perkembangan mental psikososial anak dalam hal kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.