Bagaimana Tahapan dalam pelaksanaan konseling kelompok menggunakan pendekatan Solution Focus Brief Therapy (SFBT)?

konseling kelompok menggunakan pendekatan Solution Focus Brief Therapy (SFBT)

Bagaimana Tahapan dalam pelaksanaan konseling kelompok menggunakan pendekatan Solution Focus Brief Therapy (SFBT) ?

Tahapan dalam pelaksanaan konseling kelompok ini menjadi penting, terutama bagi pemimpin kelompok (konselor) untuk mengetahui apa saja yang akan terjadi di dalam kegiatan konseling. Pendekatan yang digunakan dalam konseling ini adalah Solution Focus Brief Therapy (SFBT).

Solution Focus Brief Therapy (SFBT) ini merupakan suatu proses kolaborasi antara konselor dengan konseli. Di samping mendorong konseli untuk mengamati pengecualian pada masa-masa dimana ada permasalahannya, beberapa teknik lain juga sering digunakan. Dalam konseling kelompok ada 4 tahap yang akan dilakukan yaitu :

  1. Tahap Pembentukan
    Menurut Prayitno (Prayitno, 2004) kegiatan pengungkapan dan pengenalan diri anggota kelompok disebut tahap pembentukan. Pada tahap pembentukan ini sejumlah individu membentuk satu kelompok untuk melaksanakan konseling kelompok.
    Anggota kelompok mulai untuk melibatkan diri dalam kegiatan konseling kelompok dengan cara saling memperkenalkan diri. Pemimpin kelompok mengungkapkan tujuan diberikannya layanan konseling kelompok. Setelah itu anggota kelompok menetapkan aturan-aturan yang akan digunakan dalam kegiatan konseling kelompok.

  2. Tahap Peralihan
    Menurut Prayitno (Prayitno, 2004) tahap ini menjelaskan hal-hal yang telah dibahas dan ditetapkan pada tahap sebelumnya. Yaitu setelah perkenalan diri anggota kelompok, pengetahuan akan tujuan pelaksanaan konseling, aturan yang telah disepakati dan peran konselor sebagai pemimpin kelompok.
    Pada sesi ini konselor memastikan bahwa anggota kelompok bersedia untuk melaksanakan tahapan selanjutnya dengan diawali oleh janji konseling.

  3. Tahap Kegiatan
    Tahap kegiatan adalah tahapan inti dari kegiatan konseling. Secara garis besar anggota kelompok akan menceritakan permaslahan- permasalahan yang dihadapi secara random tergantung kesiapan masing-masing anggota untuk mengawalinya. Permasalahan dijelaskan secara mendalam oleh masing-masing anggota kelompok dengan kesepakatan aturan waktu oleh seluruh peserta.

    Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik Solution Focus Brief Therapy (SFBT) untuk membantu konseli menemukan solusi atas permasalahan harga diri rendah yang dihadapi konseli.

    Adapun teknik-teknik dalam Solution Focus Brief Therapy, yakni:

    • Perubahan Pra-sesi Terapi

      Ketika membuat janji untuk bertemu, konseli diminta megamati perubahan yang terjadi di waktu antara perjanjian dan sesi pertama. Konselor akan menanyakan perubahan-perubahan pada awal sesi terapi. Dengan mengetahui perubahan pra-sesi, konselor bisa mengembangkan yang telah dimulai konseli. Kemungkinan konseli akan menyajikan petunjuk jelas terkait strategi, keyakinan, nilai dan keterampilan yang bisa di transfer menjadi konstruksi solutif. ‘Awal yang cepat’ ini akan membantu mempercepat proses perubahan dan memungkinkan konseling dilakukan dengan waktu yang singkat. Perubahan pra sesi positif bisa memberdayakan konseli karena perubahan terjadi tanpa bantuan konselor, dan oleh karena itu penghargaan diberikan sepenuhnya untuk konseli.

    • Pencarian perkecualian

      Konselor melibatkan konseli dalam pencarian perkecualian- perkecualian masalah, yaitu saat-saat ketika masalah belum muncul, atau dikelola dengan baik. Termasuk di dalamnya adalah pencarian solusi yang bisa ditransfer dari wilayah lain kehidupan konseli, atau solusi masa lalu yang diadopsi dalam situasi yang mirip.

    • Pencarian kompetensi

      Konselor mengidentifikasikan dan menegaskan sumber daya, kekuatan, dan kualitas konseli yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah. Mekanisme pengentasan masalah yang sebelumnya telah digunakan konseli, diakui dan diperkuat.

    • Pertanyaan mukjizat (Miracle Question)

      Inilah intervensi pokok yang biasanya digunakan dalam sesi pertama, namun bisa muncul kembali pada sesi-sesi selanjutnya. Pertanyaan itu bertujuan mengidentifikasi solusi sumber daya yang ada dan mengklarifikasi tujuan konseli secara realistis. Pertanyaan ini berorientasi masa depan yang berupaya membantu konseli menggambarkan, sejelas, dan sedetail mungkin, akan seperti apa kehidupannya, begitu masalahnya terpecahkan atau dikelola dengan baik. Pertanyaan yang dirancang steve de Shazer (dalam Palmer, 2016) :

      “Bayangkan ketika Anda tidur pada suatu malam, terjadilah mukjizat dan problem-probem yang Anda kemukakan lenyap. Saat Anda tidur, Anda tak tahu terjadi mukjizat. Ketika Anda bangun, apa tanda pertama yang memberitahu Anda bahwa mukijizat telah terjadi ?”

      Format imajiner tersebut memungkinkan konseli bangkit melampui pikiran yang terbatas dan negatif, dan mengembangkan gambar solusi unik. Pernyataan terbuka terkait yang diyakini diinginkanna bisa semakin memotivasinya untuk meraih tujuannya.

    • Penggunaan skala

      Konselor menggunakan skala 1 – 10 untuk konseli, angka 10 menunjukkan bahwa telah mendapatkan mukjizat di pagi hari, dan angka 0 menunjukkan problem / masalah terburuk. Atau tepat digunakan terkait perasaan dan kondisi klien sebelum melaksanakan proses konseling. Tujuannya adalah mengukur diri dan melihat kemajuan klien selama proses konseling.

    • Pembingkaian kembali (Reframing)

      Konselor membantu konseli menemukan cara lain untuk memandang masalah, cara yang sama-sama validnya dengan cara lain, namun menurut konselor bisa meningkatkan peluang konseli dan mengatasi masalah. Tahapan-tahapan konseling ini merupakan proses yang terjadi secara berkelanjutan. Tahap-tahap ini menggambarkan keseluruhan proses konseling yang akan dilakukan oleh anggota kelompok dan pemimpin kelompok .

  4. Tahap Pengakhiran
    Pada tahap pengakhiran konseli masih dibantu untuk membuat rencana solusi (master plan) dan merealisasikan solusi yang telah ditentukan oleh dirinya dan atas saran dari anggota kelompok lainnya untuk konsisten melaksanakannya, dalam tahap ini merefleksikan yang sudah dikerjakan selama mengikuti sesi konseling.

    Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses konseling kelompok yaitu terbahasnya permasalahan yang dimiliki anggota kelompok dan anggota kelompok membuat kesepakatan untuk melakukan konseling kelompok di pertemuan berikutnya atau anggota kelompok yang menetapkan waktu konseling kelompok. Menurut Prayitno (Prayitno, 2004) ini disebut tahap pengakhiran.