Bagaimana sistem pemerahan sapi perah?

Pemerahan merupakan aktivitas memerah puting susu sapi untuk mengeluarkan susu segar dari alveoli yang terdapat di ambing. Tujuan utama dari pemeliharan sapi perah adalah untuk memproduksi susu. Pemerahan umumnya dilakukan dua kali sehari setelah diberikan pakan konsentrat dan sebelum pemberian pakan hijauan. Pemerahan pagi dilakukan pukul 05.00 sampai 06.00 WIB, sedangkan pemerahan sore dilakukan mulai pukul 15.00 sampai 16.00 WIB. Jadwal dan frekuensi pemerahan harus sesuai dengan waktu dan konsisten setiap harinya karena apabila berganti-ganti waktu dan frekuensi dapat menyebabkan ternak tersebut stres dan tidak tenang sehingga produksi susu menurun.

Pengaruh Interval Pemerahan
Interval pemerahan akan mempengaruhi produksi dan kualitas susu karena berkaitan dengan jangka waktu dalam proses metabolisme tubuh ternak dan proses sintesis susu pada kelenjar kambing. Sintesis susu pada ambing akan menurun setelah 8 jam pasca pemerahan. Hal tersebut menyebabkan interval pemerahan terlalu pendek atau pun panjang tidak menghasilkan produksi susu secara maksimal. Produksi susu pada pagi hari lebih banyak dibandingkan dengan sore hari. Hal ini disebabkan oleh interval pemerahan yang dilakukan dimana kelenjar ambing mempunyai waktu yang lebih lama untuk memproduksi susu yaitu 15 jam dibandingkan pada pemerahan sore hari yaitu 9 jam yang menyebabkan lamanya ambing dalam keadaan kosong sehingga tekanan ambing menjadi rendah yang selanjutnya akan meningkatkan sekresi dalam ambing.

Menurut Castillo (2008), interval waktu pemerahan yang lebih lama dapat menurunkan kadar lemak pada pemerahan selanjutnya karena waktu yang digunakan untuk sintesis susu menjadi lebih lama sehingga lumen-lumen alveoli dapat dipenuhi oleh susu secara optimal, namun memiliki kadar lemak yang relatif rendah. Sebaliknya sapi yang diperah dengan interval pemerahan yang pendek akan menghasilkan susu dengan kadar lemak tinggi dan produksi susu menurun sehingga kandungan lemak hasil pemerahan pagi hari lebih rendah dibandingkan dengan pemerahan sore hari dan kadar lemak susu bergantung pada jumlah produksi susu individual. Apabila selang antara pemerahan tidak sama, maka produksi susu akan lebih banyak pada selang yang lebih lama, dan kandungan lemak akan lebih tinggi dari hasil pemerahan dengan interval yang lebih singkat.

Besar kandungan lemak susu pada susu sapi berbanding lurus dengan kandungan total bahan kering dan perbedaan kandungan total bahan kering juga dipengaruhi oleh tingginya nutrien lain seperti protein dan laktosa. Interval pemerahan pendek akan meningkatkan kandungan bahan kering dan akan menghasilkan lemak susu yang lebih tinggi dibandingkan dengan interval pemerahan yang lebih panjang. Selain itu, tingginya kandungan total bahan kering dalam susu sangat dipengaruhi oleh komposisi nutrien seperti lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral dan lain-lain. Berat jenis susu juga dipengaruhi oleh interval pemerahan dimana semakin banyak padatan susu maka berat jenis susu akan naik dan kandungan air yang tinggi dapat menurunkan berat jenis susu. Semakin panjang interval pemerahan maka semakin banyak diproduksi air pada susu sehingga interval pemerahan panjang akan menurunkan berat jenis susu dan proporsi bahan kering susu sedangkan interval pemerahan pendek akan menurunkan produksi susu.

Frekuensi Interval
Penerapan interval pemerahan yang baik dan seragam menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produksi susu dimana sapi perah sebaiknya minimal diperah dua kali sehari dengan selang pemerahan 12 : 12 atau 14 : 10 jam. Menurut Castillo (2008) hal ini menunjukkan selang pemerahan yang sesuai dapat meningkatkan laju sekresi susu dan tingkat produksi. Sedangkan frekuensi interval mengalami perbedaan seperti 16 : 8 maka antara tingkat produksi susu mengalami penurunan jika Semakin lama interval pemerahan. Hal ini menunjukan karena Sekresi susu pada lumen berlangsung selama 8 jam pasca pemerahan dan berhenti pada tekanan ambing 40 mm Hg sehingga interval pemerahan terlalu panjang tidak akan menghasilkan produksi secara maksimal.

Teknik Pemerahan
Adapun Tahapan-tahapan pemerahan dibagi menjadi 3 tahap yaitu:

  • Tahapan sebelum pemerahan

    • Membersihkan kandang dan peralatan pemerahan
    • Memandikan sapi terutama bagian ambing dan bagian belakang sekitar lipatan paha bagian dalam dengan menggunakan kain lap basah dan air hangat 37°C untuk menghindari pencemaran bakteri dan untuk merangsang agar air susu dapat keluar dari kelenjar-kelenjar susu
    • Petugas harus memakai pakaian yang bersih dan mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah kontaminasi bakteri dari luar
    • Olesi puting susu dengan vasline agar puting susu tidak luka atau lecet
    • Dilakukan uji mastitis dimana diambil pemerahan pertama dan kedua yang ditampung pada wadah (strip cup) dan di amati susu tersebut terkena mastitis atau tidak.
  • Tahapan pemerahan
    Adapun teknik pemerahan susu dibagi menjadi 3 cara yaitu:

    • Full Hand
      Teknik pemerahan yang paling efektif dengan menggunakan kelima jari dimana ibu jari dan jari telunjuk berada dipangal sebagai pengunci dan digunakan pada puting besar dan panjang.
    • Knevelen
      Teknik pemerahan dengan menggunakan tiga jari dan diterapkan pada puting besar dan pendek.
    • Stripping / Strippen
      Teknik pemerahan dengan menggunakan dua jari dan diterapkan pada putting pendek dan kecil.
  • Tahapan setelah pemerahan
    Setelah proses pemerahan, perlu dilakukan teat dipping dimana pencelupan puting kedalam larutan antiseptic agar bakteri disekitar puting tidak masuk kedalam ambing.