Bagaimana sejarah tari Kang Potro?

Salah satu tari tradisional dari Ponorogo Jawa Timur yaitu tari Kang Potro.Bagaimana sejarah tari kang potro?

Pertunjukan Reog sebelum tahun 80-an dalam penyajiannya, selain tari Dadhak Merak, Bujangganong, Jathilan , dan Klono Sewandono, tokoh Potro Joyo-Potro Tholo (Penthul-Tembem) juga terdapat dalam pertunjukan Reog, namun seiring berjalannya waktu tokoh Potro Joyo dan Potro Tholo dalam pementasan Reog di Ponorogo mulai tidak ditampilkan lagi dalam Festival Reog Nasional setiap perayaan grebeg Suro, kecuali pada waktu pertunjukan Reog versi Bantarangin setiap dua bulan sekali yang di dalamnya masih ada tokoh tersebut. Sebenarnya tokoh Potro Joyo dan Potro Tolo yang ada dalam kesenian Reog pada waktu dulu mempunyai karakter yang tarinya tidak digarap, karena pengekspresian tokoh tersebut hanya berjalan saja tanpa ada suatu gerakan apapun. Berawal dari cerita itulah melahirkan suatu karya tari baru, yang diberi nama Tari Kang Potro pada tahun 2003, namun pendokumentasiannya dikaitkan dengan peristiwaperistiwa sosial yang terjadi di masyarakat, jadi secara karakteristik tidak murni dari cerita Potro Joyo dan Potro Tolo itu saja. Pada pengkaryaan tari ini tokoh Potro Joyo dan Potro Tolo digambarkan sebagai abdi dalem Raden Pujangga Anom dari Kerajaan Kediri yang menyamar di Bantarangin. Kang Potro diposisikan menjadi pekatek (pemelihara kuda). Sebagai seorang pekatek mereka mempunyai sifat jenaka, gembira, semangat kerja, dan patuh pada perintah majikan. Penciptaan Tari Kang Potro ini sebagi upaya untuk mengangkat fenomena dua tokoh itu pada sebuah garapan tari yang disesuaikan dengan kehidupan nyata di masyarakat sebagai gambaran sosok masyarakat kecil yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan/gotong royong, ceria, dan bekerja tanpa pamrih