Bagaimana sejarah Rokok (Nikotin)?

Kegiatan yang melibatkan tembakau pertama kali dilakukan oleh suku Maya, Aztec dan Indian di benua yang sekarang kita kenal sebagai Amerika, sejak lebih dari seribu tahun sebelum masehi. Tradisi membakar dan mengunyah tembakau dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan simbol persaudaraan ketika beberapa suku berkumpul. Dan setelah kedatangan Columbus ke Amerika, tradisi merokok dengan membakar tembakau mulai dikenal di dataran Eropa. Namun rupanya seoarang diplomat asal Perancis bernama Jean Nicot lah yang memiliki andil paling besar dalam hal persebaran rokok di seluruh eropa. Bahkan kandungan utama di dalam rokok yakni nikotin juga diambil dari namanya (Nicot).

Tidak ada yang menyangkal bahwa perkembangan rokok di Indonesia berawal dari cerita kretek dari kota Kudus, Jawa Tengah. Pada akhir abad ke-19, seorang pria bernama Haji Djamari ingin membuat obat sakit asma dengan meracik cengkeh dan tembakau. Karena setelah rajin menghisap ramuan cengkeh ini sakitnya reda, akhirnya “rokok obat” ini menyebar cepat dengan cerita dari mulut ke mulut. Lama kelamaan kebiasaan melinting rokok menjadi kegiatan kaum pria yang sangat populer. Dan karena meningkatnya permintaan, akhirnya rokok pun dijual dengan dibungkus klobotatau daun jagung kering. Dan karena ketika dihisap menghasilkan bunyi “kretek-kretek” akhirnya rokok cengkeh kreasi Djamari dinamakan rokok kretek. Model rokok jenis ini bertahan hingga Djamari meninggal pada tahun 1890.

Sepuluh tahun kemudian industri rokok kretek dikerjakan dengan serius dan profesional oleh Nitisemo dengan membuka pabrik rokok kretek pertama di Kudus pada tahun 1906 yang diberi nama “Tjap Bal Tiga”.

Namun kejayaan tak pernah berlangsung selamanya, seiring pecahnya perang dunia II di Pasifik serta munculnya banyak pesaing seperti Nojorono (1930), Djamboe Bol (1937), Djarum (1951) dan Sukun mulai memperburuk keadaan bisnis rokok Tjap Bal Tiga. Namun runtuhnya kerajaan kretek Nitisemo itu disebut-sebut adalah dikarenakan perselisihan diantara para ahli warisnya.

Konon berdirinya pabrik rokok kretek Minak Djinggo pada tahun 1930 juga merupakan faktor penting ambruknya rokok Tjap Bal Tiga. Pemilik rokok Minak Djinggo, Kho Djie Siong, adalah mantan agen Bal Tiga di Pati, Jawa Tengah. Sewaktu masih bekerja pada Nitisemito, Kho Djie Siong banyak memetik informasi rahasia racikan dan strategi dagang Bal Tiga dari M. Karmaen, kawan sekolahnya di HIS Semarang yang juga menantu Nitisemito.

Demikianlah, hingga saat ini rokok menjadi komoditas paling menjanjikan dan menyumbang pemasukan yang sangat besar terhadap negara melalui pajaknya.

Sumber:
sains.me