Bagaimana sejarah pertempuran Medan Area ?

pertempuran Medan Area

Pertempuran Medan Area adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Medan, Sumatera Utara. Bagaimana sejarah pertempuran Medan Area ?

Sehari setelah mendarat di Medan, tim dari Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) telah mendatangi kamp-kamp tawanan di Pulau Berayan, Saentis, Rantau Prapat, Pematang Siantar dan Berastagi untuk membantu membebaskan tawanan dan dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur M. Hassan . para tawanan perang itu justru langsung dibentuk menjadi batalyon KNIL.Dalam mengantisipasi kedatangan Sekutu dan NICA, para pemuda segera membentuk Divisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di kota Medan pada 13 September 1945 . Insiden pertama pecah di hotel di Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945 .Insiden itu diawali dengan adanya seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-nginjak lencana merah-putih yang dipakai oleh seorang pemuda.

JALANNYA PERTEMPURAN

Pd tgl 18 Okt 1945, Sekutu mengultimatum rakyat Medan untuk menyerahkan senjatanya.NICA melakukan aksi teror yg menyebabkan pecahnya pertempuran shg banyak korban di pihak Inggris.

Tgl 1 Des 1945 Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan.

Pada bulan April 1946 pasukan Sekutu berhasil mendesak pemerintah RI keluar Medan. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali.

AKIBAT PERTEMPURAN

Pertempuran Medan Area berakhir pada 15 Februari 1947 pukul 24.00 setelah ada perintah dari Komite Teknik Gencatan Senjata untuk menghentikan kontak senjata. Sesudah itu Panitia Teknik genjatan senjata melakukan perundingan untuk menetapkan garis-garis demarkasi yang definitif untuk Medan Area. Dalam perundingan yang berakhir pada tanggal 10 Maret 1947 itu, ditetapkanlah suatu garis demarkasi yang melingkari kota Medan dan daerah koridor Medan Belawan. Panjang garis demarkasi yang dikuasai oleh tentara Belanda dengan daerah yang dikuasai oleh tentara Republik seluruhnya adalah 8,5 Km. Pada tanggal 14 Maret 1947 dimulailah pemasangan patok-patok pada garis demarka­si itu. Akan tetapi kedua pihak, Indonesia dan Belanda, selalu bertikai mengenai garis demarkasi ini. Empat bulan setelah akhir pertempuran ini, Belanda melaksanakan Operatie Product atau disebut Agresi Militer Belanda I.

AKHIR PERTEMPURAN

Pada tgl 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area.Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komando tersebut meneruskan perjuangan di Medan Area.

http://solusitugassekolah.blogspot.co.id/2016/09/bagaimana-kronologi-dan-sebab-sebab-terjadinya-pertempuran-medan-area.html

Pertempuran Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945, rakyat Medan pada saat itu belum mengetahui dan mendengar informasi tersebut. Hal itu disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang. Berita kemerdekaan Indonesia baru terdengar sampai ke Medan pada tanggal 27 Agustus 1945 yang dibawa oleh Mr. Teuku Mohammad Hasan yang pada saat itu diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan oleh pemerintah untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatera dengan membentuk Komite Nasional Indonesia di wilayah itu. Menanggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan Achmad Tahirpun membentuk Barisan Pemuda Indonesia.

Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu mendarat di Medan dibawah pimpinan T.E.D Kelly . Pasukan-pasukannya adalah dari Brigade Inggris, termasuk didalamnya tentara berkebangsaan India. Mereka menduduki kota Medan dan yang mereka kuasai adalah jalan raya Medan-Belawan, guna menjamin kelancaran pengangkutan pasukan-pasukannya dari kapal ke Belawan dan terus ke kota Medan. (Mayjen TNI H.R. Sjahnan, 1982). Kedatangan pasukan sekutu diikuti oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintahan RI di Sumatera Utara sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda).

Akan tetapi, Inggris malah mempersenjatai mereka dan membentuk Medan Batalyon KNIL, yang terdiri atas seluruh tawanan yang telah dibebaskan dan dipersenjatai. Para bekas tawanan ini menjadi arogan terhadap para pejuang dan rakyat. Untuk hal ini, masyarakat masih bersabar. Tawanan yang dibebaskanpun malah menjadi arogan dan seenak-eanaknya dalam mengambil alih pemerintahan.

Dalam bulan Desember 1941, keatuan Stadwacht (penjaga kota) dimasukkan ke dalam bagian pasukan KNIL (tentara Hindia-Belanda), ekspor dari pelabuhan Belawan terhenti karena seringnya pesawat-pesawat pembom Jepang menyerang Belawan dan Polonia Medan, tatkala Jepang memaklumkan perang terhadap Amerika, Inggris, dan Belanda. (Luckman Sinar, 2005).

Sebuah Insiden juga terjadi di jalan Bali, fakta-fakta yang terjadi dalam peristiwa jalan Bali tersebut yaitu: Pada jam 09.00 hari Minggu tanggal 14 Oktober yang bersejarah itu, seorang serdadu NICA yang berdiam di Pension Wilhelmina yang terletak di sudut Jalan Bali/ Jalan Sutomo, telah mencabut atau merampas dan menginjak- nginjak lencana merah Putih yang dipakai seorang anak kecil. Hal itu mengundang kemarahan para pemuda. (Biro Sejarah Prima, 1947)

Akibatnya terjadi peerusakan dan penyerahan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Yang juga menjadi pemicu Pertempuran Medan Area, antara lain:

  • Bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
  • Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih.
  • Ultimatum agar pemuda Medan menyerahkan senjata kepada Sekutu.
  • Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan memasang papan pembatas yang bertuliskan “ Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi Medan Area)” di sudut-sudut pinggiran Kota Medan.

Dengan demikian peristiwa-peristiwa itulah yang melatarbelakangi terjadinya pertempuran medan area, sehingga dalam pertempuran tersebut muncullah garis demarkasi yang berasal dari perundingan Linggarjati yang dilakukan antara RI dan serdadu Inggris yang kemudian dilanjutkan oleh serdadu Belanda

Sebelum disahkankanya perundingan tersebut, Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area (batas resmi wilayah Medan) di berbagai sudut kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi bagi para pemuda untuk melawan kekuatan asing yang mencoba untuk berkuasa kembali. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebing Tinggi diadakan pertemuan antara komando-komando pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan itu memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar rakyat Medan Area.

Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pematang Siantar. Pada bulan Agustus 1946 telah dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Kemudian komando inilah yang terus mengadakan serangan terhadap sekutu di wilayah Medan. Hampir diseluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakyat terhadap jepang, sekutu, dan Belanda.

Untuk menentukan garis demarkasi, banyak sekali hambatan dan rintangan yang dialami oleh pihak Republik. Disetiap perundingan-perundingan yang setiap kali gagal selalu disusul dengan pertempuran yang tak henti-hentinya oleh kedua belah pihak. Maka dalam perundingan terkahir pada tanggal 10 Maret 1947 dapatlah ditetapkan suatu garis demarkasi menurut konsepsi Belanda sendiri yang pada mulanya telah ditolak oleh pihak Republik .Pada tanggal 14 Maret 1947 dimulailah pemasangan patok-patok pada garis demarkas yang telah ditentukan itu. Dan kemudian pada tanggal 25 Maret 1947 ditandatanganilah Naskah Linggarjati tersebut.

Pada tanggal 13 Oktober 1945, tentara sekutu yang diboncengi NICA melakukan provokasi bersenjata, di jalan Bali sehingga menimbulkan perlawanan dari TKR dan rakyat. Jatuh korban dari pihak Sekutu/NICA aitu Opsir Groenberg dan 3 orang Swiss tewas, 7 KNIL tewas, 99 orang luka-luka. Insiden tersebut dapat diredakan setelah pihak RI dan Sekutu melakukan perundingan.

Tanggal 15 Oktober 1945 kembali terjadi insiden bersenjata di Pematang Siantar, yang terkenal dengan nama Peristiwa Siantar Hotel. Di depan sekolahTimbang Galung yang dijaga oleh para pemuda. Tentara Sekutu dan NICA melakukan provokasi bersenjata, pasukan TKR, Laskar dan para pejuang lainnya menyerbu kedudukan Sekutu dan Belanda di Hotel Siantar. Jatuh korban dari pihak Sekutu dan Belanda 17 orang tewas 5 orang personel KL dan 12 orang personel KNIL), ditawan 17 orang personel KL dan 10 orang KNIL, sedangkan di pihak TKR, Laskar dan para pejuang gugur 2 orang atas nama Mda Rajaguguk, dan Ismail Situmorang serta puluhan orang lainnya luka-luka.

Insiden pada tanggal 18 Oktober 1945 yang menewaskan tentara Sekutu dan NICA tersebut dijadikan dalih oleh pempinan Tentara Sekutu Brigadir Jenderal Ted Kelly, untuk melakukan gerakan Maklumat yang berisi: “Melarang rakyat memiliki senjata api, semua senjata api harus segera diserahkan kepada tentara Inggris”. Dengan alasan tersebut tentara Sekutu melakukan penangkapan dan penggeledahan di seluruh kota Medan.

Pihak pemerintah RI tidak terima atas isi maklumat tersebut, maka pada tnggal 20 Oktober 1945 Mr. Kasman Singodimedjo dari Markas Besar TKR mengeluarkan pengumuman : “Mobilisasi Umum”, untuk wilayah Medan dan sekitarnya. Maka berduyun-duyunlah para pemuda memenuhi panggilan tersebut, sehingga seluruh wilayah kota Medan menjadi kancah pertempuran yang hangat.

Realitas tersebut menunjukkan bahwa bangsa Indonesia bukan lagi sebagaimana yang sering dinyatakannya dulu, suatu bangsa yang paling lembut dan paling patuh kepadanya, tetapi sudah menjelma menjadi satu bangsa yang berjiwa merdeka dan tidak akan bisa ditundukkan lagi. Walaupun begitu, Belanda tidak mau menyerah begitu saja, ia masih tetap berusaha untuk mempertahankan bekas jajahannya kembali menjadi kekuasaanya atau setidak-tidaknya menjadi daerah pengaruhnya, di mana ia mendapat keuntungan sebesar-sebarnya dalam bidang ekonomi. Sementara itu Inggris yang sudah terikat perjanjian dengan Belanda, terus memberikan dukungan sepenuhnya.

Tentara Inggris mulai kewalahan menguasai seluruh daerah Sumatera Utara, termasuk ke daerah-derah pedalaman. Pada tanggal 1 Desember 1945 memerintahkan kepada pasukan Jepang supaya menjalankan pemerintahan kembali atas daerah-daerah yang tidak dapat diduduki Inggris di seluruh Sematera dan di mana perlu untuk menindas bangsa Indonesia dengan kekerasan senjata.

Di dalam kota Medan sendiri Inggris memperkuat kedudukannya dan menentukan sendiri secara sepihak batas-batas dearah kekuasaannya. Semenjak tangaal 1 Desember 1945 mulailah terpampang di berbagai sudut pinggiran kota pada batas daerah kekuasaan Inggris tadi, papan-papan yang berisi tulisan Fixed Boundaries Medan Area. Dari sinilah bermulanya popularitas istilah Medan Area dari zaman perjuangan kemerdekaan hingga dewasa ini.

Di dalam daerah kekuasaan militernya itu, Inggris dan NICA melanjutkan pengacauannya, menggerebek dan melengkapi pemuda-pemuda bangsa Indonesia secara sewenang-wenang dan melancarkan operasi dari gedung ke gedung maksudnya untuk merampas semua gedung atau instansi di dalam kota, mengusir personalia jawatan-jawatan dan instansi pemerintahan RI dari tempat-tempat kedudukannya. Selain itu melakukan pengacauan terhadap kampong-kampung di sekitar kota Medan di luar daerah kekuasannya. Pasukan TKR dan laskar serta para pejuang lainnya tidak tinggal diam membahas setiap tindakan sewenangwenang tentara Inggris dan NICA.

Tindakan Inggris itu ditentang oleh para pegawai Republik Indonesia di setiap jawatan dan instansinitu. Peristiwa itu segera diketahui pasukan TKR, Laskar dan para pejuang lainnya lalu diadakan pengepungan. Ketika melihat keadaan para pejuang RI yang siap melawan, pasukan Inggris merasa kecut, lalu melepaskan tembakan secara membabi-buta. Para pemuda memberikna balasan dan terjadinlah tembak-menembak seketika. Seorang tentara Inggris menderita luka-luka, dengan membawa korbannya itu merekapun kabur ke pangkalannya kembali.

Pada malam harinya para pemuda dan anggota TKR melancarkan serangan dengan menggunakan granat botol terhadap Termeuleun yang direbut tentara Inggris itu. Gedung tersebut terbakar musnah. Beberapa jumlah korban di pihak Inggris. Korban di pihak pemuda Indonesia hanya seorang luka-luka.

Pada keesokan harinya, tentata India-Inggris melakukan penggerebekan di tempat-tempat konsentrasi para pemuda di Kota Medan. Pada malam harinya TKR dan Laskar memebalas dengan menembaki asrama-asrama tentara IndiaInggris, dan NICA sehingga mereka tidak bias tidur, terjadi sejak tanggal 7-9 Desember 1945. Dengan pertempuran ini menendai dimulailah Peretmpuran Medan Area. Inggrispun lalu teriak-teriak extremist, terrorist dan sebagainya.

Kenyataan tersebut telah merusak hubungan balik antara pihak Sekutu dalam ini antara Inggris dan Indonesia. Sebab pada awalnya karena pimpinan RI di pusat dan daerah percaya akan isi perjanjian tersebut, bahwa kedatangan Sekutu yang diwakili Inggris ke Indonesia adalah untuk mengurus tawanan perang, akan tetapi kenyataannya lain.

Jalannya Pertempuran


Tugas pokok bagi pasukan TKR dan laskar serta para pejuang lainnya terutama rakyat RI yaitu untuk merebut kota Medan dari pendudukan pasukan Belanda dan mendirikan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatera Utara dengan ibu kota Provinsi Medan.

Dengan semakin meningkatnya perjuangan bersenjata melawan tentara Inggris, kemudian Belanda, di Medan Area, semakin dirasakan oleh pimpimnan TRI (setelah berubah sebutan dari TRI) di Sumatera Utara (TRI Divisi Gajah II), demikian pula oleh pimpinan ketentaraan su-Sumatera (Komando Sumatera), akan pentingnya dibentuk suatu Komando yang akan dapat mengendalikan seluruh kekuatan bersenjata di Medan Area, sehingga perjuangan melawan tentara Belanda di daerah tersebut akan lebih efektif.

Pasukan RI akan menyerang Belanda pada malam hari, taktik ini dijalankan oleh pimpinan militer Republik mengingat persenjataan pasukanpasukan yang kurang sempurna dibandingkan dengan persenjataan pasukanpasukan Sekutu, sehingga diperlukan antuan alam (kegelapan malam) untuk melindungi gerak maju pasukannya. Dan pada dasarnya gerakan-gerakan militer terbatas itu dimaksudkan hanyalah mempertahankan keseimbangan kekuatan, supaya pasukan-pasukan Sekutu tidak leluasa bergerak ke luar daerah pendudukan dan menduduki tempat-tempat lainnya. Tujuan pasukan-pasukan Republik ini ternyata berhasil, sehingga semenjak bulan Maret 1946, tentara India-Inggris tidak pernah lagi melakukan operasi-operasi militer ke luar kota Medan.

Sifat-sifat gerakan-gerakan pasukan TRI, Laskar dan para pejuang lainnya yang demikian itu, tidak dapat dipertahankan terus, mengingat bahwa segera akan ditentukan garis-garis demarkasi di sekitar kota Medan yang persetujuan prinsipnya telah tercapai itu. Dengan tercapainya persetujuan prinsip genjatan senjata, tidaklah berarti, bahwa tembak menembak barulah dilaksanakan, apabila pasukan-pasukan kedua belah pihak telah menerima perintah resmi dari Panitia Tertinggi Genjatan Senjata masing-masing pihak. Sampai pada saat itu (di sekitar tanggal 20 Oktober 1946) perintah tersebut belum ada diterima pimpinan militer Republik di Sumatera Utara, dan perundingan-perundingan pelaksanaannya di pusat masih sedang berlangsung, sehingga masih cukup waktu untuk menjalankan suatu gerakan militer yang teratur guna menghadapi perundingan gencatan senjata di Medan Area.

Pertempuran Medan Area berawal pada tanggal 9 November 1945, pasukan Sekutu di hawah Brigadir Jenderal Ted Kelly mendarat di Sumatra Utara. Pendantan pasukan Sekutu itu diikuti oleh pasukan NICA yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Pemerintahan Republik Indonesia di Sumatra Utara ternyata memperkenankan mereka menempati beberapa hotel di Medan seperti De Boer, Grand hotel, dan Hotel Astoria untuk menghormati petugas Sekutu. Selanjutnya scbagian dari mereka tempatkan di Binjai dan Tanjung Morawa.

Sehari setelah mendarat, tim RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan di Pulau Berayan, Sacntis, Rantau Prapat, Pematang Siantar, dan Brastagi untuk membantu membebaskan para tawanan dan dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur Teuku Muhammad Hassan. Namun, para bekas tawanan itu langsung menjadi inti dari Batalion KNIL Medan. Akibat dari tindakan itu ternyata memancing berbagai insiden. Insiden pertama terjadi tanggal 13 Oktober 1945 di Jalan Bali, Medan. Insiden itu berawal dari ulah seorang Belanda penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih.

Latar Belakang Pertempuran Medan Area

Akibatnya hotel itu diserang dan dirusak oleh para pemuda. Dalam insiden itu 96 orang luka-luka yang sebagian besar adalah orang-orang NICA. Insiden itu menjalar ke beberapa kota lainnya seperti Pematang Siantar dan Brastagi. Sementara itu, pada tanggal 10 Oktober 1945 terbentuk TKR Sumatra Timur yang dipimpin oleh Achmad Tahir. Selanjutnya, diadakan pemanggilan terhadap bekas Heiho di seluruh Sumatra Timur. Pemanggilan itu mendapat sambutan dari mereka, sehingga di samping TKR juga terdapat organisasi perjuangan lainnya, yaitu Pemuda Republik Indonesia Sumatra Timur yang kemudian menjadi Pesindo.

Setelah keluarnya Maklumat Pemerintah tentang berdirinya partai-partai politik pada bulan November 1945, di Sumatra Timur terbentuk laskar partai. PNI memiliki laskar Nasional Pelopor Indonesia (Napindo), Masyumi mempunyai laskar Ilizbuilah, dan Parkindo membentuk Pemuda Parkindo. Sebagaimana di kota-kota lain di Indonesia, pasukan Sekutu (inggris) memulai aksinya untuk memperlemah kedudukan Republik Indonesia dengan cara memberi ultimatum agar bangsa Indonesia menyerahkan senjatanya kepada pasukan Sekutu. Hal itu juga dilakukan oleh Brigadir Ted Kelly kepada para pemuda Medan pata tanggal 18 Oktober 45.

Sejarah Pertempuran Medan Area

Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak sekutu menuliskan papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di pinggiran kota Medan. Sejak saat itu, istilah Medan Area menjadi terkenal. Inggris bersama NICA melakukan aksi pembersihan terhadap unsur-unsur republik di kota Medan. Sehingga para pemuda membalas aksi-aksi itu sehingga kota Medan menjadi tidak aman. Setiap usaha pengusiran dibalas dengan pengepungan dan bahkan sering terjadi tembak-menembak. Pada tanggal 10 Desember 1945, pasukan Inggris dan NICA berusaha menghancurkan konsentrasi pasukan TKR di Trepes.

Selanjutnya, seorang perwira Inggris berhasil diculik oleh kalangan pemuda dan beberapa truk berhasil dihancurkan. Dengan peristiwa itu. Brigadir Jenderal Ted Kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata mereka. Kalau tidak menyerahkan, mereka akan ditembak mati. Pada bulan April 1946, tentara Inggris sudah mulai mendesak pemerintah Republik Indonesia untuk keluar dari kota Medan. Gubernur, Markas Besar TKR, dan walikota pindah ke Pematang Siantar. Dengan demikian, Inggris berhasil menduduki kota Medan.

Tanpa adanya satu komando, mustahil dapat dilakukan serangan yang efektif terhadap kedudukan pasukan Inggris. Pada tanggal 10 Agustus 1946 diadakan pertemuan di Tebingtinggi antar komandan pasukan yang berjuang di Front Medan Area. Pertemuan tersebut memberntuk satu komando bemama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Resimen itu terdiri atas empat sektor, tiap-tiap sektor dibagi lagi menjadi 4 subsektor. Setiap sektor berkekuatan satu batalion. Pusat komandi berada di Sudi Mengerti, Trepes. Dibawah komando tersebut perjuangan Medan Area menjadi lebih baik.