Bagaimana sejarah peristiwa Depresi Besar Dunia 'Malaise' ?

Depresi Besar

Depresi Besar atau zaman malaise adalah sebuah peristiwa menurunnya tingkat ekonomi secara dramatis di seluruh dunia yang mulai terjadi pada tahun 1929. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, begitu pula dengan pendapatan perseorangan, pendapatan pajak, harga, dan keuntungan.

Kota-kota besar di seluruh dunia terpukul, terutama kota yang pendapatannya bergantung pada industri berat. Kegiatan pembangunan gedung-gedung terhenti. Wilayah pedesaan yang hidup dari hasil pertanian juga tak luput terkena dampaknya karena harga produk pertanian turun 40 hingga 60 persen.

Bagaimana sejarah peristiwa Depresi Besar Dunia ‘Malaise’ ?

Dunia barat antara tahun 1929-1939 mengalami krisis ekonomi yang terdalam dan paling lama dalam sejarah industri barat. Di Amerika Serikat, depresi ekonomi terjadi ketika jatuhnya pasar modal pada bulan Oktober 1929 di bursa saham Wall Steet yang menyebabkan hilangnya jutaan investor. Selama beberapa tahun ke depan, di AS terjadi penurunan belanja konsumsi dan investasi yang menyebabkan berkurangnya produksi barang dan meningkatnya tingkat pengangguran.

Pada tahun 1933, ketika depresi berat mencapai titik terburuk, sejumlah 13-15 juta orang Amerika menganggur dan hampir setengah dari bank di negara mengalami failed. Meskipun bantuan darurat dan pembaharuan sistem ekonomi dilakukan oleh Presiden Franklin D. Roosevelt yang dikenal dengan “New Deal” cukup membantu mengurangi efek terburuk dari depresi besar pada 1930-an

Perekonmian Amerika Serikat baru mengalami kemajuan setelah 1939, ketika Perang Dunia II yang membuat industri di Amerika melejit pesat atas permintaan pasar senjata dan bahan makanan.

Jatunya Pasar Saham “Wall Street” 1929

Ekonomi Amerika memasuki masa resesi selama musim panas 1929, ketika belanja konsumen menurun dan mengakibatkan barang-barang menumpuk, sehingga memperlambar laju produksi. Pada saat yang sama, harga saham terus mengalami kenaikan dan pada musim gugur 1939 mencapi tingkat yang tidak dapat diperkirakan. Pada 24 Oktober 1929, investor mulai menjual saham mereka secara massal.

image
Pada saat itu 24 Oktober 1929, tercatat sekitar 12,8 juta saham diperdagangkan hari itu, yang kemudian dikenal sebagai “Kamis Hitam.” Lima hari kemudian pada “Selasa Hitam” sekitar 16 juta saham diperdagangkan pasca gelombang kepanikan susulan melanda Wall Street. Jutaan saham berakhir tidak berharga dan para investor yang telah memberli saham “margin” (dengan uang pinjaman) disapu bersih sepenuhnya.

Sebagaimana konsumen yang menghilang di tengah jatuhnya pasar modal, penurunan pengeluaran dan investasi mendorong pabrik dan bisnis lain untuk memperlambat produksi dan konstruksi mulai memikirkan nasib karyawan mereka. Bagi mereka yang cukup beruntung untuk tetap bekerja, upah akan jatuh dan daya beli terus menurun. Banyak orang Amerika terpaksa untuk membeli secara kredit jatuh ke dalam utang.

Penggunaan standar emas dalam pertukaran mata uang membuat depresi dari Amerika Serikat menyebar hingga ke seluruh dunia, terutama Eropa

Memburuknya Depresi Ekonomi

Presiden Herbert Hoover dan para pemimpin AS lainnya memberikan jaminan bahwa krisis ekonomi akan berlalu dengan sendirinya, pada kenyataannya tidaklah demikian. Krisis ekonomi terus memburuk hingga tiga tahun ke depan. Pada tahun 1930, sekitar empat juta orang Amerika menjadi pengangguran, kemudian angka tersebut meningkat menjadi enam juta orang pada tahun 1931. Industri juga mengalami kelesuan dengan penurunan 50% produksi barang.

Garis bantuan makanan, dapur umum, dan meningkatnya jumlah tunawisma menjadi hal yang umum di kota-kota di Dunia dan Amerika. Pada tahun 1920-an, kekeringan yang melanda dunia menyebabkan petani-petani mengalami gagal panen dan tidak dapat menghasilkan kebutuhan pangan. Banyak petani yang berusaha mengatasi kebutuhan pangan mereka sendiri, sementara di tempat lain banyak orang-orang mengalami kelaparan.

Pada musim gugur tahun 1930-an, satu dari empat gelombang kekacauan perbankan dimulai. Banyak dari investor kehilangan kepercayaan solvabilitas mereka dan menutup deposito. Banyak bank yang kemudian melikuidasi pinjaman dengan tujuan melngkapi cadangan kas yang cukup bagi mereka sendiri.

Kekacauan kembali terjadi di musim semi dan musim gugur tahun 1931 dan 1932 di AS, dan pada awal tahun 1933 ribuan bank telah menutup bank mereka. Untuk menghadapi situasi tersebut, Presiden AS, Herbert Hoover mengeluarkan kebijakan untuk menunjang bank-bank yang gagal dan lembaga lainnya dengan memberikan pinjaman dari negara. Peminjamaan dari negara kepada bank-bank tersebut dimaksudkan agar mereka dapat kembali menjalankan usahanya dan mampi mempekerjakan kembali karyawan mereka.

Sumber: hariansejarah.id