Bagaimana sejarah peradaban Mesir Kuno ?

Mesir Kuno mempunyai peradaban paling awal, paling lama dan paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Mesir Kuno dikenal karena prestasi luar biasa dalam berbagai macam bidang, diantaranya termasuk seni dan arsitektur, teknik, kedokteran dan tata negara.

Bagaimana sejarah peradaban Mesir Kuno ?

Penduduk Mesir kuno mulai menempati kawasan lembah Nil sekitar tahun 5000-525 SM, yaitu sejak orang Mesir primitif periode perkembangan neolitik sampai pada perkembangan peradaban masa kekuasaan para Firaun absolute. Secara kronologis, sejarah Mesir dapat dibagi menjadi beberapa periode. Sejarah Mesir sebelum tahun 3400 SM disebut dengan periode prasejarah, periode kerajaan lama (3400-2475 SM), periode transisi feudalisme (2475-2160), periode pertengahan (2160-1780 SM), ditambah dengan periode dominasi Hykso (1780-1580 SM) dan periode emperium (1580-525 SM).

Periode prasejarah Mesir ditandai dengan banyak ditemukan peralatan-peralatan pada kuburan-kuburan bangsa Mesir, diperkirakan dimulai sejak tahun 1500 SM. Dengan demikian, penduduk Mesir sudah menggunakan peralatan dimulai sejak masa paleolitik dan neolitik (zaman batu tua dan batu muda). Kemajuan bangsa Mesir lebih ditopang oleh hasil bumi yang subur, sejak pra dinasti sudah terjalin kerja sama dalam pembuatan kanal dan irigasi. Gambaran ini menunjukkan sudah adanya unit-unit politik meskipun masih kecil, yang secara gradual membentuk dua dua kerajaan, atas di bagian selatan, bawah di bagian utara sekitar tahun 5000 SM (Bogardus, 1995).

Periode kerajaan lama, sudah memasuki zaman logam, perdagangan sudah mengalami kemajuan, kapal-kapal dagang telah dikirim ke kawasan pantai Syria untuk memperoleh kayu sebagai bahan pembuatan kapal, rumah dan perabotan lainnya. Industri sudah dimulai pada masa ini, manifaktur dari kaca, permata-permata yang indah banyak dihasilkan oleh para pengrajin. Indikasi kemajuan peradaban pada masa kerajaan lama adalah peninggalan piramida-piramida. Piramida pertama dibangun pada masa dinasti ketiga, merupakan kuburan batu besar pertama di dunia.

Dari enam dinasti kerajaan lama yang ada, dinasti keempat adalah yang paling kuat dengan membangun piramida besar sebagai kuburan pagi Firaun Khufu dan dikenal dengan Cheops. Pembangunan piramida ini membutuhkan 100.000 pekerja dikerjakan selama dua puluh tahun. Bangunan ini didesain untuk memprotek jasad Firaun setelah mati. Dari sini, menunjukkan bahwa pengetahuan geometri telah dikenal baik oleh bangsa Mesir, mereka telah menggunakan perunggu untuk memotong batu. Kerajaan Mesir mengalami pertumbuhan besar menuju fase baru dengan kekuasaan yang bersifat feodalistik. Selama berada di bawah kekuasaan enam dinasti Firaun pada masa kerajaan lama, sentralisasi kekuasaan yang kuat menjadi berkurang yang memunculkan independensi dan ambisi para gubernur propinsi. Akibat terjadinya perang sipil, kekuatan para Firaun menjadi runtuh, sementara para gubernur saling berebut kekuasaan di antara mereka. Secara umum, masyarakat tidak dapat menahan kelaparan karena adanya tekanan dari tirani-tirani kecil, kerusakan yang disebabkan oleh peperangan, sehingga praktis masa ini kemajuan peradaban terhenti (Bogardus, 1995).

Setelah selama 300 tahun berada dalam disintegrasi atau disunity, putra-putra mahkota dari Nil bagian atas telah berhasil membangun kembali sebuah negara kesatuan. Di masa kekuasaan satu Firaun terdapat dua belas dinasti selama dua abad, yang paling menonjol adalah Sesostris III and Amenemhet III dengan kemampuannya membawa kerajaan para Firaun bersifat monarki yang kuat, dengan hukum, aturan, kemakmuran ekonomi dan kemajuan peradaban. Jika kerajaan lama terkenal dengan piramidanya, maka pada masa pertengahan ini lebih menonjol dalam bidang literatur dan kesenian (Bogardus: 1995).

Sekitar tahun 1780 SM, seorang Asia dikenal oleh bangsa Mesir dengan Hykos, dengan pasukan berkuda dan kereta yang superior telah menaklukkan Mesir kawasan Delta secara keseluruhan dan bertahap sampai pada lembah Nil bagian atas. Selama dua abad sampai tahun 1580 SM di bawah kekuasaan orang asing, telah melahirkan nasionalisme bangsa Mesir. Azhmes liberalis dari Thebes adalah seorang pahlawan nasional yang besar telah membebaskan bangsa Mesir menuju babak baru, yaitu masa emperium. Para penguasa emperium ini meyakini bahwa untuk menjaga keamanan negara Mesir dari serbuan bangsa asing adalah dengan mengontrol Palestina, Syria, Phoenisia, kawasan air di timur Mediterania serta mengontrol nite-nite perdagangan oleh pasukan infantri. Firaun yang paling besar peradaban pada periode ini adalah Mosis III (1479-1447 SM) biasa disebut sebagai Napoeleon oleh bangsa Mesir. Dia mampu menaklukkan Syuria, Phoenesia, Palestina, Nubia dan dilengkapi dengan kawasan Siprus.

Kebesaran Mesir berada di bawah kekuasaan Firaun dinasti ke-18; peradaban dan kekuatan politik, politik hukum dan peraturan-peraturan di lembah Nil. Perkembangan perdagangan dan kemakmuran yang besar dari rampasan perang yang mengalir ke Mesir. Thebes sebagai ibukota Mesir menjadi kota terkaya di dunia. Beberapa kuil taman yang indah dan rumah-rumah besar dan indah milik para pembesar membuat Thebes tampak lebih indah (Bogardus, 1995). Di bawah kekuasaan Amenhotep III (1411-1375 SM), emperium Mesir mengalami kemunduran, yang ditandai dengan adanya kontoversi agama, dan kehilangan teritorial.

Ramses II (1292-1225 SM) dinasti ke-19, dikenal sebagai Firaun yang menindas bangsa Yahudi dan berusaha untuk merestorisasi, atau memulihkan kembali kejayaan emperium Mesir. Kekuatan bangsa Mesir dibangun kembali di Dyria selatan dan Palestina. Monumen-monumen besar telah dibangun disepanjang sungai Nil, sehingga dari luar emperium tampak makmur dan aman. Setelah periode ini seluruh kawasan Timur dekat muncul kekuatan, sementara Ramses III (1198-1167 SM) hanya mempertahankan emperium dari kehancuran. Setelah Ramses III tidak ada lagi pemimpin dari bangsa Mesir yang brilian. Akhirnya Mesir di bawah kekuasaan bangsa-bangsa asing, Afrika, Assyria dan Persia tahun 525 SM. Pada masa ini praktis bangsa mesir telah kehilangan kemerdekaan politiknya. Setelah kedatangan Islam, Mesir telah banyak meninggalkan tradisi kuno mereka.

Sistem pemerintahan pada teritorial kerajaan Mesir lama adalah absolut secara ekstrim, seluruh kekuasaan berada di bawah tangan Firaun. Siapa yang dipanggil dengan Firaun berarti rumah besar ( Great House ). Para Firaun merupakan pemilik seluruh tanah, tidak ada pertanyaan bagi para penguasa ini. Rakyat Mesir percaya bahwa jika hal itu dilakukan, maka akan mendapat sangsi dari para dewa. Pemerintahan Mesir bersifat teokratik, dengan mengkombinasikan agama dan fungsi politik. Di samping sebagai raja, Firaun sebagai dewa penguasa tanah dan spiritual. Keberhasilan sistem administrasi kerajaan lama, memungkinkan adanya sentralisasi kekuasaan yang absolut. Dalam mengatur negara, raja dibantu oleh seorang ketua bendahara dan dua orang perdana menteri. Sistem paternalisme tiada lain adalah untuk melanggengkan kekuasaan dan kemakmuran keluarga raja (Bogardus, 1995).

Struktur sosial Mesir terdiri dari kelas atas yang didominasi oleh para penguasa dan pendeta, kelas menengah dan kelas rakyat yang sebagian besar sebagai budak. Seluruh sejarah kehidupan Mesir, basis ekonominya adalah pertanian dengan sistem sentralisasi irigasi memungkinkan hasil panen yang melimpah, sehingga industri sudah ada pada masa kerajaan lama. Setiap bulan Juli sungai Nil akan meluap, sedangkan bulan Nopember akan mengalami kekeringan. Hal ini sejak lama telah diantisipasi oleh bangsa Mesir dengan melakukan pertanian yang bervariasi. Pengembangan tembaga, penggunaan bahan kaca, penggalian batu secara terorganisir, serta teknik pemahatan relief sangat efisien dan maju yang tidak dijumpai di Eropa sampai periode revolusi industri.

Sejak kerajaan lama, komersial mengalami kemajuan sangat pesat sepanjang sungai Nil. Ekspedisi melaut di laut merah dengan memakai perahu telah dilakukan, sehingga bangsa Mesir dapat mengklaim bahwa merekalah bangsa pertama menggunakan perahu. Sejak 2750 SM, perahu-perahu Mesir berlayar menelusuri pantai Timur Mediterania sampai Phoenesia. Perdagangan emperium memiliki empat rute. Lewat kanal yang dikonstruksi sebagai penghubung antara laut Merah dengan daerah timur Delta. Sepanjang Sungai Nil perahu-perahu membawa barang-barang dari selatan, para kafilah menjalin kontak dagang dengan Mesopotamia dan Syria selatan; pelayaran dari Syria utara ke Yunani dan pulau-pulau lain. Hasil perdagangan Mesir banyak ditemukan di Yunani, agama dan bentuk seni pun mulai diadopsi oleh Yunani. Impor Mesir adalah kulit onta, senjata-senjata dari logam, rempah-rempah, emas, kayu dan permadani. Sementara ekspor Mesir adalah gandung, linan, dan barang-barang kerajinan sebagai hasil olahan (Bogardus, 1995).

Agama Mesir kuno menjadi agama rakyat, aturan-aturan didominasi oleh penguasa yang dianggap sebagai dewa (Bogardus, 1995), ritual mereka lebih dikonsentrasikan pada dramitisasi kematian raja-raja (Bell, 1997).

Piramida-piramida merupakan manifestasi keyakinan mereka. Karya-karya seni yang mengakar dari simbol-simbol agama, tulisan-tulisan dalam dekorasi makam- makam bernuansakan religius, kuil-kuil dijadikan sentral ilmu pengetahuan, kemakmuran dan energi dimanfaatkan untuk melanggengkan jasad setelah mati. Bagi rakyat jelata yang tidak dapat mengabadikan jasadnya dengan mumi, orientasi mereka diabdikan bukan untuk polilik, tetapi untuk keagamaan (Trever, 1963). Perhatian mereka tentang keabadian jasad dipengaruhi oleh Osiris, orang pertama diabadikan jasadnya dengan mumi. Dia dianggap dewa Nil. Naik turunnya sungai Nil merupakan simbol kematian dan kebangkitan dewa ini dan diperingati setiap tahun. Mitologi tentang Osiris terus berkembang. Osiris yang dibunuh oleh dewa Seth dengan memotong-motong tubuh Osiris, kemudian disebar ke seluruh dataran lembah Nil. Isis yang merasa kehilangan, mengumpulkan kembali potongan-potongan jasad Osiris, akhirnya bangkit kembali dan menjadi abadi. Akhirnya Horus putra Osiris menuntut balas dengan menyerang Seth (Wallbank, 1949).

Bangsa Mesir kuno mengambil banyak Tuhan. Di antaranya adalah Ra, yaitu dewa matahari. Osiris dewa air, Isis ibu yang agung. Di antara dewa-dewa tersebut Ra-lah yang paling penting. Akan tetapi setelah berada di kekuasaan Thebes, posisinya digantikan oleh dewa Anum atau dewa yang agung ( supreme god ) kemudian digabung menjadi Anum-Ra, Bangsa Mesir juga sudah mengenal nyanyian-nyanyian untuk memuja para dewa, seperti Hymn to the sun (Wallbank, 1949) .

Salah satu kontribusi penting lain bangsa Mesir dalam peradaban adalah kemajuan dalam bidang seni tulisan, khususnya pengenalan terhadap alfabet Literatur tertua tercantum pada teks-teks piramida yang disebut dengan teks tertua tentang pemikiran manusia. Teks yang berkenaan dengan agama dapat dijumpai pada dinding-dinding makam raja ke-5 dan ke-6 yang berisi tentang mantra-mantra magis, mitos dan nyanyian religius. Sementara literatur pada masa pertengahan lebih kaya dan bervariasi serta bersifat sekuler (Wallbank, 1949). Banyak ditemukan cerita-cerita romantis, tenggelamnya kapal dan sebagainya. Tetapi cerita yang penting adalah legenda tentang Yusuf dan saudaranya. Di samping itu juga ditemukan syair-syair bernuansa religius yang diekspresikan secara filosofis.

Sistem penanggalan sudah dikenal dengan baik, penetapan jumlah hari sebanyak tiga puluh dalam satu bulan dan jumlah bulan sebanyak dan belas dalam satu tahun setiap akhir tahun ditambah dengan lima hari. Dalam bidang ilmu pengetahuan, bangsa Mesir adalah pertama kali dalam matematika terapan, tetapi mereka sedikit kemajuan dalam bidang fisika dan astronomi. Bangsa Mesir dapat dikatakan sebagai arsitek yang luar biasa dengan menghasilkan bangunan batu berbentuk piramida. Secara umum struktur sosial Mesir tidak ada rumah yang megah, istana raja dibangun tidak cukup indah. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi kehidupan bangsa Mesir lebih banyak diarahkan kepada tujuan hidup abadi. Bangunan piramida adalah ekspresi tunggal dari peradaban Mesir. Sementara kuil-kuil dengan struktur bangunan menunjukkan misteri agama bangsa Mesir (Wallbank, 1949).


Gambar Kuil Karnak

Kuil terbesar adalah Karnak yang dibangun dengan batu-batu besar dengan pintu-pintu dan jendela terbuka, dan atap yang menghadap ke langit. Terdiri dari tiang-tiang besar, di dalamnya terdapat ruangan besar. Dalam bidang seni dekorasi, banyak ditemukan batu-batu kuburan dan istana yang dicat dengan warna-warna simbolik (Wallbank, 1949).


Gambar Kuil Karnak

Sumber : Mustofa Umar, Mesopotamia dan mesir kuno: Awal Peradaban Dunia Universitas Islam Negeri Alaudin Ujungpandang

Referensi :

  • Wallbank, T. Walter dan Tylor Alastair. 1949. Civilzation Past and Present New York: Scolt, Foresman and Company.
  • Bogardus, Emory S. 1995. The Development of Social Thought. USA: Longmans, Green and Co.
  • Trever, Albert F. 1963. History of Ancient Civilization. USA: Bracc Company.
  • Bell, Catherine. 1997. Ritual Perspective and Dimensions. New York: Oxford University Press.