Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Jawa Barat?

Masjid raya Jawa Barat

Jawa barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di Indonesia. Padahal dulunya jawa barat merupakan daerah dengan masyarakat beragama Hindu-Budha. Bagaimana sejarah masuknya Islam di Jawa Barat ?

Berdasarkan sumber sejarah lokal Tartar Sunda, konon pemeluk agama Islam yang pertama kali di Tatar Sunda adalah Bratalegawa. Bratalegawa adalah putra kedua Prabu Guru Panggandiparamarta JayadewaBrata atau Sang Buni Sora penguasa kerajan Galuh. Dia memilih hidupnya sebagai Saudagar besar sehingga banyak berpergian ke daerah atau negeri lain. Seperti ; Sumatera, Semenanjung Melayu, Campa, Cina, Sri Langka, India, Persia, bahkan Arab pernah dikunjunginya. Di Negara-negara itu Ia menjalin persahabatan dan persaudaraan sehingga banyak sahabat dan perkenalannya, baik sesama Niagawan maupun Pejabat setempat.

Di Gujarat, India, Ia mempunyai sahabat sekalipun rekanya berniaga bernama Muhammad. Muhammad mempunyai anak gadis bernama Farhana, dan Bratalegawa menjatuhkan pilihannya kepada gadis itu untuk dijadaikan istri. Bratalegawa kemudian memeluk agama Islam, kawin dengan Farhanah, lalu mereka kedua menunaikan ibadah Haji ke Mekah, dan Bratalegawa berganti nama menjadi Haji Baharuddin Al jawi.

Dari Mekah mereka kembali ke Galuh, Negara asal Bratalegawa. Disana mereka mengunjingi Ratu Banawati, Adik bungsunya yang sudah menjadi Istri salah satu seorang Raja bawahan Galuh. Mereka membujuk Banawati agar mau memeluk agama Islam, tetapi tidak berhasil. Kemudian mereka pindah ke Cirebon Girang, tempat kakak laki-lakinya berkuasa.

Upaya mengajak kakaknya memeluk agama Islam juga gagal. Kegagalan itu tidak sampai menyebabkan putusnya hubungan darah mereka. Dan Haji Baharuddin tetap memberikan bantuan kepada kedua saudaranya jika diperlukan. Di Galuh mereka tercata sebagai orang Islam dan haji pertama oleh karena itu Ia kemudian dikenal dengan gelarnya Haji Purwa Galuh atau Haji Purwa saja: Purwa berati pertama.

Bila kisah Haji Purwa ini di jadikan titik tolak masuknya Islam di Jawa Barat, hal ini mengandung arti bahwa :

Pertama, agama Islam yang pertama kali masuk ke Jawa Barat berasal dari Makah (teori Arab) yang dibawa oleh pedagang (Bratalegawa).
Kedua , pada tahap awal kedatangannya, agama Islam tidak hanya menyentuh daerah Pesisir Utara Tatar Sunda, namun diperkenalkan juga di daerah perdalaman. Akan tetapi agama itu tidak segera menyebar secara luas dimasyarakat. Hal ini disebabkan tokoh penyebarnya belum banyak dan pengaruh Hindu dari kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda Pajajaran terhadap Masyarakat setempat masih kuat.

Peran bangsa Arab dalam perniagaan di perairan Asia telah di kenal sejak Abad ke-4 Masehi. Pada abad ke-10 Masehi, Perniagaan Dunia Timur telah mereka kuasi . di sepanjang perjalanan, mereka mendirikan koloni-koloni sebagai tempat tinggal mereka, seperti di Pantai Utara Sumatera, Pelabuhan Kanton dan lain-lain.

Oleh karena itu, sangat terbuka kemungkinan apabila Haji Purwa, Saudagar dari Galuh yang hidup pada pertengahan Abad ke -15, telah di Islamkan pada waktu sedang berniaga, karena hubungan perdagangan Cina dengan Indonesia, India, Timur- Tengah, dan sebaliknya telah terjadi sejak awal abad Masehi.

Lebih lanjut, Carita Purwaka Caruban Nagari menguraikan tentang Pada tahun (1416 Masehi), Angkatan laut Cina melakukan perjalanan keliling atas perintah Kaisar Cheng-tu atau Yeng-lo, Raja ketiga dari Dinasti Ming. Armada tersebut dipimpin oleh Laksamana Cheng-Ho atau Sam-po Tay-Kam yang telah memeluk Agama Islam. Perjalanan tersebut juga disertai seorang juru tulis yang bernama Ma-huan.

Armada tersebut terdiri dari 63 kapal dengan 27.800 prajurit. Tujuan utamanya adalah menjalin persahabatan dengan Raja-raja tetangga Cina di seberang lautan. Dalam armada ini terdapat Syaikh Hasanuddin. Mereka singgah di Pesambangan (Pelabuhan Muara Jati Cirebon). Ki Gedeng Jumanjati pada waktu itu sebagai penguasa pelabuhan Muara jati, Ia bersahabat dengan para Ulama Islam yang berasal dari Mekah dan Campa, antara lain Syaikh Hasanudin dari Campa.

Itulah beberapa kemungkinan terjadinya pengenalan Agama Islam pada Masyarakat Jawa Barat, yang mungkin pula selanjutnya diikuti dengan proses Islamisasi di daerah Jawa Barat, baik dari sumber-sumber Portugis maupun sumber-sumber tradisi.

Makin bertambah banyaknya saudagar dan tokoh-tokoh Islam yang berdatangan ke pelabuhan Muara jati (Cirebon), makin membuka kemungkinan masyarakat di daerah itu khususnya dan daerah-daerah Jawa Barat lain umumnya untuk dapat mengenal agama Islam, serta terjadinya proses Islamisasi di daerah tersebut.

Dengan didukung oleh kekerabatan, sifat toleransi khususnya dalam kehidupan beragama, dan sifat masyarakat pantai yang lebih terbuka terhadap hal-hal baru pula memungkinkan terjadinya proses Islamisasi di daerah Jawa Barat.

Sebagian besar Sumber-sumber Tradisi Cirebon selalu mengawali uraian tentang Islamisasi di daerah Jawa Barat dengan aktivitas Guru Agama Islam, yaitu Syaikh Quro di Karawang. Menurut Carita Purwaka Caruban Nagari, nama asli Syaikh Quro Karawang adalah Syaikh Hasanudin. Ia adalah putera Syaikh Yusuf Shiddiq, seorang Ulama terkenal dari Campa.90

Sumber lain yang menunjukan datangnya Islam pertama kali di Jawa Barat adalah naskah Carita Ratu Carbon Girang Japura dan Singapura. Naskah ini antara lain mengkisahkan pada tahun 1418 M telah datang di Negeri Singapura (Wilayah Cirebon) rombongan pedagang dari Campa, dimana di dalamnya terdapat Syaikh Hasanuddin bin Yusuf Sidik seorang Ulama penyiar agama Islam.

Kemudian setelah beberapa saat tinggal di Singapura, lalu Syaikh Hasanudin pergi lagi dan menetap di Karawang. Beliau mendirikan Pesantren Quro, sehingga Syaikh Hasanudin di kenal dengan nama Syaikh Quro91 Syaikh Quro adalah Ulama pertama yang mendirikan Pesantren di Jawa Barat pada tahun 1338 Caka (1416 Masehi.) di Pura Dalem Karawang. Ia bermaksud menyebarkan Agama Islam di pulau Jawa bagian Barat .

Referensi :

  • Ayatrohaedi, Sundakala "Cuplikan Sejarah Sunda berdasarkan Naskah-Naskah“, Panitia Wangsakerta Cirebon, Jakarta: Pustaka jaya, 2001
  • Sri Mulyati, “Carita Ratu Carbon Girang, Japura dan Singapura, transliterasi dan Terjemahan disertai kajian teks”, Bandung : Museum Negeri Propinsi Jawa Barat “SRI BADUGA”, 1999
  • Atja, “Carita Purwaka Caruban Nagari : Karya Sastra sebagai Sumber Pengetahuan Sejarah”, Bandung: Proyek Permuseuman Jawa Barat, 1986
  • Edi S. Ekadjati, “Penyebaran Agama Islam di Jawa Barat dalam Sejarah Jawa Barat dari Masa Pra sejarah hingga Masa Penyebaran Agama Islam”, Bandung: Proyek Penunjangan Peningkatan Kebudayaan Nasional Propinsi Jawa Barat, 1975