Bagaimana sejarah Konstantinopel ?

Konstantinopel merupakan ibu kota banyak peradaban,mulai dari bangsa Yunani, Kekaisaran Romawi Timur dan setelahnya Kekaisaran Bizantium. Saat ini, konstatinopel dikuasai oleh bangsa Turki dan berganti nama menjadi Istanbul. Bagaimana sejarah Konstantinopel ?

Byzantium adalah sebuah kota Yunani Kuno yang menurut legenda didirikan oleh para warga koloni Yunani dari Megara pada tahun 667 SM dan dinamai menurut nama raja mereka Byzas atau Byzantas. Nama Byzantium merupakan latinisasi dari nama asli kota tersebut yaitu Byzantion, kota ini kelak menjadi pusat kekaisaran Byzantium (kekaisaran Romawi menjelang dan pada abad pertengahan dengan nama Konstantinopel).

Pada tahun 196 M, kota ini dikepung oleh pasukan Romawi dan menderita kerusakan parah. Byzantium kemudian dibangun kembali oleh Septimus Severus, yang pada saat itu telah menjadi kaisar dan dengan segera memulihkan kemakmurannya. Lokasi Byzantium menarik perhatian Kaisar Romawi Konstantinus I yang pada tahun 330 M, membangun ulang kota itu menjadi Nova Roma. Setelah mangkatnya, kota ini disebut Konstantinopel (Kota Konstantinus). Kota ini selanjutnya menjadi ibukota Kekaisaran Romawi timur.
Kombinasi imperialisme dan lokasi ini mempengaruhi peran Konstantinopel sebagai titik penyeberangan antara dua benua Eropa dan Asia. Kota ini merupakan sebuah magnet komersial, kultural dan diplomatik. Dengan letak strategisnya itu Konstantinopel mampu mengendalikan rute antara Asia dan Eropa, serta pelayaran dari Laut Mediterania ke Laut Hitam.

Pada tanggal 29 mei 1453, kota ini jatuh ke tangan Bangsa Turki Ottoman dan sekali lagi menjadi ibukota dari Negara yang kuat, yakni kerajaan Ottoman. Bangsa Turki menyebut kota ini Istanbul (meskipun tidak secara resmi sampai tahun 1930) dan terus menjadi kota terbesar dari Republik Turki, sekalipun yang menjadi ibukota Turki adalah Ankara.

Konstantinopel didirikan ribuan tahun yang lalu oleh seorang berkebangsaan Yunani yang bernama Byzas pada tahun 658 SM. Kota ini dikenal dengan nama Byzantium. Byzantium awalnya merupakan pusat peradaban kristen kedua setelah Roma. kemudian pada tahun 324 M, Kaisar konstantin memindahkan ibukota Romawi Timur kekota ini dan sejak itu namanya diubah menjadi Konstantinopel dan negaranya disebut dengan Byzantium. Konstantinopel merupakan ibukota imperium terbesar pada masanya dan dihuni oleh berbagai etnis dan bangsa yang didominasi oleh etnis yunani.

Letak Geografis


Lima ratus lima puluh tujuh tahun yang lalu pada Maret 1453, pemandangan yang tidak banyak berbeda akan ditemukan oleh seseorang yang mendatangi tempat itu, walaupun keadaannya tidak sepadat sekarang dan tentunya belum ada adzan yang berkumandang. Konsantinopel terletak di posisi yang strategis, terhampar di daratan berbentuk segitiga seperti tanduk dan terletak di sebelah barat Bosphorus, antara Balkan dan Anatolia, anara laut Hitam dan laut Tengah.

Disebelah utara kota ini terdapat teluk tanduk emas (Golden Horn), sebuah pelabuhan alami yang sempurna. Diseberang Selat Boshporus terhampar daratan yang kaya dengan hasil bumi, semenanjung Asia kecil atau lebih dikenal dengan nama Anatolia. Dari selat Boshporus ini seseorang dapat berlayar ke utara menuju Laut Hitam (Black Sea) atau keselatan melewati Selat Dardanela lalu menuju ke laut Mediterania. Posisinya di tengah dunia membuat Konstantinopel menjadi kota pelabuhan paling sibuk di dunia pada masanya. Inilah kota yang mendapatkan kesempatan terhormat menjadi bagian terpenting dari 3 peradaban besar manusia.


Gambar Ilustrasi kota Konstantinopel

Pemandangan yang paling menonjol dari kota ini tentu saja sistem pertahanannya yang merupakan pertahanan terbaik pada masanya. Konstantinopel dilindungi tembok yang mengelilingi kota dengan sempurna, baik wilayah laut maupun darat. Keseluruhan kota ini nampak seperti sebuah benteng yang kokoh.

Apabila kita meluaskan pandangan lebih jauh ke arah barat, kita pasti melihat selintas jalan lurus utama menuju Edirne, ibukota bagian Eropa Utsmani. Di tempat itu, sejumlah besar pasukan sedang berbaris rapi dari kota Edirne. Pasukan infanteri berbaris dengan tombak-tombak mereka yang menutupi sinar matahari, menjadikan pasukan itu berada dalam bayangan sepanjang waktu.

Dari lautan, layar-layar kapal perang terkembang dan dayung-dayungnya memandu kapal melawan arus laut bendera-benderanya berwarna hijau dan merah berlambang bulan sabit berkibar megah melawan arah angin. Kapal-kapal ini menyusuri Selat Dardanela lalu masuk ke laut Marmara menuju perairan Konstantinopel untuk panggilan seorang panglima perang yang telah ditakdirkan. Dari laut Hitam di utara Konstantinopel, kapal-kapal membawa logistik juga berdatangan membawa kayu, peluru, meriam, dan perlengkapan perang lainnya.

Napoleon Bonaparte terpukau atas letaknya yang strategis yang menghubungkan dua benua besar yaitu benua Eropa dan Asia, serta keindahan negeri itu. Dia pernah mengatakan bahwa dia tidak akan merasa berat menjadi kaisar yang memerintah seluruh alam, bilamana pusat kekuasaanya berada di Konstantinopel. Dari segi keindahan alam, Konstantinopel merupakan kota tepi pantai yang sangat mengagumkan dunia, sejajar dengan Napoli di Italia dan Lissabon di Portugal, bahkan lebih indah dari pada kedua kota tersebut.


Gambar Peta kota Konstantinopel

Konstantinopel, atau Istanbul atau Asatinah adalah sebuah kota di Turki yang terletak di dua tepian Teluk Bosporus. Ia adalah Byzantium kuno. Didirikan oleh bangsa Romawi kuno pada abad ke-7 SM. Constantine, kaisar Roma menetapkannya sebagai ibukota Imperium Romawi Timur, dan ia menamakan kota itu dengan nama Konstantinopel pada tahun 330 M.

Kondisi Kota ini sempat mengalami kemunduran sepeninggal Kaisar Yustinianus yang agung. Kota inipun kehilangan begitu banyak kemampuan pertahanannya akibat misi Perang Salib IV yang menghabiskan semua pertahanannya. Maka kota ini, selama 200 tahun lamanya tidak mampu melepaskan diri dari Bangsa Latin yang menawan para penduduknya dan membakar rumah-rumah, bangunan-bangunan dan tanah-tanah lapang mereka.

Imperium Romawi sendiri telah terbagi menjadi dua bagian: Imperium Romawi Timur dan Imperium Romawi Barat. Kaisar Imperium Byzantium , Konstantin I mulai melaksanakan pembangunan Kota Konstantinopel pada tahun 330 M untuk dijadikan sebagai pusat ibukota Imperium Romawi Timur, yang di kemudian hari dikenal sebagai Imperium Byzantium.

Perairan Teluk emas melindungi sisi kota bagian Timur Laut yang dikunci dengan rantai besi besar yang ditarik pada kedua sisinya dan diletakkan pada jalan masuk antara benteng Kastellion dan benteng Konstantinopel.

Para Ahli sejarah dari kalangan Utsmani menyebutkan bahwa jumlah pasukan yang melindungi kota tersebut mencapai 40.000 prajurit.

Eropa sendiri terbagi-bagi akibat perseteruan politik antara mereka. Perancis yang merupakan kekuatan Eropa terbesar akhirnya takluk pada Inggris dalam perang 100 hari pada tahun Seribu tiga ratus empat puluh sampai seribu empat ratus tiga puluh tiga. Perpecahan dalam bidang politik dan militer Eropa ini sangat membantu pihak Utsmani. Mereka juga terbantu dengan adanya perpecahan agama disebabkan terjadinya perseteruan madzhab antara Gereja Ortodoks dan Gereja Katolik35

Kota ini sendiri telah mendapatkan beberapa nama, antara lain:

  • Byzantium: Ketika bangsa Yunani medirikan kota ini mereka menyebutnya dengan nama “Bizantium”. Kaisar Constantine telah menetapkannya sebagai ibukota untuk Imperium Romawi Timur pada tahun 324 M.

  • Nova Roma: Kaisar Constantine kemudian mengganti namanya dengan “Roma Baru” (Nova Roma)

  • Konstantinopel: karena nama yang diberikan oleh kaisar untuk kota ini ternyata tidak mendapatkan respon yang baik dari rakyat, maka dengan segera kota ini pun berganti nama mengikuti nama Kaisar Constantine

  • Islam Bul: setelah pertempuran yang sengit dan pengepungan yang berlangsung lama, Sultan Muhammad II pada tahun 857 H/ 1453 M pun melancarkan serangan ke kota Konstantinopel, hingga akhirnya berhasil menundukkan kota tersebut di bawah kekuasaan Sultan Utsmani, Muhammad al-Fatih, yang kemudian menamakan kota itu dengan “Islambul” (yang berarti dalam bahasa Turki “Kota Islam”)

Sosial Budaya


Kehidupan sosial budaya Romawi barat didasarkan atas kebudayaan Romawi,maka Romawi Timur melanjutkan kebudayaan Yunani dan bahasa Yunani yang menjadi bahasa resmi. Di Bizantium, pendidikan yang baik dianggap sebagai salah satu kebijakanutama danmerupakan keharusan bagi setiap orang yang ingin meningkatkan kemampuan pribadinya. Tidak belajar berarti suatu aib. Orang Kristen berbeda dengan orang Berber, disamping berbedaagama, mereka berbeda dengan orang Berber, karena pada dasarnya mereka mempunyai perasaan unggul. Seorang Byzantium percaya bahwa ia terpelajar dan yakin bahwa semua orang Berber tidak tahu apa-apa.

Setiap anggota atas Konstantinopel percaya bahwa pendidikan yang baik merupakan hal yang tak terelakkan bagi kewarganegaraan. Anak laki-laki usia enam tahun mulai diperkenalkan pada tata bahasa Yunani, kemudian mereka dilatih untuk mengarang dalam bahasa Yunani Attika, membaca karya klasik, serta menghapal syair panjang Homerus.

Dalam usia 14 tahun mereka diajari retorika. Mereka mulai diperkenalkan pada orator, penulis prosa, serta filsuf. Geometri, arithmatika, astronomi dan musik, empat mata pelajaran yang di Eropa Barat dikenal dengan Quadrivium. Perpustakaan tentang karya-karya klasik dibangun di berbagai tempat, begitu pula dengan sekolah-sekolah.

Dalam sejarah seni Byzantium menduduki posisi tertinggi. Konstantinpel penuh dengan bangunan megah tempat ibadah umat Kristen, bangunan itulah yang merupakan puncak prestasi arsitektur Byzantium. Setelah Kristen resmi pada 312, bangunan yang bernama Basilica bertebaran di daerah Romawi Timur. Bangunan itu beratap berbentuk kubah raksasa yang disusun dengan cermat terbuat dari batu.

Ciri khas bangunan Byzantium adalah keserba-agungan yang memberikan efek impresif di atas segalanya seperti yang ditulis Charles Diehl dalam The Cambridge Medieval History .

Figur yang digambarkan hampir semuanya berkaitan dengan agama. Seni Byzantium pada dasarnya adalah seni cangkokan. Unsur-unsur diambil propinsi tentangga, namun yang paling dominan adalah dari Yunani. Dari Syria mereka mengambil ide tentang kubah. Dari Persia mereka mengadopsi desain binatang dan tumbuhan.

Dalam bidang seni dan bangunan, Konstantinopel juga penuh dengan bangunan-bangunan megah tempat ibadah umat Kristen (Gereja). Bangunan- bangunan tersebut merupakan puncak prestasi arsitektur Bizantium.

Bangunan kuno peninggalan Kekaisaran Romawi Timur. Bangunan ini dikenal dengan nama Aya Sofia, terletak di tengah-tengah kota Konstantinopel semula sebagai bangunan gereja, kemudian menjadi masjid dan terakhir menjadi museum. Konstantinopel sebelumnya bernama Byzantium Constantinne Agung (280-337), kaisar Romawi mengganti nama kota itu menjadi Konstantinopel, sesuai dengan namanya sendiri. Sekarang ini kota Konstantinopel bernama Istanbul, sebuah kota penting di Turki.

Sebagai gereja umat Kristen Timur Aya Sofia dibangun oleh Constantinus, putra Kaisar Constantine Agung, pada mulanya berupa basilika yang ditahbiskan tahun 360. Pada masa kaisar Justinianus (527-565), Aya Sofia yang melambangkan kejayaan kekaisaran Romawi Timur diresmikan pada tanggal 7 Mei 558. Pemugaran besar-besaran dikerjakan pada awal abad ke-14.

Ketika Konstantinopel jatuh ke tangan tentara Islam di bawah pimpinan Sultan Muhammad II (Muhammad al-Fatih, memerintah tahun 1444-1446 dan 1451-1481) pada tanggal 27 Mei 1453, nama kota itu diganti menjadi Istanbul dan dijadikan ibu kota Daulah Turki Utsmani. Begitu Konstantinopel dapat direbut dan Gereja Aya Sofia dikuasai, Sultan Muhammad al-Fatih mengumandangkan takbir dan melakukan sholat.

Sejak saat itu Gereja Aya Sofia dijadikan masjid yang kemudian terkenal dengan nama masjid Aya Sofia. Setelah hampir lima abad dijadikan masjid, penguasa baru Turki, Mustafa Kemal Ataturk, menjadikan masjid Aya Sofia sebagai museum di bawah pengawasan pemerintah. Bangunan Aya Sofia masih tegak berdiri sampai sekarang.

Keistimewaan bangunan Aya Sofia terletak pada bentuk bangunan kubahnya yang besar dan tinggi, ukuran tengahnya 30 meter, tingginya dari fundamen 54 m, interiornya dihiasi dengan mozaik dan fresco, tiang-tiangnya terbuat dari pualam berwarna-warni dan dindingnya dihiasi dengan berbagi ukiran.

Ekonomi


Ekonomi Romawi Timur merupakan salah satu yang paling maju di Eropa dan Mediterania selama berabad-abad. Eropa tak mampu menandingi kekuatan ekonomi Romawi Timur hingga akhir abad pertengahan. Konstantinopel merupakan pusat utama dalam jaringan perdagangan yang meliputi hampir seluruh Eurasia dan Afrika Utara. Kota tersebut juga menjadi salah satu kota utama dalam Jalur Sutra. Beberapa ahli menyatakan bahwa, hingga datangnya bangsa Arab pada abad ketujuh, ekonomi Romawi Timur merupakan yang terkuat di dunia. Penaklukan Arab menyebabkan terjadinya kemunduran dan stagnansi.

Reformasi Konstantinus V (765) menandai mulainya pemulihan ekonomi yang berlangsung hingga tahun 1204. Dari abad kesepuluh hingga akhir abad keduabelas, Kekaisaran Romawi Timur memproyeksikan citra mewah, dan pengelana kagum dengan kekayaan di Konstantinopel. Semuanya berubah pada masa Perang Salib Keempat, yang membawa bencana ekonomi. Palaiologos mencoba memulihkan ekonomi, tetapi negara Romawi Timur akhir tidak akan memperoleh kuasa penuh atas kekuatan ekonomi domestik dan asing. Pelan-pelan, Romawi Timur juga kehilangan pengaruhnya dalam modalitas perdagangan dan mekanisme harga, dan juga kuasa atas aliran logam-logam berharga, dan bahkan, menurut beberapa ahli, terhadap pencetakan koin-koin.

Salah satu fondasi ekonomi kekaisaran adalah perdagangan. Tekstil merupakan komoditas ekspor yang paling penting. Negara dengan ketat menguasai perdagangan internal dan internasional, serta memiliki hak monopoli dalam mengeluarkan koin. Pemerintah mengatur tingkat bunga, dan menetapkan parameter aktivitas serikat dan perusahaan dagang, yang dikenakan bunga khusus. Kaisar dan pejabat-pejabatnya melakukan campur tangan pada masa krisis untuk menjamin penyediaan modal dan menjaga harga serealia. Pemerintah mengumpulkan hasil surplus melalui pemungutan pajak, dan mengembalikannya dalam sirkulasi melalui redistribusi dalam bentuk gaji kepada pejabat-pejabat negara, atau dalam bentuk investasi fasilitas-fasilitas umum.

Politik


image

Salah satu putera dari kepemimpinan Utsman I yaitu yang bernama Sultan Orkhan Bin Utsman yang memangku kekuasaan dari ayahnya dan dia melakukan kebijakan sebagaimana yang dilakukakan ayahnya dalam administrasi Negara dan penaklukan-penaklukan negeri. Dia adalah sebuah kota yang berada di Barat Laut Asia Kecil. Di tempat inilah, Orkhan mendirikan sebuah Universitas untuk pertama kalinya. Dia menyerhakan urusan administrasi kepada Daud Al-Qaishari, salah seorang ulama Utsmani yang pernah belajar di Mesir. Orkhan sangat memperhatikan struktur tentara sesuai dengan masanya dan menjadikannya sebagai tentara yang sangat terorganisir.

Sultan Orkhan sangat terobsesi untuk merealisasikan apa yang pernah dikabarkan Rasulullah tentang akan ditaklukkannya Konstantinopel oleh kaum muslimin. Dia telah meletakkan langkah-langkah strategis untuk melakukan pengepungan terhadap kota Byzantium tersebut, dari arah barat dan timur sekaligus.

Kebijakan politik Sultan Orkhan yang terjadi dimasanya terfokus kepada kekaisaran Romawi. Namun peristiwa berbeda terjadi pada tahun 736 H/ 1336 M. Saat itu kepala pemerintahan Saljuk Romawi, Qarashi, wafat. Setelah kematiannya, terjadi perselisihan antara dua anaknya dalam memperebutkan kursi kekuasaan. Orkhan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, maka dia pun melibatkan diri dalam konflik, sampai akhirnya berhasil menguasai wilayah itu. Memang salah satu tujuan berdirinya Negara Utsmani adalah untuk mewarisi wilayah-wilayah yang semula berada di bawah kekuasaan Saljuk di Asia Kecil. Konflik ini terus terjadi antar pemerintahan Utsmani dan negeri-negeri kecil itu, hingga masa pemerintahan al-Fatih yang kemudian ditandai dengan penyerahan seluruh Asia kecil ke dalam kesultanan Utsmani.

Orkhan berusaha menguatkan penopang kekuasaannya. Untuk itu, dia melakukan pekerjaan-pekerjaan reformatif dan pembangunan, menerbitkan administrasi, menguatkan militer, membangun masjid-masjid, dan akademi- akademi ilmu pengetahuan.

Demikianlah salah satu keijakan politik yang diambil Orkhan tatkala dia menguasai Qarashi, selama 20 tahun tanpa timbul peperangan sekalipun. Bahkan dia berhasil menghapusnya dan menggabungkannya dalam masyarakat sipil dan militer yang dibentuk oleh pemerintahnya. Satu bukti kebesaran Orkhan adalah adanya stabilitas di dalam negeri, pembangunan- pembangunan masjid-masjid, pemberdayaan wakaf, pembangunan tempat- tempat umum. Orkhan memiliki pandang yang sangat bijak karena semua peperangan yang berlangsung di masanya tidak ditujukan sekedar memperluas wilayah kekuasaan. Dia melakukan semua itu agar kekuasaanya memiliki wibawa di mata wilayah-wilayah yang sudah dikuasai. Dalam setiap pembukaan wilayah, dia selalu membangun masyarakat madani, militer, terdidik dan berbudaya, sehingga wilayah-wilayah itu menjadi bagian tidak terpisahkan dari kekuasaan pemerintahan Utsmani di Asia Kecil yang berjalan stabil.

Ini semua menunjukkan pada pemahaman Orkhan yang luas tentang apa yang disebut dengan “Sunnah gradualistik” (proses bertahap) dalam pembangunan sebuah Negara dan peradaban, serta dalam membangkitkan suku bangsa.

Tak lama setelah Orkhan berhasil membangun pemerintahan dalam negerinya, terjadilah konflik perebutan kekuasaan di internal kekaisaran Byzantium (Romawi). Sementara itu kaisar Kontakusianus meminta bantuan Sultan Orkhan untuk melawan musuhnya. Sultan pun mengirimkan pasukan Utsmani untuk memerkuat pengaruh kekuasaan kesultanan Utsmani di Eropa.

Pada tahun 1358 M. terjadi sebuah gema besar di kota-kota Turaqiya sehingga menyebabkan ambruknya benteng-benteng Gallipoli. Peristiwa ini melicinkan jalan bagi kaum muslimin untuk memasukinya. Kaisar Byzantium melayangkan proses terhadap apa yang dilakukan oleh tentara Orkhan itu. Namun tidak mendapatkan jawaban apa-apa. Jawaban Orkhan saat tu adalah, kekuasaan Ilahi telah membuka pintu-pintu kota di depan kekuatan pasukannya. Dengan demikian maka jadilah Gallipolli basis pertama yang akhirnya mampu menguasai kepulalaun Balkan.

Tatkaka Hana V di Luyulujis menyatakan diri terpisah dari pemerintahan Byzantium, maka semua wilayah yang dikuasai Orkhan menyatakan diri berada di bawah kekuasaan Sultan, dengan syarat Sultan akan mengirimkan beberapa kabilah muslimin dalam jumlah besar dengan tujuan untuk menyebarkan Islam serta dalam rangka mencegah pengusiran orang- orang Islam oleh orang-orang Nasrani dari Eropa.

Ada beberapa sebab yang memudahkan Sultan Orkhan merealisasikan tujuan politiknya, antara lain:

  • Kebijakan bertahap, mengelaborasi perjuangan ayahnya Utsman, dan tersedianya berbagai sarana material dan maknawi yang begitu banyak. Semua itu membantu Orkhan menaklukan wilayah- wilayah Byzantium di Anatolia. Strategi yang dilakukan Orkhan memiliki ciri yang sangat unik, yaitu langkah-langkahnya pasti dan terencana dalam melakukan perluasan kekuasaan, serta merentangkan perbatasan. Sedangkan dunia nasrani saat itu sama sekali tidak menyadari akan adanya ancaman dari kekuasaan Utsmani, kecuali setelah mereka mampu menyeberang laut dan mampu menaklukkan Gallipolli.

  • Dalam setiap peperangan yang berlangsung antara kaum muslimin dan penduduk Balkan, pasuka Utsmani memiliki karakteristik, yaitu membantu kesatuan barisan, kesatuan tujuan, dan kesatuan madzhab, yakni madzhab Sunni.

  • Kekuasaan Byzantium (Romawi) saat itu mengalami kemerosotan yang sangat parah. Masyarakat Byzantium telah ditimpa perpecahan politis, kemerosotan agama dan sosial. Dengan demikian sangat gampang bagi kekuasaan Utsmani untuk menaklukan wilayah itu.

  • Kelemahan pihak Nasrani akibat tidak adanya rasa percaya di kalangan penguasa dan pejabat di lingkungan kekaisaran Byzantium, Bulgaria, Serbia dan Hungaria. Dalam berbagai kesempatan mereka tidak mampu menyatukan barisan dalam menghadapi kekuatan tentara Utsmani.

  • Konflik agama yang terjadi antara Roma dan Konstantinopel, atau antara Katholik dan Ortodoks, telah menimbulkan dampak yang begitu besar dikedua belah pihak. Munculnya organisasi militer baru yang didasarkan pada akidah, manhaj, tarbiyah dan tujuan-tujuan Rabbaniyah yang langsung dipimpin oleh orang-orang terbaik dikalangan Utsmani.

Referensi :

  • Felix Y.Siauw ,Muhammad Al-Fatih 1453 , (Jakarta:Al-fatih Press,2013).
  • Agus Santosa ed, World Hiratage Nature & Culture Vol. 2 (Jakarta: Batara Publishin, 2009).
  • Siauw , Muhammad Al-Fatih 1453 . (Jakarta;Al-fatih Press,2013)
  • Ramzi Al-Munyawi , Muhammad Al-Fatih (Jakarta:Al-Kautsar,2012).
  • Ali Muhammad Ash-Shalabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah (Jakarta: Al-Kautsar, 2003).

Sultan Muhammad II mencurahkan segala kemampuan yang dimiliki pada pasukannya untuk persiapan penaklukan Konstantinopel, membentuk kekuatan barisan pasukan Utsmani yang besar hingga mencapai hampir 250 000 tentara, jumlah pasukan yang sangat besar pada waktu itu, ia mempersiapkan beberapa strategi, berbagai macam senjata serta menanamkan semangat juang, mengingatkan pada mereka tentang pujian Rasul terhadap pasukan penakluk Konstantinopel, dan berharap merekalah pasukan yang dimaksud, sebagaimana para ulama’ menjadi pengaruh yang sangat besar bagi kekuatan pasukan untuk perang yang hakiki yaitu perang yang sesuai dengan perintah Allah.

Serangan Besar


Sebagaimana diketahui, Konstantinopel adalah sebuah kota yang dikelilingi perairan laut di ketiga arahnya: teluk Bosporus, Laut Marmara, dan teluk tanduk emas yang terlindungi dengan rangkaian rantai besi yang sangat besar hingga dapat menahan masuknya armada kapal laut ke kota tersebut.

Ditambah lagi dengan adanya dua jalur pagar yang mengelilinginya dari arah darat melalui tepian pantai laut Marmara menuju Tanjung tanduk emas, yang ditengahi oleh sungai Lycus. Di antara kedua pagar tersebut terdapat sebuah tanah lapang yang lebarnya mencapai 60 kaki. Lalu pagar bagian dalam yang ketinggiannya mencapai 40 kaki. Kemudian diatasnya menjulang beberapa menara yang ketinggiannya mencapai 60 kaki.

Adapun pagar bagian luar, ketinggiannya mencapai sekitar 25 kaki, dan di atasnya juga terdapat beberapa menara yang tersebar dan dipenuhi dengan tentara. Dengan begitu, maka kota ini dari sudut pandang militer dapat dianggap sebagai kota yang terbaik perlindungannya didunia. Itu semua karena pagar, benteng dan menara perlidungannya yang berdiri mengelilinginya, ditambah lagi dengan adanya perlindungan-perlindungan yang bersifat alami. Itu semua menyebabkan ia menjadi sulit untuk ditembus. Karenanya, puluhan upaya militer untuk menembusnya, termasuk 11 di antaranya dilakukan oleh kaum muslimin.

Sultan al-Fatih terus berusaha menyempurnakan persiapan-persiapan untuk menembus Konstantinopel, mengumpulkan informasi tentangnya dan menyiapkan peta-peta yang dibutuhkan untuk mengepungnya.

Bahkan secara langsung, Ia sendiri melakukan kunjungan-kunjungan pengintaian untuk menyaksikan seberapa kuat pertahanan dan benteng- benteng Konstantinopel. Sultan telah melakukan upaya memuluskan jalan tersebut antara Edirna dan Konstantinopel agar layak menjadi jalur penarikan Meriam-meriam raksasa di atasnya menuju Konstantinopel.

Meriam-meriam itu pun mulai bergerak dari Edirna menuju ke dekat Konstantinopel dalam kurun waktu 2 bulan, dimana proses itu dikawal ketat oleh sejumlah pasukan, hingga akhirnya pasukan Utsmani yang dipimpin sendiri oleh al-Fatih berhasil tiba di ujung Konstantinopel pada hari Kamis, 26 Rabi’ul Awal 857 H/ 6 April 1453 M.

al-Fatih lalu mengumpulkan pasukannya kurang lebih 250.000 prajurit. Ia menyampaikan sebuah khutbah yang begitu kuat mendorong mereka semua untuk berjihad merebut kemenangan atau gugur sebagai syahid. Ia mengingatkan mereka untuk berkorban dan sungguh-sungguh bertempur saat berhadapan dengan musuh.

al-Fatih membacakan ayat-ayat al-Qur’an yang mendorong mereka untuk itu. Ia menyebutkan Hadith-Hadith Nabi yang memberikan kabar gembira akan penaklukan Konstantinopel serta keutamaan yang akan didapatkan oleh pasukan dan panglima yang memimpin penaklukan tersebut, serta kemuliaan Islam dan kaum muslimin yang diraih dengan penaklukan tersebut. Seluruh pasukan menjawab itu dengan gemuruh tahlil, takbir, dan do’a.

Para ulama’ menyebar di tengah-tengah barisan pasukan untuk ikut serta bertempur dan berjihad; suatu hak yang berpengaruh meningkatkan semangat mereka, hingga setiap prajurit tidak sabar lagi menunggu saat pertempuran itu demi menunaikan kewajibannya.

Pada hari berikutnya, Sultan mulai membagi pasukan daratnya di depan pagar luar Konstantinopel. Mereka dibagi menjadi tiga bagian pokok agar dapat melakukan pengepungan darat yang kuat diseluruh penjuru.

Al-Fatih juga menyiapkan pasukan-pasukan alternatif untuk berjaga- jaga dibelakang pasukan utama dan memasang meriam-meriam di depan pagar itu; salah satunya yang paling fenomenal adalah Meriam raksasa Sultan yang dipasang di depan pintu Thop Kapi.

Ia juga memasang beberapa kelompok pengawas dan pengintai di berbagai titik dan lokasi yang tinggi dan dekat dengan kota itu. Pada saat yang sama, armada kapal laut Utsmani mulai tersebar di perairan yang mengelilingi kota ini. Hanya saja mereka tidak berhasil mencapai Teluk Tanduk Emas disebabkan adanya rantai besar yang menahan kapal manapun yang akan masuk, bahkan menghancurkan setiap kapal yang berhasil mendekat masuk. Namun armada Utsmani mampu menguasai pulau-pulau yang ada di laut Marmara.

Pasukan Byzantium berusaha mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk melindungi Konstantinopel. Mereka mendistribusikan pasukannya diatas pagar-pagar benteng dan memperkuat penjagaan. Sementara pasukan Utsmani pun semakin menguatkan cengkramannya terhadap kota itu ta itu. Sejak hari-hari pertama pengepungan itu, dapat dipastikan akan terjadi pertempuran hebat antara pasukan Utsmani yang menyerang dan pasukan Byzantium yang bertahan. Pintu-pintu syahid pun mulai dibuka. Sejumlah besar pasukan Utsmani berhasil meraihnya, khususnya personal-personal yang ditugaskan berjaga di dekat pintu-pintu benteng.

Meriam-meriam Utsmani mulai menembak dari berbagi titik menuju kota itu. Tembakan dan dentumannya yang menakutkan berperan besar dalam menanamkan rasa takut ke dalam hati orang-orang Byzantium. Bahkan ia juga berhasil menghancurkan beberapa pagar yang mengelilingi kota ini. Namun pasukan pelindungnnya dengan segera membangun kembali pagar-pagar tersebut.

Bantuan-bantuan Salibis pun tidak putus-putusnya datang dari Eropa. Bantuan dari Genoa yang terdiri dari 5 kapal laut akhirnya tiba disana dipimpin oleh panglima laut, Gustanian, yang didampingi oleh 700 petempur sukarela dari berbagai Negara Eropa.

Kapal-kapal mereka mampu bersandar ke ibukota Byzantium lama setelah menjalani pertempuran laut menghadapi kapal-kapal Utsmani yang mengepung kota. Kedatangan armada ini memberikan pengaruh yang besar dalam mengangkat semangat tempur pasukan Byzantium. Gustanian diangkat sebagai panglima umum bagi semua kekuatan pelindung kota tersebut.

Kekuatan laut Utsmani berusaha melewati rantai-rantai besar yang terpasang di jalan masuk teluk tanduk emas yang menghalangi kapal-kapal armada Islam untuk masuk. Mereka melontarkan anak-anak panah mereka ke arah kapal-kapal Eropa dan Byzantium, namun mereka gagal mewujudkan tujuan itu pada mulanya dan semangat para pasukan pelindung kota itu pun semakin meningkat.

Para pendeta dan pemuka Agama Kristen pun tidak kenal putus asa. Mereka berkeliling di jalan-jalan kota itudan tempat-tempat perlindungan kota lainnya untuk memberikan semangat dan dorongan kaum Kristen untuk tetap tegar dan bersabar. Mereka mendorong manusia agar pergi ke gereja dan berdo’a kepada Yesus dan Bunda Maria agar menyelamatkan kota itu. Kaisar Constantine sendiri berulang kali mendatangi gereja Aya Shopia untuk tujuan itu.

Kecerdasan Militer Yang Luar Biasa


Sebuah pemikiran cemerlang tiba-tiba saja terlintas di benak Sultan. Yaitu memindahkan kapal-kapal dari tempat berlabuhnya menuju Teluk Tanduk Emas dengan cara menariknnya melalui jalan darat yang terletak antara dua pelabuhan demi menjauhi Benteng Galota, karena khawatir kapal- kapal itu akan terlihat oleh pasukan sebelah barat. Jarak antara kedua pelabuhan itu sekitar tiga mil, dan ia bukan sebuah permukaan yang mudah dilalui. Ia adalah perbukitan dan terjal serta tidak mulus.

Muhammad al-Fatih mengumpulkan para panglima dan menyampaikan idenya. Ia menetepkan untuk mereka posisi pertempuran selanjutnya. Mendengar ide itu, semuanya mendukung dan mengungkapkan kekaguman mereka terhadapanya.

Dimulailah penetapan rencana tersebut. Sultan Muhammad II mulai meratakan permukaan tanah dan memuluskannya dalam beberapa saat. Ia menghadirkan beberapa papan yang diolesi dengan minyak dan lemak, lalu diletakkan di atas jalan yang membentang dengan cara yang memudahkan untuk meluncurkan dan menarik kapal-kapal itu. Bagian tersulit dari proyek itu adalah memindahkan kapal-kapal tersebut pada bagian yang terjal dan meninggi. Hanya saja secara umum, kapal-kapal Utsmani berbentuk kecil dan ringan.

Kapal-kapal itu pun berjalan dari Teluk Bosporus menuju daratan, di mana ia kemudian ditarik di atas kayu-kayu yang telah diminyakisepanjang tiga mil, hingga akhirnya tiba di titik yang aman untuk kemudian diturunkan ke Teluk Tanduk Emas. Pada malam itu, pasukan Utsmani berhasil menarik lebih dari tujuh puluh kapal laut dan dan menurunkannya di Teluk Tanduk Emas di saat musuh mereka sedang lalai. Mereka melakukan dengan cara yang belum pernah dilakukan kecuali oleh Muhammad al-Fatih. Ia sendiri yang mengawasi proses operasi yang berlangsung di malam hari itu, jauh dari pengawasan musuh-musuhnya.

Semua operasi itu berhasil dalam satu malam. Penduduk kota yang malang itu pun bangun pada pagi hari, 22 April, karena karena mendengar takbir pasukan Utsmani yang menggema dan teriakan-teriakan mereka yang semakin meninggi serta lantunan nasyid perjuangan mereka yang keras di Teluk Tanduk Emas. Mereka dikejutkan dengan armada Utsmani yang telah menguasai penyeberangan laut itu.

Kini tidak ada lagi laut pemisah antara pasukan pembela Konstantinopel dengan pasukan Utsmani. Salah seorang ahli sejarah Byzantium mengungkapkan kekaguman mereka terhadap proses ini sehingga mengatakan “kami tidak pernah melihat dan mendengarkan sebelumnya hal yang luar biasa seperti ini. Muhammad al-Fatih telah mengubah permukaan tanah menjadi laut dan menyeberangkan kapal-kapalnya di atas puncak bukit sebagai pengganti gelombang lautan. Muhammad al-Fatih benar-benar telah mengungguli Alexander The Great dengan apa yang ia lakukan ini”.

Keputusasaan mulai menimpa penduduk Konstantinopel. Berbagai isu dan dugaan mulai semakin banyak di tengah mereka, sebuah isu yang tersebar mengatakan: “Konstantinopel akan jatuh ketika ia menyaksikan kapal-kapal yang berjalan di atas bukit yang kering.”

Keberadaan kapal-kapal kaum muslimin di Teluk Tanduk Emas mempunyai peran besar dalam melemahkan semangat para prajurit pelindung kota itu, yang membuat mereka menarik sejumlah kekuatan besar dari pasukan pelindung itu dari benteng-benteng lain, agar mereka dapat melakukan perlindungan terhadap benteng-benteng yang terletak di Teluk Tanduk Emas, karena ini adalah benteng yang terlemah. Namun karena sebelumnya ia dilindungi oleh air sehingga terjadilah kelalaian dengan hanya berfokus melindungi benteng-benteng yang lain.

Kaisar Byzantium berusaha mengatur berbagai strategi penghancuran armada laut Utsmani d Teluk Tanduk Emas. Hanya saja upaya mati- matiannya itu diketahui oleh pasukan Utsmani sehingga mereka menggagalkan semua rencana dan usaha itu.

Pasukan Utsmani terus menggedor titik-titik perlindungan kota itu dan benteng-bentengnya dengan meriam-meriam. Mereka berusaha memanjat pagar-pagarnya. Pada saat yang sama, pasukan pelindung kota sibuk untuk membangun kembali bagian pagar kota mereka yang hancur, serta menghadang semua upaya-upaya untuk memanjati pagar-pagarkota itu, serta tetap menghadapi pengepungan kota yang semakin menambah kesulitan, kepayahan dan keletihan mereka. Siang dan malam mereka terus berusaha dan mereka ditimpa rasa putus asa.

Pasukan Utsmani juga memasang meriam-meriam khusus pada dataran tinggi yang berdampingan dengan Bosporus dan Tanduk Emas. Misi utamanya adalah menghancurkan kapal-kapal Byzantium dan kapal yang mendukungnya di tanduk Emas dan Bosporus serta perairan yang berdampingan. Hal itu semakin mempersulit gerakan kapal-kapal musush hingga benar-benar melumpuhkannya.

Referensi

http://digilib.uinsby.ac.id/5408/56/Bab%203.pdf

Sejarah Konstantinopel berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama sejalan dengan sejarah Kekaisaran Romawi Timur dan setelahnya Kekaisaran Bizantium. Namun sebelum menjadi bagian dari Romawi Timur, tempat ini merupakan bagian dari Yunani dengan nama yang berbeda. Seiring dengan berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur, Konstantinopel tidak ada lagi. Namun, tempatnya masih digunakan untuk peradaban manusia. Kini, namanya berganti menjadi Istanbul yang merupakan bagian dari negara Turki. Sejak awal berdirinya peradaban hingga saat ini, daerah ini selalu menjadi ibukota.

Yunani Kuno

1. Byzantium

Sebelum bernama Konstantinopel, daerah yang kini bernama Istanbul tersebut dikuasai bangsa Yunani dan bernama Byzantium. Kota Yunani kuno ini dibuat sejak sekitar tahun 658 SM yang didirikan oleh Byzas dari Mergara. Kota ini dinobatkan menjadi ibukota Yunani kuno dikarenakan beberapa alasan, yaitu :

Pelabuhan alaminya dapat digunakan untuk persinggahan dan dikelola untuk menghasilkan pendapatan kota

Kondisi alamnya cocok untuk bertahan dari serangan musuh

Daerahnya kaya akan sumber daya alam berupa ikan laut

Pembentukan Byzantium dipenuhi mitos Yunani Kuno. Byzas yang notabene pendiri Byzantium, berdasarkan mitos, diceritakan sebagai anak dari salah satu dewa Yunani yang bernama Poseidon. Ia lahir dari hubungan Poseidon dengan Koreissa yang memiliki darah Zeus dan Io. Sebelum sampai dan mendirikan Byzantium, Byzas berkonsultasi dengan seorang peramal Apollo yang berlokasi di Delphi. Ia mendapatkan wejangan darinya bahwa ia dapat mendirikan kota di seberang tempat orang-orang buta. Khalsedon adalah nama tempat orang buta yang dimaksud. Herodotus menjabarkan bahwa julukan tempat orang buta berasal dari Jendral Persia yang bernama Megabazus. Ia menjuluki tempat itu demikian karena orang Khalsedon dinilai buta setelah mendirikan peradaban di tanah yang tak layak huni.

2. Kebudayaan Yunani Kuno

Byzantium memiliki peninggalan yang terkenal dengan nama Tembok Byzantium yang kelak dikenal juga sebagai Tembok Konstantinopel. Tembok ini memagari keseluruhan Bukit Akropolis. Tembok ini mengalami beberapa rekonstruksi untuk tujuan militer. Kekuatan tembok ini amat terkenal di masanya akibat mampu menahan gempuran musuh yang sanggup menaklukkan kota Yunani lainnya. Penduduk Byzantium berasal dari Megara yang berbangsa Yunani Dorian. Oleh karena mereka Yunani Dorian, maka kehidupan berpolitiknya lebih dekat ke Bangsa Sparta daripada Athena. Warisan Megara terhadap budaya Byzantium berupa abjad, kalender dan juga kehidupan religiusnya. Sedangkan, warisan Sparta terhadap budaya Byzantium adalah penerapan budak belian terhadap masyarakat Trakia.

Pemerintahan Byzantium secara keseluruhan bersifat demokratis, tetapi sesekali dapat berubah ke oligarki bahkan tiran. Majelis Dewan dan Rakyat ada dalam sistem pemerintahan Byzantium. Panggilan untuk majelis ini adalah jendral. Penduduk Byzantium merupakan masyarakat pemuja dewa-dewa Yunani Olympia, dewa Mesir yang bernama Serapis, dan Dewi Anatolia yang bernama Cybele. Namun, mereka dikenal sebagai orang yang cabul dan para pedagangnya dikenal sebagai pemabuk. Perlombaan Obor merupakan acara paling penting dalam kebudayaan Byzantium. Ini merupakan acara ketika seorang pemuda dengan keadaan telanjang berlari untuk menghidupkan api pengorbanan. Lintasan lari berawal dari Promentorium Bhosporium dan berakhir di Akropolis.

3. Perpindahan Kepemilikan Kota

Byzantium merupakan bagian dari Yunani Kuno yang mengacu kepada bangsa Sparta. Namun seiring ekspansi bangsa Persia terhadap daerah sekitarnya, Byzantium jatuh ke tangan Persia tahun 546SM. Kala itu, Persia di bawah kepemimpinan Koresh Agung. Kepemilikan Persia atas kota ini berlanjut hingga tiga penerusnya, yakni Cambysses II, Darius, serta Xerxes. Pada masa kepemimpinan Xerxes, Yunani memenangi perang dengan Persia yang berujung pada jatuhnya Byzantium ke tangan Yunani kembali. Setelah Yunani kembali mendominasi kembali kekuatannya di Byzantium, kota ini secara bergantian dipimpin oleh bangsa Sparta dan Athena. Namun, secara garis besar penduduknya lebih condong ke bangsa Sparta karena Athena menerapkan upeti yang tidak disetujui penduduk.

Byzantium acapkali diserang oleh bangsa lain. Salah satunya adalah Makedonia yang dipimpin oleh Philip II pada 340 SM hingga 339 SM. Oleh karena serangan tersebut, hubungan penduduk Byzantium dengan bangsa Athena membaik. Alasannya karena bangsa Athena membantu menahan serangan tersebut. Atas kebaikan mereka, maka dibuatlah monumen untuk menghormati bangsa Athena. Selain Makedonia, Galia menyerang kota ini pada 279 SM, Seleukia yang dipimpin Antiokhos II menyerang pada 246 SM, dan Bithynia yang dipimpin Prusias I menyerang di tahun 220 SM. Dari semua serangan tersebut tidak ada yang membuat Byzantium jatuh.

Pada tahun 129 SM, bangsa Romawi mulai menunjukkan kekuatannya. Momen ini dimanfaatkan Byzantium untuk bersekutu dengan bangsa Romawi dan berada di bawah perlindungan mereka. Byzantium berulang kali memperbaharui kesepakatannya dengan Raja Romawi yang baru prihal persekutuan. Pada akhirnya persekutuan berakhir pada 196 M ketika pejabat Byzantium salah memberikan dukungan terhadap petinggi Romawi di saat terjadi perang kekuasaan antara Septimius Severus dan Pescennius Niger. Calon yang didukung Byzantium adalah Pescennius Niger yang pada akhirnya mati terbunuh. Severus yang marah, akhirnya membunuh pejabat Byzantium dan mencabut predikat kota merdeka dari Byzantium. Sejak saat itu, Byzantium menjadi Byzantium Romawi.

Kekaisaran Romawi

1. Awal Kekuasaan Romawi

Penderitaan warga Byzantium amat besar akibat kemarahan Severus. Kota itu dihancurkan oleh kaisar Romawi tersebut dan dibiarkan dalam keadaan berkeping-keping selama beberapa tahun lamanya. Anaknya yang bernama Caracalla membujuk sang kaisar untuk memaafkan penduduk Byzantium dan membangun kembali Byzantium. Alasannya karena Byzantium terlalu sia-sia untuk dibiarkan begitu saja. Severus pun setuju dan mengambil keputusan untuk membangun Byzantium dua kali lebih besar daripada sebelumnya.

Tembok Byzantium yang asli hanya dibuat memagari bukit pertama saja, sedangkan buatan Severus dibuat memagari bukit kedua juga. Tembok ini melindungi dua pelabuhan yang dibuat Severus, yakni pelabuhan Neorion dan Prosphorion. Selain tembok dan pelabuhan, Severus membangun bangunan, kuil, jalanan, saluran air, dan juga lapangan. Ada dua bangunan ikonik yang dibuat oleh Severus, bangunan pertama namanya Hippodrome yang pada masa kini terletak di depan Masjid Biru. Saat ini, tempatnya diberi nama at Meydani. Bangunan kedua bernama tempat pemandian Zeuxippus. Tempat ini dibangun untuk masyarakat yang datang ke Hippodrome kala menyaksikkan hiburan. Tempat ini dipenuhi pelbagai macam patung.

Peralihan Menjadi Konstantinopel

Byzantium Romawi memasuki masa damai hingga bangsa Goth menyerang pada tahun 257 M. Penyerangan ini akhirnya berakhir dipatahkan pada 268 M kala militer Romawi dipimpin oleh Claudius II. Pada 284 M, Diocletian berkuasa setelah membunuh Carinus. Diocletian mengangkat dirinya sebagai Augustus Timur, Galerius sebagai Gubernur Timur, Maximian sebagai Augustus Barat, dan Konstantius Chlorus sebagai Gubernur Barat pada 293 M. Pembagian ini untuk mempermudah pengaturan kekuasaan dimana Augustus berfungsi sebagai kaisar senior dan gubernur berfungsi sebagai kaisar junior.

Tahun 311 M ditandai dengan Romawi yang memiliki empat kaisar yang bernama Konstantinus (kelak dikenal sebagai Konstantin Agung), Licinius, Maxentius dan Maximinus. Pada akhirnya kaisar berkurang satu persatu setelah Konstantinus mengalahkan Maxentius pada tahun 312 M, Licinius mengalahkan Maximinus pada tahun 313 M, dan Konstantinus mengalahkan Licinius pada tahun 324 M.

Kemenangan Konstantinus pada 312 M merupakan tonggak awal kristen aktif didukung penyebarannya dan gereja disubsidi oleh Romawi. Setelah kemenangannya atas Licinius di tahun 324 M, Byzantium direkonstruksi menjadi lebih besar lagi. Tujuannya adalah membentuk kota baru setara Roma dengan alasan pembangunan berupa titah tuhan. Rekonstruksi memakan waktu bertahun-tahun yang selesai pada tahun 330 M. Pada acara pembukaan kota, Konstantin bersabda “Roma Baru, Konstantinopel”.

2. Peresmian Dan Isi Dari Kota Besar Yang Baru

Secara resmi kota yang direkonstruksi oleh Konstantin bernama Nova Roma. Namun, dalam obrolan sehari-hari masyarakat disebut sebagai Konstantinopolis yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai Konstantinopel. Kota dibuka dengan perayaan selama empat puluh hari. Tembok Konstantinopel dibuat lebih besar lagi karena memanjang hingga bukit ketujuh. Kota pun dibuat lebih besar lagi hingga mencapai empat sampai lima kali dari buatan Severus. Populasi penduduk di Konstantinopel diperkirakan mencapai 80.000 orang yang dilihat dari pembagian roti gratis kepada masyarakat berdasarkan undakan.

Di dalam kota, Konstantin membuat beberapa bangunan seperti hippodrome, forum, kuil, istana dan juga rumah. Kuil untuk pemujaan, rumah mewah untuk para pejabat yang mengikutinya, istana untuk kaisar, forum untuk pemerintahan dan juga hippodrome yang dibuat untuk olahraga, hiburan, penyambutan kemenangan dan tempat eksekusi kaisar yang digulingkan.

Hiburan yang dibuat di dalam hippodrome berbentuk sirkus dan juga perlombaan kereta perang. Sirkus pada masa ini terbagi atas empat faksi. Faksi yang dimaksud terbagi berdasarkan warna, yakni hijau, merah, biru, dan putih. Keempatnya memiliki peranannya tersendiri dalam masyarakat Konstantinopel. Pada akhirnya, sirkus terbagi atas dua faksi saja, yakni biru dan hijau. Merah dan putih tenggelam karena biru dan hijau menjadi amat menonjol. Biru berisikan golongan menengah dan atas yang beragama ortodoks dan berpolitik konservatif. Hijau berisikan golongan pekerja yang beragama dan berpolitik secara radikal. Kedua faksi selalu menyulut perpecahan selama bertahun-tahun.

Perlombaan kereta perang menggunakan kereta kuda yang beroda dua. Kereta tersebut ditarik dengan empat ekor kuda yang dikemudikan oleh sais. Perlombaan kereta kuda mengitari hippodrome dilakukan sebanyak tujuh putaran yang berjarak total hingga 2,5 kilometer. Para sais pemenang perlombaan dinobatkan menjadi pahlawan. Sais yang paling terkenal adalah Porphyrius pada masa pemerintahan Antonius I. Atas kemampuannya, Antonius I membuatkan monumen untuk dirinya.

3. Konflik Penerus Konstantin

Enam tahun setelah Konstantinopel direkonstruksi, Konstantin mengalami sakit parah. Ia mencoba pelbagai macam pengobatan, tetapi tidak membuahkan hasil. Pada tahun 337, Konstantin pun meninggal dunia. Ia dimakamkan di Gereja Rasul Suci. Setelah ia wafat terjadi kekosongan kepemimpinan selama beberapa bulan. September 337, ketiga putranya mengangkat diri mereka sendiri sebagai Augustus. Dalam prosesnya, terjadi konflik keluarga. Dua paman dan ketujuh sepupu mereka dibantai agar tidak bisa mengklaim tahta.

Selepas tragedi berdarah tersebut, ketiga putra Konstantin membagi daerah kekuasaan masing-masing. Konstantin dan Konstan memerintah daerah barat, sedangkan Konstantius memerintah bagian timur dengan ibukota Konstantinopel. Namun, pembagian ini tetap menimbulkan pergesekan diantara ketiganya. Pergesekan ini terjadi bertahun-tahun dan pada akhirnya berhenti pada tahun 353 M. Pergesekan ini berhenti karena Konstantin dan Konstan mati. Pada tahun tersebut, Konstantius menjadi pemimpin tunggal dari kekaisaran Romawi.

Konstantius digambarkan memiliki kebaikan seperti seorang pemimpin yang adil, menjaga martabat agung dari kekaisaran Romawi, pandai dalam bidang atletik, dan juga baik dalam memelihara pasukan. Namun, dibalik kebaikannya ada pula keburukannya, seperti kecurigaan yang berlebihan terhadap aksi makar terhadap dirinya, terlalu ikut campur dalam urusan gereja dan juga kontrol istri dan kasim Eusebius terhadap dirinya yang terlampau besar. Salah satu contoh besarnya kontrol Eusebius adalah pemenggalan kepala Caesar Gallus karena dituduh makar.

Keburukan Konstantius berupa ikut campur yang berlebihan dalam urusan gereja membawa kenangan pahit berdarah. Konstantius merupakan penganut arianisme. Kejadian berdarah bermula saat uskup gereja kristen meninggal dan berusaha diganti dengan uskup dari arianisme. Pihak gereja menolak dan mengangkat uskup mereka sendiri. Kejadian ini menimbulkan peperangan antara pihak kaisar dan gereja. Pihak kaisar menyerang pihak gereja dan pendukungnya. Kurang lebih 3000 orang dari pihak gereja dibantai dalam peperangan ini. Oleh karena kejadian ini, Konstantius dibenci masyarakat Konstantinopel.

4. Awal Penyatuan Romawi

Konstantius mengakhiri pemerintahannya karena meninggal pada Nopember tahun 361 saat melakukan ekspedisi ke Persia. Tempatnya sebagai kaisar digantikan oleh keponakannya Julian yang merupakan adik Gallus pada Desember 361 M. Julian membawa beberapa perubahan diantaranya memecat kasim dan pekerja yang bekerja dibawah pamannya, menghukum mati Eusebius, menerapkan toleransi umat beragama dan mendirikan rumah senat, pelabuhan, serta perpustakaan. Julian tidak lama bercokol di Konstantinopel, hanya lima bulan saja. Ia melakukan ekspedisi ke Persia dan tak kembali. Pada tahun 363, Julian meninggal dan dikuburkan di daerah yang bernama Tarsus.

Selepas kepergian Julian, Jovianus meneruskan pemerintahannya. Namun, ia tak pernah sampai ke ibukota Konstantinopel. Ia terserang penyakit dan meninggal dunia pada tahun 364. Valentinian dipilih sebagai penerus oleh para jendral ketika pasukan sedang menuju Nicea. Pada 26 Februari, ia diangkat menjadi Augustus. Namun berdasarkan kesepakatan, ia harus membagi kekuasaannya. Ia memilih Valens, adiknya, untuk berbagi kekuasaan. 28 Maret 364 M, Valens diberi gelar Augustus. Valentinian berkuasa di barat dengan ibukotanya Milan. Valens berkuasa di Timur dengan Konstantinopel sebagai ibukotanya.

Pada tahun 365, terjadi pemberontakan oleh Procopius (sepupu Julian) yang diteruskan Marcellus (saudara Procopius) di Konstantinopel. Keduanya kalah oleh Valens dan dihukum mati. Valens murka dan menghukum warga Khalsedon dan Konstantinopel yang mendukung pemberontakan mereka. Valentinian meninggal pada 37 Nopember 375 M. Kekuasaannya di barat jatuh ke anaknya Gratian dan Valentinian II. 9 Agustus 378, Valens terbunuh oleh Bangsa Goth pada peperangan kedua mereka. Gratian menunjuk Theodosius I untuk menggantikan Valens. Ia diangkat pada 19 Januari 379 dan memerintah di Konstantinopel mulai 24 Nopember 380. Theodosius I membawa perubahan, berupa membasmi sekte yang merusak kristen dan pelarangan berhala. Gratian dibunuh pada tahun 383 dan Valentinian II pada tahun 392 M. Theodosius menghukum mati orang-orang yang menggulingkan mereka dan berkuasa atas Romawi Barat dan Timur.

5. Romawi Bersatu dan Pecah Kembali

Theodosius berkuasa atas kedua ibukota pada tahun 392 M. Kemudian, ia membagi keduanya kepada kedua putranya. Pada tahun 393, Honorius menjadi augustus dari barat dan Arkadius menjadi augustus dari timur, tetapi ia tetap memerintah kedua ibukota hingga tahun 395. Di tahun tersebut, Theodosius sakit parah dan akhirnya wafat. Ia dimakamkan di Gereja Rasul Suci dan diberi julukan Theodosius Agung.

Arkadius dan Honorius masih berusia belasan ketika memerintah masing-masing ibukota. Oleh karenanya, Theodosius I menyiapkan penasihat untuk mereka. Arkadius diasuh oleh Rufinus dan Honorius diasuh oleh Stilicho dalam menjalankan pemerintahan. Sayangnya, kedua penasehat menggunakan kesempatan tersebut untuk memperkaya diri sendiri dan berusaha merebut kekaisaran. Namun, rencana mereka gagal. Pengganti Arkadius berasal dari anak hasil pernikahan Arkadius dengan Eudoxia yang bernama Theodosius II, sedangkan Valentinian III kelak menggantikan Honorius. Satu tahun setelah kelahirannya, ia diangkat menjadi kaisar Romawi.

Tahun 395, Gainas datang ke Konstantinopel dan membunuh Rufinus. Tahun 400, ia berhasil mengambil kekuasaan di Konstantinopel. Namun, rakyat melawan, membantai 7000 orang pasukan Goth, serta memukul mundur Gainas yang akhirnya jatuh ke tangan bangsa Hun. Uldin, Raja Hun, menghadiahkan Arkadius kepala Gainas.

Eudoxia diberi gelar Augusta oleh Arkadius pada 9 Januari 400 M. Pemberian gelar ini padanya, tidak membuatnya memperdulikan Arkadius. Ini dikarenakan ia berselingkuh dengan kepala penasihat John yang ditengarai sebagai bapak kandung Theodosius II. John Chrysostom, patriark gereja, mencium hal ini. Ini menjadikan Chrysostom dan Arkadius berkonflik dengan akhir pengasingan terhadap Chrysostom pada 20 Juni 404. Tiga tahun setelah pengasingan, sang patriark meninggal dunia. Masyarakat murka mengetahui patriark mereka diusir. Kejadian ini menimbulkan kerusuhan. 6 Oktober 404, Eudoxia meninggal dunia setelah melahirkan. Ia dikuburkan di areal Gereja Rasul Suci. 1 Mei 408, Arkadius menyusul istrinya. Ia dikebumikan di samping makam istrinya.

6. Kisah Theodosius dan Tembok Konstantinopel

Theodosius II naik tahta pada usia tujuh tahun. Ia dibimbing oleh Anthemius hingga tahun 414 M. Pada tahun tersebut Anthemius meninggal. Saudarinya, Putri Pulcheria, menjadi wali setelah kematian Anthemius hingga tahun 416 M ketika Theodosius mengambil tampuk kepemimpinan sepenuhnya. Namun, hingga 10 tahun setelahnya Pulcheria mengontrol sepenuhnya pemerintahan dari balik layar.

Theodosius II beranjak dewasa dan mencari istri. Ia kemudian dikenalkan dengan Athenais, putri dari Leontius. Pada pernikahan mereka Athenais merubah namanya menjadi Eudocia. Ia melahirkan putra bernama Arkadius dan putri bernama Licinia Eudoxia. Sayang, Arkadius tidak bertahan lama di dunia. Licinia menikah dengan Valentinian III yang menggantikan Honorius pada usia 6 tahun sejak tahun 425 M. Valentinian III berkuasa hingga 455 M, tetapi kekuasaan sebenarnya ada di tangan ibundanya yang bernama Galla Pladicia yang merupakan putri dari Theodisius I.

Theodosius II meneruskan jejak bersejarah berupa Tembok Theodosius yang merupakan terusan dari Tembok Konstantin. Tembok tersebut memagari hingga bukit keempatbelas. Pembangunan tembok sudah selesai ketika Anthemius masih hidup. Namun, gempa yang terjadi pada tahun 447 menghancurkan tembok dan menara pertahanan. Oleh karenanya tembok dibuat kembali dari rentang tahun 447 hingga 450. Tahun 447 merupakan tahun ketika Theodosius II dan kakaknya Pulceria berbaikan kembali setelah konflik akibat hasutan salah seorang kasim Theodosius. Pemerintahan Theodosius II berakhir 28 Juli tahun 450 ketika ia meninggal akibat terjatuh dari kuda.

7. Berakhirnya Romawi Barat

Setelah tahun 450 M, banyak kekacauan terjadi di Romawi. Peperangan dan pemberontakan terjadi di mana-mana. Banyak wilayah Romawi lepas. Puncaknya adalah Romawi Barat berakhir. Augusta terakhir dari Romawi Barat bernama Romulus Agustulus yang digulingkan pada tahun 476. Romawi Barat dikuasai orang Barbar. Tahun 476 menandakan Konstantinopel menjadi satu-satunya kota terbesar kekaisaran Romawi.

Sepeninggal Theodosius II, Marcianus naik tahta. Agar dapat naik tahta, ia menikahi Pulceria. Beberapa perubahan yang dibawanya adalah berupa pembunuhan kasim yang mengontrol Theodosius II, tidak membayarkan upeti kepada Attila dari Hun, dan mengurangi beban pajak ke masyarakat.

8. Kemajuan dan Kemunduran Pemerintahan Yustinianus

Pada masa ini, Romawi diperintah oleh Augusta Yustinianus. Beliau merupakan salah satu kaisar yang terkenal. Ia terkenal karena banyaknya kemenangan dalam peperangan, bangunan yang didirikan, serta pelbagai penyelesaian masalah hukum. Faksi hijau dan biru selalu membawa konflik, bahkan hingga masa kepemimpinan Yustinianus. Puncaknya adalah Kerusuhan Nika yang terjadi pada tahun 532 M. Kerusuhan ini menghancurkan 50% bangunan di Konstantinopel dan menghilangkan nyawa puluhan ribu manusia. Tak lama setelah kerusuhan itu, Yustinianus memberikan titah kepada ajudannya untuk membangun kembali kota. Pada tahun 534, Yustinianus berhasil memenangkan pertempuran memperebutkan keuskupan di Afrika. Tahun tersebut juga, pasukannya berhasil memulangkan harta benda baik Allah Yerusalem ke Yerusalem. Pada pemerintahan Yustinianus, populasi masyarakat Romawi mencapai 500.000 jiwa. Namun, sempat mengalami penurunan drastis sebesar 40% akibat Wabah Yustinianus. Ini merupakan wabah penyakit pes yang hampir merenggut nyawa Augusta Yustinianus.

9. Kemunduran Kekaisaran Bizantium

Konstantinopel mempunyai kaisar yang terkenal setelah Yustinianus adalah pada awal 610-an. Kaisarnya bernama Heraclius. Pada saat itu, Konstantinopel mengalami peperangan yang dahsyat dan juga kemunduran populasi. Peperangan dahsyat terjadi akibat serangan bangsa Avar, Bulgar, Kekaisaran Sassaniyah, dan juga Kekhalifahan Ummayah. Semuanya tidak dapat mengalahkan kokohnya Tembok Konstantinopel. Pada serbuan terakhir di tahun 717-718 M, bangsa Bulgar menolong Romawi dalam memukul mundur Kekhalifahan Ummayah. Kemunduran populasi dari 500.000 hingga 40.000 jiwa terjadi akibat pasokan gandum dari Mesir terputus pada tahun 618 M.

Setelah masa Heraclius, Leo III pada tahun 736 M mengalami masalah besar berupa kontroversi religius. Ia memulai krisis ikonoklasme. Semua hal yang dianggap berhala ditentang olehnya. Ini menimbulkan konflik dan terbunuhnya beberapa kaum kaum ikonodul. Kebijakan Leo III diteruskan beberapa penerusnya hingga tahun 845 M yang menoleransi praktik berhala dengan mencabut sinode ikonoklasme. Ini terjadi di pemerintahan Michael III dengan wali Theodora.

Turki Ottoman

1. Kejatuhan Konstantinopel Ke Tangan Muslim

Konstantinopel terus digempur oleh pasukan muslim sejak masa Heraclius berkuasa. Pada akhirnya, Konstantinopel jatuh ke tangan muslim. Konstantinopel jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah. Pemimpin yang berhasil menjatuhkannya bernama Muhammad al-Fatih yang ketika itu masih berumur 21 tahun. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan muslim berdampak pada :

Dominasi kristen menjadi lemah saat itu

Masa Renaisans dimulai

Perubahan jalur perdagangan akibat monopoli Kesultanan Utsmaniyah yang menandai awalnya era penjelajah

Penduduk setempat diusir, dibunuh atau diperbudak

Kejatuhan Konstantinopel terjadi ketika pengepungan terakhir kota ini pada tanggal 6 April 1453 sampai 29 Mei 1453. Pihak yang berperang adalah antara Kekaisaran Bizantium dan sekutu (sebelumnya Romawi Timur) dengan Kesultanan Utsmaniyah. Sejak saat itu Konstantinopel berada di bawah Kesultanan Utsmaniyah atau Turki Ottoman dan berganti nama menjadi Istanbul pada tahun 1930.