Bagaimana sejarah kesenian Gamelan Jawa ?

Gamelan Jawa

Salah satu kekayaan budaya Indonesia yang terkenal dalam bidang musik adalah seni gamelan. Gamelan banyak ditemui di berbagai daerah Indonesia. Musik gamelan terdapat di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Tentu saja, varian alat musik yang digunakan berbeda. Baik nama maupun bentuk. Bagaimana sejarah kesenian Gamelan Jawa ?

Awalnya, alat musik instrumen gamelan dibuat berdasarkan relief yang ada dalam Candi Borobudur pada abad ke-8. Dalam relief di candi tersebut, terdapat beberapa alat musik yang terdiri dari kendang, suling bambu, kecapi, dawai yang digesek dan dipetik, serta lonceng.

Sejak itu, alat musik tersebut dijadikan sebagai alat musik dalam alunan musik gamelan jawa. Alat musik yang terdapat di relief Candi Borobudur tersebut digunakan untuk memainkan gamelan. Pada masa pengaruh budaya Hindu-Budha berkembang di Kerajaan Majapahit, gamelan diperkenalkan pada masyarakat Jawa di Kerajaan Majapahit.

Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan.

Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).

Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.

Kesenian gamelan merupakan salah satu kesenian masyarakat Jawa yang sudah ada sejak lama, dengan berbagai alat musik seperti kendang, kempul, dan gong. Kesenian gamelan dapat dijadikan sebuah media pendidikan Agama Islam bagi masyarakat Jawa, dengan syair-syair yang mengandung nilai-nilai keislaman meliputi: nilai aqidah, akhlak, dan ibadah. Sehingga kesenian gamelan yang ada di Jawa yang dahulunya hanya berfungsi sebagai pengiring dari wayang kulit, wayang orang, dan uyon-uyon saat ini mampu menjadi sebuah media untuk menyampaikan nilai-nilai Ajaran Islam (Sumarsam, 2003).

Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli Indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini. Dalam mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada era saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa yang memiliki istana di gunung Mahendra, Medangkamulan (sekarang gunung Lawu). Gambaran tentang alat musik gamelan juga dapat ditemukan di relief Candi Borobudur-Jawa tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8 (Diah, 2010).

konsep yang menggambarkan hubungan antara musikdan keagamaan serta musik sebagai hiburan terdapat pada relief candi borobudur yang melukiskan upacara agama dengan mempergunakan lonceng besar dan sekelompok pemain musik yang menghibur suatu keluarga kaya (Praharyawan, 1996).

Gambaran relief ini sedikit banyak membuktikan bahwa pada waktu itu telah ada sistem tangga nada pentatonik “slendro” sebagai sebutan lain dari raja syailendra yang berkuasa pada waktu itu, sedangkan sistem “pelog” diketernukan kemudian sebagai perkembangan sistem tangga nada yang bersifat keduniawiaan. Kehadiran sistem tangga nada diatonik dari barat pada abad ke 16 tidak mempengaruhi sifat dan karakter gamelan ini, karena sistem pentatonik yang asli masih dipertahankan meskipun ada beberapa perbedaan sedikit antara gamelan Jawa barat, Jawa tengah dan Jawa timur (Praharyawan, 1996).

Instrumen gamelan didominasi oleh instrumen pukul-logam yang dibuat dari campuran logam tertentu sehingga memperoleh warna suara dan sonoritas yang bulat, meskipun ada juga beberapa perangkat yang dibuat dari logam besi yang sudah tentu biaya pembuatannya menjadi lebih murah (Praharyawan, 1996).

Rahasia pembuatan gamelan logam ini masih dipegang teguh oleh para empu gamelan yang jumlahnya pada waktu ini tidak banyak, oleh karena kepandaian pembuatan gamelan ini biasanya diajarkan turun temurun disertai persyaratan khusus yang diperlukan oleh seorang " pande " atau empu gamelan (Praharyawan, 1996).

Oleh karena pembuatan gamelan ini tidak mempergunakan standart-pitch seperti pada instrumen barat, maka masing-masing perangkat gamelan akan berbeda pitch -nya satu sama lain yang juga menjadi warna indentitas masing- masing (Praharyawan, 1996).

Demikian pembuatan instrumen gamelan ini sampai sekarang belum dikerjakan secara mesin, tetapi hanya dengan keterampilan tangan yang hasilnya merupakan masterpiece yang dilindungi undang-undang serta harus memperoleh izin khusus untuk membawanya keluar negeri (Praharyawan, 1996).

Pembahasan tentang pendukung seni karawitan tidak dapat dipisahkan dengan pmbahasan tentang gamelan itu sendiri. Kata gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “Gamel” yang berarti memukul gamelan atau menabuh diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.

Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking, Kenong dan Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab, Siter, Suling. Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu, logam dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan.

Arti gamelan sampai sekarang masih dalam perdebatan asal- usulnya. Kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata ‘gembel’. Gembel adalah alat untuk memukul, karena cara memainkan instrumen gamelan dengan cara dipukul-pukul. Kata gembel ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda yang digembel-gembel atau dipukul-pukul.

Gong merupakan salah satu alat gamelan yang sangat terkenal. Gong merupakan gambaran gamelan. Jika ada gong maka ada orang yang berangapan pasti itu gamelan, karena gong adalah sinonim dari gamelan.

Gong terbuat dari perunggu yang mempunyai bentuk seperti kuali berpercon dengan ukuran lebih besar.

Kata gamelan itu sendiri berasal dari kata Jawa “gamel” yang berarti memukul atau menabuh, diikuti akhiran-an yang menjadikan kata benda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan santai, berbeda dengan gamelan daerah lain semisal gamelan balin yang rancak dan gamelan sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Gamelan Jawa dibagi menjadi dua bagian, pembagian ini berdasarkan perbedaan nada (laras) yang ada pada masing-masing gamelan tersebut yaitu gamelan laras slendro dan gamelan laras pelog. Laras suara adalah nada atau titilaras. Kedua gamelan tersebut sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Kata gamelan, secara fisik adalah alat musik tradisi bangsa Indonesia yang terdapat di Jawa dan Bali dengan nada-nada berlaras slendro dan pelog, dibunyikan dengan cara ditabuh, walaupun ada pula yang ditiup, digesek dan dipetik. Istilah gamelan di barat tidak hanya digunakan untuk menunjukan bagian atau seperangkat alat musik (gamelan), tetapi juga meliputi berbagai aspek, musikal dan kultural yang terkait dengan keberadaan dan penggunaan alat-alat musik gamelan tersebut. Sedangkan di kalangan masyarakat karawitan di Indonesia, terutama para praktisi, istilah gamelan biasa digunakan hanya untuk menyebut jumlah atau seperangkat ricikan alat musik atau instrumen musik, dengan jenis dan jumlah tertentu yang sudah memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan dan atau keperluan tertentu. Gamelan merupakan seperangkat ricikan yang sebagian besar terdiri dari alat musik pukul atau perkusi, yang dibuat dari bahan utama logam (perunggu, kuningan, besi atau bahan lainya), dilengkapi dengan ricikan- ricikan dengan bahan kayu atau kulit maupun campuran dari kedua bahkan ketiga bahan tersebut. Kata nggamel (dalam bahasa jawa), dapat berarti memukul.

Menurut Supanggah, perangkat gamelan standar, yaitu perangkat gamelan yang terdiri dari berbagai jenis kombinasi dan komposisi jumlah serta macam ricikan, digunakan untuk berbagai keperluan. Dari ritual, kemasyarakatan, sampai yang paling profan, hiburan komersial yang terdiri atas :

  • Rebab (rebab ponthang untuk slendro dan rebab byur untu pelog)

  • Kendhang (kendhang ageng, kendha ketipung, kendhang penunthung, kendhang ciblon dan kendhang wayang)

  • Gender (gender slendro dan gender pelog)

  • Gender penerus (gender slendro, gender pelog nem dan gender pelog barang)

  • Bonang barung (bonang barung slendro dan bonang barung pelog, masing-masing dengan 10 atau 12 pencon)

  • Bonang penerus (bonang penerus slendro dan bonang penerus pelog, masing-masing dengan 10 atau 120 pecon)

  • Gambang (gambang slendro dan gambang pelog)

  • Slenthem (slenthem slendro dan slenthem pelog)

  • Demung (demung slendro dan demung pelog)

  • Saron barung (saron barung slendro dan saron barung pelog)

  • Saron penerus (saron penerus slendro dan saron penerus pelog)

  • Khetuk-kempyang

  • Kenong

  • Kempul

  • Gong suwukan

  • Gong ageng atau gong besar

  • Siter atau celempung

  • suling