Bagaimana sejarah kerajaan Skotlandia ?

Skotlandia

Skotlandia adalah negara konstituen dari negara resmi Britania Raya. Mencakup sepertiga bagian utara Pulau Britania, Skotlandia berbatasan dengan Inggris di sebelah selatan, Laut Utara di sebelah timur, Samudera Atlantik di sebelah utara dan barat, serta Selat Utara dan Laut Irlandia di sebelah baratdaya. Selain daratan utama, Skotlandia juga terdiri dari 790 pulau lebih, termasuk Kepulauan Utara dan Hebrides.

Bagaimana sejarah kerajaan Skotlandia ?

Wilayah modern yang saat ini menjadi Skotlandia telah mengalami glasiasi secara berulang, memunahkan seluruh jejak kehidupan yang mungkin telah ada sebelum periode Mesolitikum. Kelompok pertama manusia pemburu dan pengumpul makanan diyakini telah tiba di Skotlandia kira-kira 12.800 tahun yang lalu, setelah surutnya lapisan es pada masa glasiasi akhir. Kelompok pemukim pertama kali mulai membangun rumah permanen di daratan Skotlandia sekitar 9.500 tahun yang lalu, dan kemudian mulai membentuk desa-desa 3.500 tahun kemudian.

Desa yang kondisinya cukup terawat salah satunya terdapat di Skara Brae, Orkney, yang berasal dari periode ini. Hunian Neolitik, permakaman, dan situs ritual dengan kondisi terawat baik juga terdapat di Pulau Utara dan Pulau Barat, meskipun kurangnya pepohonan menyebabkan sebagian besar struktur berubah menjadi batuan. Makam kuno dan harta karun berusia 4000 tahun yang ditemukan di Forteviot, di dekat Perth, ibu kota Kerajaan Pict pada abad ke-8 dan ke-9, merupakan penemuan prasejarah yang tak tertandingi di Britania Raya. Makam ini berisi jasad penguasa Skotlandia pada masa Zaman Perunggu awal yang ditimbun dengan batu kuarsa putih dan kerikil. Penemuan ini juga membuktikan bahwa untuk pertama kalinya, manusia meletakkan bunga di makam mereka pada Zaman Perunggu awal.

Skotlandia diperkirakan turut serta dalam aktivitas perdagangan pada Zaman Perunggu akhir, yang dikenal dengan Zaman Perunggu Atlantik. Perdagangan ini juga melibatkan bangsa Keltik lainnya, serta berlangsung di wilayah-wilayah yang saat ini membentuk Inggris, Perancis, Spanyol, dan Portugal.Pada musim dingin 1850, badai hebat yang melanda Skotlandia menyebabkan kerusakan parah dan jatuhnya lebih dari 200 korban jiwa.

Di Teluk Skaill, badai melongsorkan tanah perbukitan Skerrabra. Ketika penduduk desa setempat membersihkan sisa-sisa badai, mereka menemukan puing-puing perdesaan yang terdiri dari sejumlah rumah kecil tanpa atap.William Watt, pemimpin desa setempat, segera memulai penggalian di Teluk Skaill, namun penggalian ini dihentikan pada tahun 1868. Situs ini tetap tak tersentuh dan sempat dijarah pada tahun 1913. Pada tahun 1924, badai sekali lagi menyapu lokasi situs dan setelah itu barulah diputuskan bahwa situs prasejarah tersebut harus dilindungi dan diteliti. Pekerjaan ini diamanatkan kepada Profesor Universitas Edinburgh, Vere Gordon Childe, yang pertama kali mengunjungi lokasi situs pada pertengahan 1927.

Skotlandia pada masa Kekaisaran Romawi


Masa protosejarah Skotlandia diawali dengan kedatangan pasukan Kekaisaran Romawi ke Pulau Britania bagian tengah dan selatan. Romawi menduduki wilayah yang saat ini menjadi Inggris dan Wales dan menjadikannya sebagai Provinsi Britannia. Pada masa ini, Romawi juga menduduki Skotlandia bagian selatan.

Permukiman manusia di tempat ini diperkirakan mulai dibangun pada abad ke-9 SM, meskipun bentuk permukimannya masih tidak diketahui. Menurut sejarawan Romawi Tacitus, pada masa Britania Romawi, tentara Kaledonia “mengadakan perlawanan bersenjata dalam skala besar” untuk menyerang benteng-benteng Romawi dan bertempur dengan para legiun. Dalam serangan kejutan pada malam hari, tentara Kaledonia nyaris menyapu bersih seluruh legiun sampai diselamatkan oleh kavaleri Agricola.

Pada tahun 83 – 84 M, Jenderal Gnaeus Julius Agricola mengalahkan tentara Kaledonia dalam Pertempuran Mons Graupius. Tacitus menulis bahwa sebelum pertempuran, pemimpin Kaledonia, Calgacus, berpidato kepada para pasukannya. Ia menyebut pasukannya sebagai orang “terakhir yang bebas”, dan menuduh Romawi telah “membuat dunia menjadi padang gurun dan menyebutnya sebagai perdamaian”.Setelah kemenangan Romawi, benteng-benteng Romawi didirikan di sepanjang Gask Ridge. Tiga tahun kemudian, tentara Romawi mundur ke Southern Uplands.

Romawi membangun Tembok Hadrian untuk mengontrol suku-suku pribumi yang berdiam di masing-masing sisi tembok, dan Limes Britannicus ditetapkan sebagai perbatasan utara wilayah kekuasaan Kekaisaran Romawi. Romawi juga membangun Tembok Antonine di Central Lowlands, namun tembok ini tidak berumur lama dan hanya bertahan dari tahun 208-210 pada masa pemerintahan Kaisar Septimius Severus.

Pendudukan militer Romawi menjadi bagian penting dalam sejarah Skotlandia. Meskipun hanya berlangsung selama 40 tahun dan hanya berhasil menduduki Skotlandia bagian selatan yang dihuni oleh suku-suku Britonik seperti Votadini dan Damnonii, pengaruh Romawi masih cukup besar hingga abad ke-1 dan ke-5. Istilah Hen Ogledd (“Utara Lama”) dalam bahasa Wales digunakan oleh para pakar untuk menyebut wilayah-wilayah yang saat ini membentuk Inggris Utara dan Skotlandia Selatan saat dihuni oleh bangsa Britonik pada tahun 500-800 M.

Menurut tulisan yang berasal dari abad ke-8 dan ke-9, Kerajaan Gaelik bernama Dál Riata didirikan pada abad ke-6 di Skotlandia bagian barat. Teori ‘tradisional’ menyatakan bahwa kerajaan ini didirikan oleh para pendatang Irlandia, yang turut serta membawa bahasa dan kebudayaan Gaelik bersama mereka. Namun, baru-baru ini para arkeolog menentang teori ini, menyatakan bahwa tidak ada bukti arkeologi atau penamaan tempat yang membuktikan bahwa wilayah tersebut dikuasai oleh sekelompok kecil penduduk.

Skotlandia pada Zaman Pertengahan Awal


Kerajaan Pict yang berlokasi di Fortriu pada abad ke-16 adalah kerajaan yang kelak menjadi cikal bakal “Alba” atau “Skotlandia”. Menurut sejarawan Peter Heather, berkembangnya “Pictland” merupakan bentuk respon alami terhadap imperialisme Romawi. Pendapat lainnya menyatakan bahwa perkembangan kerajaan ini dipicu oleh kesuksesan Pertempuran Dun Nechtain pada masa pemerintahan Bridei m. Beli (671–693), dan kemudian dlanjutkan oleh pemerintahan Óengus mac Fergusa (732–761).

Kerajaan Pict mulai terbentuk pada awal abad ke-8. Beda menulis bahwa kerajaan ini mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Aleksander I. Namun, pada abad ke-10, kerajaan Pictish mulai didominasi oleh budaya yang kemudian dikenal dengan budaya Gaelik, dan secara tradisional diyakini bahwa Irlandia telah menaklukkan nenek moyang penerus dinasti Pict, Cináed mac Ailpín (Kenneth MacAlpin).

Berawal dari basis di wilayah timur Skotlandia, tepatnya di sebelah utara Sungai Forth dan di sebelah selatan Sungai Oykel, kerajaan Pict perlahan juga mulai memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Pulau Britania bagian tengah dan selatan. Pada abad ke-12, kerajaan Pict berhasil menguasai wilayah Inggris di sebelah tenggara, serta wilayah Gaelik di Galloway dan Norse di Caithness; pada abad ke-13, kerajaan telah menguasai wilayah-wilayah yang saat ini membentuk Skotlandia. Pada masa ini juga terjadi proses perubahan budaya dan ekonomi yang dimulai pada abad ke-12. Perubahan ini berlangsung pada masa pemerintahan David I melalui Revolusi Davidian. Feodalisme, reorganisasi pemerintah, dan pengakuan kota secara hukum (disebut burgh) dimulai pada periode ini. Perubahan ini, serta maraknya imigrasi yang berasal dari Inggris dan Perancis, menyebabkan perubahan budaya Skotlandia. Penduduk yang berdiam di dataran rendah dan pesisir Skotlandia mulai menggunakan bahasa Inggris, sedangkan selebihnya tetap mempertahankan bahasa Gaelik, termasuk Pulau Utara dan Shetland, yang tetap diperintah oleh Norse sampai tahun 1468.

Skotlandia mengalami periode kejayaan dan kesuksesan antara abad ke-12 dan 14, dengan hubungan yang relatif damai dengan Inggris, berkembangnya pendidikan dan perdagangan dengan benua Eropa, dan lahirnya sejumlah filsuf-filsuf ternama seperti John Duns Scotus. Monumen Wallace untuk mengenang William Wallace, pahlawan Skotlandia pada abad ke-13. Kematian Alexander III pada bulan Maret 1286, yang disusul oleh cucunya Margaret, memunahkan garis keturunan monarki Skotlandia yang telah bertahan selama berabad-abad sekaligus meruntuhkan 200 tahun masa keemasan yang dimulai sejak pemerintahan David I.

Edward I dari Inggris diminta untuk memutuskan pewaris takhta yang sah, dan ia menggelar sebuah proses yang dikenal dengan Great Cause untuk menentukan siapa pewaris takhta Skotlandia yang paling sah. John Balliol dinyatakan sebagai raja Skotlandia di aula Kastil Berwick pada 17 November 1292 dan dinobatkan pada 30 November di Scone. Sementara itu, Edward I, yang menobatkan dirinya sendiri sebagai Lord Paramount, terus menggerogoti pemerintahan John. Pada 1294, Balliol dan bangsawan Skotlandia lainnya menolak tuntutan Edward yang meminta agar tentara Skotlandia berperang untuk Inggris dalam melawan Perancis. Parlemen Skotlandia malah mengirim utusan ke Perancis untuk melakukan negosiasi. Skotlandia dan Perancis akhirnya menandatangani perjanjian kerjasama pada 23 Oktober 1295, yang dikenal dengan Aliansi Auld (1295-1560). Perang pun pecah dan Raja John digulingkan oleh Edward I, yang dengan segera merebut kendali atas Skotlandia. Andrew Moray dan William Wallace kemudian memimpin perlawanan terhadap Inggris dalam peristiwa yang kelak dikenal dengan Perang Kemerdekaan Skotlandia (1296–1328).

Perjuangan rakyat Skotlandia berubah setelah Rober Bruce, Earl Carrick, membunuh saingannya, John Comyn, pada 10 Februari 1306 di Greyfriars Kirk, Dumfries. Ia dinobatkan sebagai raja baru dengan nama penyandang kekuasaan Robert I kurang dari tujuh minggu kemudian. Robert I berjuang untuk mengembalikan kemerdekaan Skotlandia selama lebih dari 20 tahun, merebut kembali tanah Skotlandia dari penjajah Inggris sebidang demi sebidang. Kemenangannya dalam Pertempuran Bannockburn pada tahun 1314 membuktikan bahwa Skotlandia telah berhasil merebut kembali kerajaannya.

Pada tahun 1315, Edward Bruce, saudara Robert I, sempat diangkat sebagai Raja Tinggi Irlandia setelah Skotlandia menginvasi Irlandia dalam upayanya untuk memperkuat posisi dalam peperangan melawan Inggris, namun invasi ini gagal. Pada tahun 1320, kemerdekaan Skotlandia disahkan melalui Deklarasi Arbroath. Deklarasi ini merupakan deklarasi kemerdekaan pertama di dunia, yang pada saat itu didukung oleh Paus Yohannes XXII dan menyebabkan Inggris secara hukum mengakui kedaulatan Skotlandia. Peperangan dengan Inggris terus bergejolak selama beberapa dekade setelah kematian Bruce. Perang saudara antara dinasti Bruce dan Comyn-Balliol berlangsung sampai pertengahan abad ke-14.

Meskipun dinasti Bruce memenangkan pertempuran, David II tidak memiliki penerus. Oleh sebab itu, keponakan tirinya, Robert II, ditunjuk sebagai penerus takhta dan mendirikan Dinasti Stewart.Stewart memerintah Skotlandia selama sisa Abad Pertengahan. Pada masa pemerintahannya, Skotlandia mengalami kemakmuran yang pesat pada akhir abad ke-14 dengan terjadinya Pencerahan Skotlandia dan Reformasi Skotlandia. Pada periode ini, hubungan antara Perancis dengan Skotlandia mencapai puncaknya. The Scots Guard – la Garde Écossaise – dibentuk oleh Charles VII pada tahun 1418. Tentara Skotlandia dari Garde Écossaise bertempur bersama Joan of Arc melawan Inggris dalam Perang Seratus Tahun. Pada bulan Maret 1421, pasukan Perancis-Skotlandia di bawah pimpinan John Stewart dan Gilbert de Lafayette mengalahkan tentara Inggris dalam Pertempuran Baugé. Tiga tahun kemudian, dalam Pertempuran Verneuil, Perancis dan Skotlandia kehilangan sekitar 7.000 prajurit.Keikutsertaan Skotlandia dalam kancah peperangan turut bersumbangsih terhadap kemenangan Perancis dalam melawan Inggris.