Bagaimana sejarah hubungan Indonesia dengan Inggris?

Bagaimana sejarah hubungan Indonesia dengan Inggris?

Dalam sejarahnya, Inggris pernah menjajah Indonesia. Akan tetapi hubungan antara Indonesia dan Inggris tak hanya terbatas saat era penjajahan saja. Namun juga sudah menjalin kerjasama baik ekonomi maupun yang lainnya. Bagaimanakah sejarah hubungan Indonesia dengan Inggris?

Pembukaan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Inggris pada Desember 1949. Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 yang dilakukan oleh Ir. Soekarno yang kemudian menjadi presiden pertama di Indonesia. Walaupun demikian, Indonesia saat itu masih belum mendapatkan pengakuan untuk kemerdekaannya dari penjajahnya terdahulu, yaitu Belanda sehingga membuat Indonesia melakukan beberapa cara agar mendapat dukungan dari negara lain untuk bisa memiliki kedaulatan negaranya sendiri.

Setelah melakukan beberapa upaya diplomatiknya kepada beberapa negara agar mendapatkan dukungan atas kedaulatannya sebagai negara yang utuh. Perundingan-perundingan pun dilakukan oleh kedua belah pihak untuk mendapatkan kesepakatan terkait wilayah-wilayah yang masih diklaim oleh Belanda. Inggris pun memiliki peran penting dalam upaya untuk membantu Indonesia mendapatkan pengakuan kedaulatannya sebagai suatu negara yang utuh. Pada tahun 1946 Inggris pun menjadi mediator dalam Perundingan yang dilaksanakan di Linggarjati, Jawa Barat. Hasil dari Perundingan ini adalah Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura. Selain itu, Belanda harus meninggalkan Republik Indonesia selambat-lambatnya pada tanggal 1 Januari 1949.60 Namun, pelaksanaan hasil perundingan ini tak semulus yang dikira, karena pada 20 Juli 1947, Belanda menyatakan bahwa tidak lagi terikat dengan perjanjian ini dan meletuskan Agresi Militer pertamanya.

Perundingan-perundingan lain pun dilakukan oleh kedua belah pihak demi mendapatkan kesepakatan yang pasti dan menghentikan gencatan senjata yang dilakukan oleh kedua pihak. Pada tahun 1949 Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi agar Belanda dan Indonesia segera menghentikan segala aktifitas militer. Belanda pun diminta agar segera melepaskan semua tahanan politik yang sudah ditahan sejak Agresi Militer kedua.61 Pada Konferensi Meja Bundar lah kedua pihak setuju untuk mengakhiri konflik yang sedang berlangsung. Wakil Kerajaan Belanda menyerahkan kekuasaan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat di Jakarta pada 27 Desember 1949.62 Pada bulan yang sama Indonesia membuka perwakilan diplomatiknya di Inggris. Sejak saat itulah Indonesia menjalin hubungan bilateral dengan Inggris. Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris pertama kali adalah Soebandrio.

Hubungan keduanya dipenuhi dengan gejolak-gejolak sehingga membuat hubungan kedua negara ini menjadi rentan. Apalagi Bung Karno yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI cenderung lebih mempererat kerjasamanya denga blok timur. Soekarno juga sangat membenci segala hal yang berkaotan denga kolonialisme dan imperialisme sehingga membentuk sebuah anti imperialis internasional secara radikal. Hal ini lah yang mendasari mengapa pada era Soekarno ia cenderung lebih mendekatkan haluannya ke blok timur seperti Moscow, Bwijing dan Hanoi serta memusuhi blok barat seperti Amerika Serikat dan seketunya dikarenakan sikap kolonialismenya.

Inggris yang merupakan bagian dari sekutu pun tak luput dari pandangan buruk Soekarno. Keadaan diperburuk dengan adanya gagasan pembentukan Negara Federasi Malaysia oleh Inggris dan Malaya65 yang di tantang keras oleh Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara lainya. Soekarno mencurigai alasan pembentukan dari Federasi Malaysia ini adalah ide dari kekuatan neokolonialisme untuk mengepung Indonesia.

Malaysia yang merupakan negara jajahan dari Inggris dianggap Soekarno sebagai Boneka Inggris. Bangsa Indonesia yang menentang berdirinya Federasi Malaysia ini melakukan demonstrasi besar-besaran. Kedutaan Besar Inggris dan 21 rumah stafnya di bakar habis di Jakarta. Dapat dikatakan bahwa pada era Soekarno memimpin, Indonesia dengan Inggris tidak memiliki hubungan yang bagus karena pada saat itu Soekarno melihat sebagai negara imperialisme yang saat itu sangat dibenci oleh Soekarno. Kejatuhan kepemimpinan Soekano pada tahun 1967 membawa Indonesia kepada pimpinan dan era baru dalam pemerintahan Indonesia.

1. Masa Orde Baru

Hubungan antara Indonesia dengan Inggris memasuki era baru yaitu ketika Soekarno yang saat itu menjabat sebagai preiden digantikan oleh Soeharto. Soeharto yang memenag dari awal cenderung lebih memihak blok barat, mulai memperbaiki hubungan bilateralnya dengan Inggris. Berbeda dengan Soekarno yang lebih mempererat kerjasama dengan blok timur, Soeharto justru memutarkan haluannya pada blok barat.

Sempat terjadi ketegangan antara Indonesia dengan Inggris, dalam kepemimpinannya Soehatro mencoba untuk memperbaiki keadaan. Hal ini terlihat dari kunjungan kenegaraan pertama yang dilakukan oleh Ratu Elizabeth II ke Indonesia pada tahun 1974.

Dalam pidatonya Soeharto mengatakan bahwa kunjungan yang dilakukan oleh Ratu Elizabeth II pertanda dari babak baru yang penting bagi persahabatan antara kedua bangsa ini. Selain itu Inggris juga banyak membantu baik dalam mengirimkan tenaga-tenaga ahli ataupun modal yang ia berikan untuk pembangunan-pembangunan yang sedang di lakukan oleh Indonesia pasca kolonialisasi.

Soeharto pun membalas kedatangan Ratu Elizabeth II dengan kunjungan balasan yang ia lakukan pada tahun 1979. Dalam kesempatan itu, Soeharto menyampaikan bahwa ia ingin memperluas kerjasama terutama dalam bidang ekonomi khususnya dalam pengurangan tarif barang-barang ekspor.

Sejak saat itulah hubungan antara kedua negara ini membaik dan bahkan semakin erat. Perluasan kerjasama pun dilakukan oleh kedua negara ini guna mendapatkan keuntungan bagi kedua negara ini. Inggris melihat potensi Indonesia sebagai negara yang memiliki berpengaruh di kawasan dan Indonesia yang melihat Inggris sebagai rekan yang menguntungkan dan dapat memberikan pengaruh baik dalam beberapa aspek pun menjadi alasan mengapa kedua negara ini memperkuat kerjasama mereka. Namun, saat terjadi kisruh politik di Indonesia, khususnya saat masyarakat berdemo untuk melengserkan Soeharto saat itu, membuat hubungan keduanya renggang. Krisis moneter yang sedang terjadi juga mempengaruhi kondisi keungan kedua negara ini.

2. Masa Era Reformasi

Dengan lengsernya Presiden Soeharto pada tahun 1998 membuat Indonesia memasuki era baru dalam sejarah pemerintahannya yang disebut juga Era Reformasi. Memasuki era reformasi, kunjungan kenegaraan antara dua negara ini kembali dilakukan pada masa pemerintahannya Megawati Soekarno Putri yang berkunjung ke Ingris. Namun, masa-masa penting dalam kerjasama antara dua negara ini terjadi pada tahun 2012 karena pada saat itu Perdana Menteri (PM) Inggris, David Cameron datang ke Jakarta dengan kabar baik, yaitu dengan mengembangkan kerjasama antara keduanya berdasarkan kemitraan strategis melalui dokumen Joint Statement On Closer Cooperation Between The Republic of Indonesia and The United Kingdom and The Relaunch of Indonesia – UK Partnership Forum, yang disahkan oleh kedua kepala pemerintahan pada tanggal 11 April 2012 di Jakarta.

Kemitraan Strategis ini berfokus kepada lima aspek , yaitu perdagangan, investasi, pendidikan, lingkungan hidup dan demokrasi serta dialog lintas agama. Selain lima bidang prioritas tersebut, adapun tiga bidang tambahan antara lain pertahanan, industri kreatif dan energi. Kunjungan PM Inggris tersebut di balas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang disambut baik oleh Ratu Elizabeth II beserta menteri-menteri yang hadir dalam pembahasan mengenai hubungan kerjasama keduanya. Meskipun kunjungan yang dilakukan Presiden SBY ini menimbulkan aksi demo yang dilakukan oleh warga Inggris yang mengecam pelanggaran Hak Asasi Manusia yan terjadi di Papua,tidak membuat hubungan antara kedua ini renggang. Inggris masih melihat Indonesia sebagai potensi untuk meningkatkan kekuatan negaranya di Asia Tenggara.

Inggris adalah salah satu investor sekaligus mitra dagang yang penting untuk Indonesia. Inggris melihat potensi Indonesia karena posisinya sebagai negara dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan satu-satunya di kawasan yang menjadi anggota G-20 yang membuatnya menjadi contoh negara demokrasi dikawasan dan model bagi dunia ketiga. Dalam kerjasama bilateral bidang ekonomi ini, ada tiga mekanisme kerja prioritas antara keduanya. Pertama adalah Annaul Trade Talks terkait perdagangan dan investasi. Kedua adalah Energy Dialogue terkait kerjasama energy sekaligus mengatasi tantangan dalam penggunaan low carbon based economy. Terakhir adalah Joint Working Group on Creative Industries yang memiliki lima sektor fokus kerja yaitu, fashion, performing art, animasi, film serta desain dan kuliner.

Pada tanggal 13 September 2017, Duta Besar RI untuk Inggris dan Irlandia yaitu, Dr. Rizal Sukma dan Menteri Asia dan Pasifik Inggris, Hon. Mark Field MP sepakat jika Indonesia dengan Inggris mempunyai potensi besar dalam mengembangkan kerjasama di berbagai aspek seperti counter- terrorism, perdagangan dan sektor keuangan.

Inggris adalah mitra dagang ke-4 terbesar untuk Indonesia diantara negara-negara Eropa lainnya dengan nilai USD 2,48 miliar pada tahun 2016. Dalam bidang investasi, Inggris menempati urutan ke-2 terbesar investor asal Eropa dengan nilai USD 306 juta pada tahun 2016. Pada tahun 2016, ada sekitar 42.000 WNI yang berkunjung ke Inggris dan sebesar 328.000 orang wisatawan Inggris ke Indonesia.

Peningkatkan kerja sama bilateral antara keduanya, terjadi sejak disepakatinya kemitraan strategis Indonesia-Inggris 5 tahun lalu. Kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan kian menguat, khususnya pada bidang penanganan terorisme dan industri strategis. Dalam kerja sama ekonomi, khususnya perdagangan dan investasi juga menunjukkan dampak positif dan banyak potensi yang menjanjikan untuk semakin dikembangkan.