Bagaimana sejarah hubungan bilateral Turki dengan Indonesia?

Bagaimana sejarah hubungan bilateral Turki dengan Indonesia?

Turki dan Indonesia telah menjalin hubungan kerjasama sejak lama bahkan masih terjalin dengan baik hingga kini. Bagaimana sejarah hubungan bilateral antara keduanya?

Turki dan Indonesia merupakan dua negara yang pada satu sisi memiliki beberapa kemiripan, namun pada sisi yang lain sangat jauh berbeda. Turki dan Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi penduduknya mayoritas muslim. Selain itu, kedua negara ini sama-sama berada pada persimpangan jalur strategis, Turki merupakan penghubung dua benua besar, Asia dan Eropa, sementara Indonesia berada di persimpangan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Turki dan Indonesia sama-sama menganut sistem pemerintahan yang berasaskan demokrasi, namun Turki menganut sistem demokrasi parlementer sedangkan Indonesia menerapkan prisip demokrasi presidensial. Perbedaan yang palin besar dari kedua negara ini adalah bahwa Turki berada dalam wilayah benua Eropa dan berbatasan langsung dengan Asia Barat, sementara Indonesia menjadi negara dengan letak di sudut tenggara benua Asia (Kosasih, 2015).

Sejarah hubungan antara Turki dan Indonesia diketahui bermula pada abad ke-12. Hubungan tersebut dimulai ketika para pelajar Turki datang berkunjung menuju Indonesia dengan tujuan awal adalah untuk menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Indonesia yang dilakukan dengan metode dakwah dan diawali dari wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (Kemenlu RI, 2014).

Hal lain yang menunjukkan kedekatan kedua negara ini adalah terdapat pada bendera kerajaan Aceh masa dahulu yang terlihat sangat mirip dengan bendera kekaisaran Turki Utsmani yang memiliki latar belakang bulan sabit. Kemudian, hubungan baik antara Turki dan Indonesia semakin terlihat ketika Turki mengakui Indonesia sebagai sebuah negara merdeka pada 29 Desember 1949. Sebelumnya, Indonesia juga telah terlebih dahulu mengakui kedaulatan Turki yang memproklamirkan kemerdekaannya pada Oktober 1923. Hal inilah yang kemudian menjadi cikal bakal hubungan diplomatik yang lebih serius antara Turki dan Indonesia (Kemenlu RI, 2014).

Hubungan kerjasama antara Turki dengan Indonesia terjadi sudah sangat lama. Peningkatan hubungan Turki kearah yang lebih nyata dengan Indonesia ditandai dengan dibukanya kantor Kedutaan Besar Turki di Indonesia yang terletak di Jakarta pada 10 Apri 1957. (Kemenlu RI, 2014)

Hal ini kemudian menjadi awal terjalinnya hubungan yang semakin erat antara Turki dan Indonesia dari masa ke masa. Kedua negara ini juga aktif dalam beberapa organisasi yang sama, Turki dan Indonesia sama-sama bergabung sebagai anggota Organization of Islamic Cooperation (OIC) dan anggota Organisasi Delapan Negara Berkembang yang penduduknya mayoritas muslim (D8). Turki dan Indonesia juga memiliki kebijakan luar negeri yang sama dimana kebijakan luar negeri Turki didasarkan oleh ajaran Kemal Attaruk yaitu Peace Home, Peace in teh World. Sementara itu politik luar negeri Indonesia juga didasarkan pada satu tujuan yaitu untuk “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial’’.

Turki dan Indonesia juga sama-sama konsern dalam upaya menyerukan kemerdekaan bagi Palestina. Selain itu, dialog-dialog antarperadaban yang kerap digelar dan aktif diikuti oleh kedua negara ini membuktikan hubungan yang sangat baik antara kedua negara ini. Indonesia tercatat pernah mendukung Aliansi Peradaban Bersama yang diselenggarakan oleh Turki dan Spanyol pada tahun 2005. Sementara itu, Turki juga mendukung Indonesia menjadi tuan rumah Forum Global ke-6 di Bali, 29 dan 30 Agustus 2014 yang telah disahkan oleh PBB (UNAOC) (Channel Muslim, 2016).

Dengan adanya persamaan kedua negara tersebut dapat memberikan kontribusi yang sangat baik untuk kemajuan hubungan baik antara Turki dan Indonesia. Dimana dalam bidang politik hubungan kedua negara tidaik memiliki masalah yang serius yang dapat menghalangi upaya untuk mengembangkan hubungan baik kedua negara. Salah satu contoh untuk mengetahui hubungan baik kedua negara tersebut adalah dapat dilihat dari kegiatan saling kunjung tingkat tinggi yang dilakukan oleh pejabat bahkan kepala negara.
Sebagai contohnya adalah kunjungan PM Turki Erdogan ke Indonesia pada Februari tahun 2005 tepatnya setelah Indonesia mengalami bencana tsunami. Turki memberikan bantuan tsunami kepada Indonesia sebesar US$600.000 dan Turki juga mengirimkan tenaga sukarelawan ke Indonesia. Dalam pertemuan antara Erdogan dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu untuk menyepakati pembentukan Forum Konsultasi Bilateral (FKB) pada tingkat menteri luar negeri. Dimana FKB ini akan dijadikan sebagai Forum yang melakukan dialog politik secara reguler sekaligus tempat untuk kedu negara untuk membahas semua isu yang menjadi kepentingan kedua negara tersebut. Kunjungan tingkat tinggi semacam ini juga terus dilakukan dengan contohnya adalah kegiatan saling kunjung dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 Juni-1 Juli 2010 yang kemudian dibalas dengan kunjungan Presiden Republik Turki, H.E. Abdullah Gül ke Indonesia pada 4-6 April 2011 (Kemenlu RI, 2014).