Bagaimana sejarah awal mula terbentuknya Zionisme?

Zionisme

Bagaimana sejarah awal mula terbentuknya Zionisme?

Istilah “Zionisme” berasal dari akar kata zion atau sion yang pada masa awal sejarah Yahudi merupakan sinonim dari perkataan Yerussalem. Zion adalah pengucapan dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Latin disebut sion, dan bahasa Ibraninya adalah tsyon. Arti dari istilah ini adalah “bukit” yaitu bukit suci Jerussalem yang juga simbol dari konsep “teokrasi Yahudi.” Zion atau sion juga diartikan “bukit yang tinggi”, tempat berdirinya bukit suci yang didirikan oleh Nabi Sulaiman (Solomon). Zion juga sebagai julukan bagi kota Jerussalem sebagai “kota rahasia”, kota Allah atau tempat tinggal Yahweh.

Dikatakan pula bahwa zionisme berasal dari kata tsyon dalam bahasa Ibrani (Yahudi), yang berarti batu. Maksudnya ialah batu bangunan istana yang didirikan oleh Nabi Sulaiman di kota Al-Quds, Yerusalem, Israel. Bangunan tersebut didirikan di atas sebuah bukit karang bernama “Zion”, terletak di sebelah barat-daya Al-Quds (Jerussalem). Bukit Zion ini menempati kedudukan penting dalam agama Yahudi, karena menurut Taurat, “Al-Masih yang dijanjikan akan menuntun kaum Yahudi memasuki ‘Tanah yang Dijanjikan.’ Dan Al-Masih akan memerintah dari atas puncak bukit Zion”.

Kata zion sendiri menurut para sejarahwan merupakan nama sebuah bukit yang diceritakan dalam kitab Perjanjian Lama. Yaitu salah satu bukit yang terletak di sebelah Timur dari dua buah bukit dalam wilayah Yerussalem kuno, ibukota kerajaan Israel pada masa kekuasaan Raja Daud (king David). Di bukit ini juga didirikan sebuah bangunan suci yaitu Haikal Sulaiman (Solomon Temple).

Munculnya kata zion pertama kali di kitab Perjanjian Lama ketika Raja Daud mendirikan kerajaannya tahun 1000-969 SM. Perkataan zion dalam kitab Perjanjian Lama disebutkan sebanyak 152 kali. Semuanya menunjuk pada kota Yerussalem. Lebih dari separuhnya dalam 2 kitab, yaitu Isaiyah 46 kali dan dalam Mazmur 38 kali. Lainnya tersebar dalam berbagai kitab. Zion di kemudian hari diidentikkan dengan kota suci Jerusalem itu sendiri.

Sebelumnya, istilah Zionisme pernah digunakan untuk menyebutkan komunitas Yahudi penganut Yudaisme yang mengharapkan datangnya seorang Mesias (juru selamat), yang akan membawa mereka pada kerajaan Tuhan yang akan dipusatkan di tempat terjadinya kisah-kisah yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Cerita historis ini nampaknya menjadi landasan sejarah gerakan zionisme yang kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan politik bangsa Yahudi untuk kembali ke tanah yang diyakini sebagai asal muasal mereka atau yang dikenal dengan gerakan restorasi.

Latar belakang munculnya gerakan Zionisme disebabkan hak sosial, ekonomi, politik, budaya, dan agama mereka ditindas ketika mereka terpaksa hidup diaspora dalam beberapa negara. Dari sini kemudian muncul kesadaran orang-orang Yahudi yang hidup di berbagai negara untuk mengakhiri penderitaan yang mereka alami dengan kembali ke negeri leluhur mereka, Palestina.

Segala hal buruk yang dialami oleh Yahudi berupa pembantaian, penganiayaan, dan penindasan serta pengusiran di Barat Rusia adalah salah satu yang mendorong mereka untuk mengeluarkan segenap upaya perubahan dari tataran pemikiran menuju pada pergerakan, sehingga zionisme mengalami perkembangan sesuai dengan kondisi yang dilaluinya.

Zionisme adalah perpanjangan dari apa yang telah dilakukan oleh Yahudi sejak dahulu. Zionisme telah memiliki akar historis, baik secara ideologis maupun secara politis pada gerakan-gerakan politik maupun keagamaan Yahudi yang pernah ada sebelumnya seperti gerakan Makkabiy (586-538 SM) yang tujuan utamanya adalah kembali kepada zion dan membangun Haikal Sulaiman, gerakan Bar Kokhba (Arab: barku>khya) (118-138 M), yang memberikan semangat pada diri orang-orang Yahudi dan memerintahkan mereka untuk berkumpul di Palestina dan mendirikan negara Yahudi di sana, gerakan Moses Kretti yang hampir sama dengan gerakan Bar Kokhba, gerakan David Robin (1501-1532 M) yaitu desakan orang-orang Yahudi untuk kembali mendirikan kerajaan Israel di Palestina, dan berbagai gerakan politik Yahudi lainnya semasa mereka hidup berdiaspora di berbagai negara dan belahan dunia.

Tujuan mendasar dari gerakan zionisme pada periode awal adalah menghasut orang-orang Yahudi untuk pulang ke tanah Palestina, mengobarkan semangat untuk membangun Haikal Sulaiman, dan memberikan impian untuk memiliki negara di tanah Palestina.

Setidaknya ada dua doktrin primer yang dikembangkan oleh Israel Yahudi terkait dengan gerakan zionisme dan gerakan keagamaan mereka dalam sejarah modern, serta upaya kolonialisasi di Palestina yaitu: Israel sebagai “bangsa pilihan Tuhan” dan “tanah yang dijanjikan Tuhan” atau janji Tuhan atas tanah yang dijanjikan. Dua doktrin ini berasal dari kitab suci mereka yaitu Taurat dan Talmud, dan diformulasikan kembali dalam kitab “Protokolat”. Dua doktrin inilah yang dijadikan ideologi Yahudi modern baik secara teologis, historis, politis maupun secara ekonomi.

Zionisme dalam historis-ideologis telah beralih kepada makna politis, yaitu “suatu gerakan pulangnya ‘diaspora’ (terbuangnya) kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali bersatu sebagai sebuah bangsa dengan Palestina sebagai tanah-air bangsa Yahudi, dengan Yerusalem sebagai ibukota negaranya”. Istilah Zionisme dalam makna politik itu dicetuskan oleh Nathan Bernbaum, dan Zionisme Internasional yang pertama berdiri di New York pada tanggal 1 Mei 1776, dua bulan sebelum kemerdekaan Amerika-Serikat dideklarasikan di Philadelphia.

Pada masa modern, telah dimulai inti pertama zionisme pada tahun 1806 M ketika Dewan Senat Yahudi berkumpul atas undangan Kaisar Napoleon Bonaparte dalam rangka memanfaatkan para Yahudi yang tamak dan menghasut mereka agar mau membantu Napoleon.

Untuk memperoleh bantuan keuangan dari kaum Yahudi, Napoleon pada tanggal 20 April 1799 mengambil hati dengan menyerukan, “Wahai kaum Yahudi, mari membangun kembali kota Jerussalem lama.” Sejak itu gerakan untuk kembali ke Jerussalem menjadi marak dan meluas. Banyak buku-buku dan tulisan-tulisan yang bermunculan mendukung gagasan untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina.

Gerakan politik zionisme rupanya tidak berakhir pada cita-cita membangun negara Yahudi, tetapi berlanjut untuk mewujudkan keinginan yang lebih hebat. Zionis modern yang disematkan kepada Theodore Hertzl (1860-1904) seorang jurnalis Yahudi Austria memiliki target utama yang jelas yaitu menuju kepemimpinan Yahudi untuk menguasai dunia.

Istilah baru zionisme yaitu Zionist Movement dipopulerkan pada tahun 1895 di Vienna oleh Theodore Hertzl. Perkembangan gerakannya sebagai berikut: Perkembangan pertama, dideklarasikan secara tidak formal di Rusia yang disebut dengan (Russian Jewish Movement). Perkembangan kedua, kegiatan mulai terorganisasi yang berpusat di Romania (Romanian Jewish Movement). Perkembangan ketiga, mengalami masa kebangkitan sehubungan dengan dukungan dari Ratu Inggris yang berpusat di London dengan nama baru Zionist Movement. Perkembangan keempat, masa pengakuan dunia terhadap Israel yang berpusat di Amerika Serikat. Perkembangan pertama dan kedua menginginkan berdirinya negara Yahudi di Argentina atau Ethiopia atau Uganda. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, Zionisme bertujuan mendirikan negara Yahudi di Palestina yang merupakan tanah leluhurnya yang dikenal dalam Bahasa Yahudi dengan Erest Israel atau tanah Israel.

Gerakan zionisme politis atau gerakan politik untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina, dicetuskan oleh publikasi buku Theodore Hertzl (Bapak pendiri Zionisme modern) yang berjudul “Der Judenstaat” atau “The Jewish State” tahun 1896. Terilhami oleh cita-cita revitalisasi kultur nasional bangsa Yahudi dan cita-cita masyarakat sosialis egalitarian dalam bentuk sebuah pemerintahan yang demokratis, zionis membawakan transformasi komunitas agama menjadi sebuah kesadaran bangsa berdasarkan persamaan sejarah dan kultur dan menentukan sebuah tanah air teritorial. Perkembangan nasionalisme Yahudi sejalan dengan berkembangnya gerakan nasionalis lainnya di Balkan dan di Timur Tengah akhir abad sembilan belas.

Strategi baru zionisme yaitu mendelegitimasikan kehadiran masyarakat Arab Palestina, sambil berusaha melegitimasikan kehadiran orang Yahudi. Usaha pertama yang dilakukannya pada tahun 1896 adalah memohon kepada Sultan Abdul Hamid II untuk memberikan tanah di Palestina dengan imbalan bantuan keuangan kas kesultanan melalui jasa para financier Yahudi. Bahkan ia menulis usulan sekembalinya dari kunjungan ke Istambul, memohon kepada sultan hak kaum Yahudi mendeportasikan penduduk asli. Sultan sangat tersinggung dan menolak permohonan itu, dan mengirimkan pesan untuk Theodore Hertzl:

Jangan lagi membicarakan soal ini. Saya tidak dapat memberikan sejengkal tanah pun kepada orang lain, karena tanah/negeri itu bukan milik saya, tetapi milik rakyat. Rakyat saya berjuang untuk mendapatkan tanah itu dan menyuburkannya dengan darah mereka…Biarkanlah orang Yahudi menyimpan berjuta-juta emas mereka di peti mereka.

Pada tahun 1897, melalui kongres Zionisme I di Bazel, Swiss, Hertzl mengatakan kepada peserta kongres; “Kita berkumpul di sini adalah untuk meletakkan pondasi untuk membangun prinsip-prinsip yang dapat mengikatkan bangsa Yahudi.” Ia juga berkata:

Zionis bukan merupakan aliran kecil yang ditunjang dengan kepulangan orang-orang Yahudi ke Palestina, tetapi sebagai gerakan massa, para petani, para pekerja, para manajer, para interpreuner, para sarjana, dan para intelektual.

Kongres I di Bazel ini melahirkan keputusan penting yang berbunyi:

Sesungguhnya cita-cita zionisme ialah mendirikan tanah air untuk bangsa Yahudi, yang diakui secara resmi dan secara hukum, sehingga dengan pendirian itu bangsa Yahudi dapat hidup aman dari tekanan-tekanan. Dan tanah air itu tiada lain adalah Palestina.

Pada kongres di Bazel, Hertzl berhasil mengumpulkan orang-orang Yahudi dari seluruh dunia, sebagaimana ia juga sukses memendatangkan para cendekiawan Yahudi yang dari merekalah bersumber keputusan-keputusan yang paling berbahaya dalam sejarah Yahudi, yaitu Protokol para pemimpin Zionis (the protocols of the meetings of the elders of zion) yang berasal dari kitab-kitab suci Yahudi yang telah mengalami perubahan.

Sejak saat itu, para pemimpin Yahudi mulai bergerak cepat, tepat, cerdas, dan misterius untuk merealisasikan tujuan-tujuan merekayang hasilnya bisa dilihat jelas saat ini.

Setelah kongres zionisme pertama berlangsung, Hertzl memulai perjalanannya dalam aksinya membendung/menahan Sultan Abdul Hamid II baik dengan cara yang menyenangkan maupun sebaliknya. Zionisme berupaya menggulingkan Sultan Abdul Hamid II dan menjatuhkan Khilafah Islamiyah agar apa yang mereka inginkan dapat tercapai.

Konflik antara Israel dan Palestina merupakan salah satu konflik dunia internasional yang paling lama dan telah berlangsung lebih dari setengah abad yang melibatkan banyak negara Arab dan negara Barat.

Konflik ini berawal dari keputusan PBB yang mengakhiri mandate pemerintahan Inggris di wilayah Palestina. PBB kemudian membagi wilayah Palestina menjadi dua Negara yang diperuntukkan bagi Negara Yahudi Israel dan Arab Palestina.

Proklamasi kemerdekaan Israel yang diumumkan pada tahun 1948 diawali dengan pengusiran dan pembersihan etnis (genocide) Arab Palestina yang telah menempati wilayah tersebut sejak zaman prasejarah.

Dengan klaim teologis, bahwa Palestina merupakan tanah yang dijanjikan bagi bani Israel, maka mereka berhak untuk melakukan aneksasi dan penguasaan atas wilayah tersebut.

Pendirian negara Israel di tanah Palestina merupakan salah satu bentuk dan tujuan perjuangan sebuah gerakan politik Yahudi ekstrem yang dikenal dengan zionist movement atau gerakan zionis.

Berdirinya negara Israel merupakan hasil upaya kaum zionis yang anggotanya tersebar di berbagai belahan dunia, dan sebagian diantaranya kemudian melakukan migrasi ke wilayah Yerussalem secara massif.

Oleh karena itu, berbicara mengenai negara Israel, maka tak bisa dilepaskan dengan gerakan zionisme sebagai organisasi politik Yahudi yang menjadi penggerak berdirinya negara Israel.

Zionisme adalah sebuah gerakan politik Yahudi ekstrem, yang berupaya untuk mendirikan sebuah negara Yahudi (Israel Raya) di tanah Palestina, sebagai tanah yang dijanjikan dalam klaim teologis mereka. Dari sinilah, diharapkan Yahudi dapat menguasai seluruh dunia yang berpusat di Yerussalem.

Zionisme internasional merupakan sebuah gerakan politik Yahudi garis keras yang mempunyai akar histories dan ideologis pada gerakan-gerakan politik maupun keagamaan yahudi yang pernah ada sebelumnya seperti gerakan Makkabi, gerakan Bar Kokhba, gerakan Moses Kretti (Karaites), gerakan David Rabin, gerakan Kabbalisme, dan gerakan politik Yahudi lainnya semasa mereka hidup berdiaspora di berbagai Negara dan belahan dunia.

Dalam pandangan penulis, latar belakang munculnya gerakan zionisme disebabkan tiga faktor penting. Pertama adalah faktor teologis, yaitu klaim teologis bangsa Yahudi atas tanah Palestina sebagai tanah yang dijanjikan buat mereka.

Setelah peristiwa eksodus bangsa Israel dari Mesir dan selama 40 tahun mereka menjadi bangsa pengembara yang hidup terlunta-lunta di semenanjung Sinai. Akhirnya Allah memberikan merka tanah Kanaan yang pada saat itu telah dihuni oleh bangsa Filistin.

Dan sekitar abad ke XV SM di bawah pimpinan Yusak (Yoshua) bin Nun, mereka memasuki kawasan tersebut dan menguasainya. Dari sinilah lahir klaim teologis bangsa Israel tentang tanah Kanaan (Palestina) sebagai tanah yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka.

Dan berdasarkan klaim teologis tersebut, mereka merasa berhak sebagai pemilik dan penguasa tanah Palestina. Zionisme sebagai sebuah gerakan politik Yahudi dibentuk sebagai upaya untuk merebut kembali tanah Palestina sebagai tanah yang dijanikan buat mereka.

Faktor kedua adalah faktor sosio-historis, sekitar abad X SM, bangsa Israel pernah mengalami kejayaan di bawah kekuasaan Nabi Daud dan Sulaiman, kejayaan ini diceritakan dalam kitab suci baik Bibel maupun Alquran. Namun, sepeninggal Nabi Sulaiman, terjadi perpecahan internal yang menyebabkan bangsa Israel terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan Israel di utara dan kerajaan Yehuda di selatan.

Kemudian pada tahun 738 SM, kerajaan Asyiria menyerang kerajaan Israel dan tahun 606 SM Nebukadnezar dari Babilonia menyerang kerajaan Yehuda. Di sinilah awal masa pembantaian dan “diaspora” (pembuangan) bangsa Israel oleh bangsa-bangsa penakluknya. Tahun 70 M, merupakan masa "great diaspora” saat orang yahudi kehilangan tempat tinggal mereka dan hidup di luar Palestina.

Semenjak itu, tercatat di lebih dari 100 negara bangsa Israel hidup terpisah dan terasingkan selama ribuan tahun, menjadi warga negara kelas dua di setiap negara yang ditempati dan dengan masa depan yang kelam.

Karena penderitaan yang dialami selama masa pembuangan ini menyebabkan mereka selalu merindukan untuk kembali ke Palestina sebagai tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka dan hidup merdeka seperti semula membangun kembali kejayaan bangsa Israel seperti di masa Daud dan Sulaiman dahulu.

Kerinduan dan kenangan akan golden age serta penderitaan yang dialami selama masa pembuangan merupakan faktor historis, yang memantik semangat kalangan Yahudi militant untuk membentuk zionist movement, sebagai gerakan politik yang dapat mengembalikan mereka ke Palestina.

Faktor yang ketiga adalah faktor politis, diaspora yang dialami oleh bangsa Yahudi ke berbagai Negara dan belahan dunia yang membuat mereka nyaris kehilangan identitas kebangsaan membutuhkan sebuah gerakan yang dapa membangkitkan kembali semangat nasionalisme Yahudi.

Pembentukan zionisme merupakan upaya peneguhan eksistensi Yahudi sebagai sebuah bangsa. Oleh karena itu, zionisme merupakan tempat berkumpulnya para nasionalis Yahudi, yang bercita-cita mempersatukan kembali bangsa Yahudi.

Di samping itu, klaim sebagai bangsa terpilih, membuat bangsa Yahudi merasa sebagai bangsa yang paling berhak memimpin dunia. Cita-cita untuk membentuk sebuah imperium Yahudi yang berpusat di Yerussalem merupakan faktor politik yang menginspirasi lahirnya zionisme.

Istilah “Zionisme” berasal dari akar kata zion atau sion yang pada masa awal sejarah Yahudi merupakan sinonim dari perkataan Yerussalem. Zion adalah pengucapan dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Latin disebut sion , dan bahasa Ibraninya adalah tsyon . Arti dari istilah ini adalah “bukit” yaitu bukit suci Jerussalem yang juga simbol dari konsep “teokrasi Yahudi.” Zion atau sion juga diartikan “bukit yang tinggi”, tempat berdirinya bukit suci yang didirikan oleh Nabi Sulaiman (Solomon). Zion juga sebagai julukan bagi kota Jerussalem sebagai “kota rahasia”, kota Allah atau tempat tinggal Yahweh.

Dikatakan pula bahwa zionisme berasal dari kata tsyon dalam bahasa Ibrani (Yahudi), yang berarti batu. Maksudnya ialah batu bangunan istana yang didirikan oleh Nabi Sulaiman di kota Al-Quds, Yerusalem, Israel. Bangunan tersebut didirikan di atas sebuah bukit karang bernama “Zion”, terletak di sebelah barat-daya Al-Quds (Jerussalem). Bukit Zion ini menempati kedudukan penting dalam agama Yahudi, karena menurut Taurat, “Al-Masih yang dijanjikan akan menuntun kaum Yahudi memasuki ‘Tanah yang Dijanjikan.’ Dan Al-Masih akan memerintah dari atas puncak bukit Zion ”.

Kata zion sendiri menurut para sejarahwan merupakan nama sebuah bukit yang diceritakan dalam kitab Perjanjian Lama. Yaitu salah satu bukit yang terletak di sebelah Timur dari dua buah bukit dalam wilayah Yerussalem kuno, ibukota kerajaan Israel pada masa kekuasaan Raja Daud (king David). Di bukit ini juga didirikan sebuah bangunan suci yaitu Haikal Sulaiman ( Solomon Temple ).

Munculnya kata zion pertama kali di kitab Perjanjian Lama ketika Raja Daud mendirikan kerajaannya tahun 1000-969 SM.10 Perkataan zion dalam kitab Perjanjian Lama disebutkan sebanyak 152 kali. Semuanya menunjuk pada kota Yerussalem. Lebih dari separuhnya dalam 2 kitab, yaitu Isaiyah 46 kali dan dalam Mazmur 38 kali. Lainnya tersebar dalam berbagai kitab.11 Zion di kemudian hari diidentikkan dengan kota suci Jerusalem itu sendiri.

Sebelumnya, istilah Zionisme pernah digunakan untuk menyebutkan komunitas Yahudi penganut Yudaisme yang mengharapkan datangnya seorang Mesias (juru selamat), yang akan membawa mereka pada kerajaan Tuhan yang akan dipusatkan di tempat terjadinya kisah-kisah yang dialami oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.12 Cerita historis ini nampaknya menjadi landasan sejarah gerakan zionisme yang kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan politik bangsa Yahudi untuk kembali ke tanah yang diyakini sebagai asal muasal mereka atau yang dikenal dengan gerakan restorasi.

Latar belakang munculnya gerakan Zionisme disebabkan hak sosial, ekonomi, politik, budaya, dan agama mereka ditindas ketika mereka terpaksa hidup diaspora dalam beberapa negara. Dari sini kemudian muncul kesadaran orang-orang Yahudi yang hidup di berbagai negara untuk mengakhiri penderitaan yang mereka alami dengan kembali ke negeri leluhur mereka, Palestina.

Segala hal buruk yang dialami oleh Yahudi berupa pembantaian, penganiayaan, dan penindasan serta pengusiran di Barat Rusia adalah salah satu yang mendorong mereka untuk mengeluarkan segenap upaya perubahan dari tataran pemikiran menuju pada pergerakan, sehingga zionisme mengalami perkembangan sesuai dengan kondisi yang dilaluinya.

Zionisme adalah perpanjangan dari apa yang telah dilakukan oleh Yahudi sejak dahulu. Zionisme telah memiliki akar historis, baik secara ideologis maupun secara politis pada gerakan-gerakan politik maupun keagamaan Yahudi yang pernah ada sebelumnya seperti gerakan Makkabiy (586-538 SM) yang tujuan utamanya adalah kembali kepada zion dan membangun Haikal Sulaiman, gerakan Bar Kokhba (Arab: barku>khya ) (118-138 M), yang memberikan semangat pada diri orang-orang Yahudi dan memerintahkan mereka untuk berkumpul di Palestina dan mendirikan negara Yahudi di sana, gerakan Moses Kretti yang hampir sama dengan gerakan Bar Kokhba , gerakan David Robin (1501-1532 M) yaitu desakan orang-orang Yahudi untuk kembali mendirikan kerajaan Israel di Palestina, dan berbagai gerakan politik Yahudi lainnya semasa mereka hidup berdiaspora di berbagai negara dan belahan dunia. Tujuan mendasar dari gerakan zionisme pada periode awal adalah menghasut orang-orang Yahudi untuk pulang ke tanah Palestina, mengobarkan semangat untuk membangun Haikal Sulaiman, dan memberikan impian untuk memiliki negara di tanah Palestina.

Setidaknya ada dua doktrin primer yang dikembangkan oleh Israel Yahudi terkait dengan gerakan zionisme dan gerakan keagamaan mereka dalam sejarah modern, serta upaya kolonialisasi di Palestina yaitu: Israel sebagai “bangsa pilihan Tuhan” dan “tanah yang dijanjikan Tuhan” atau janji Tuhan atas tanah yang dijanjikan. Dua doktrin ini berasal dari kitab suci mereka yaitu Taurat dan Talmud, dan diformulasikan kembali dalam kitab “Protokolat”. Dua doktrin inilah yang dijadikan ideologi Yahudi modern baik secara teologis, historis, politis maupun secara ekonomi.

Zionisme dalam historis-ideologis telah beralih kepada makna politis, yaitu “suatu gerakan pulangnya ‘ diaspora ’ (terbuangnya) kaum Yahudi yang tersebar di seluruh dunia untuk kembali bersatu sebagai sebuah bangsa dengan Palestina sebagai tanah-air bangsa Yahudi, dengan Yerusalem sebagai ibukota negaranya”. Istilah Zionisme dalam makna politik itu dicetuskan oleh Nathan Bernbaum, dan Zionisme Internasional yang pertama berdiri di New York pada tanggal 1 Mei 1776, dua bulan sebelum kemerdekaan Amerika-Serikat dideklarasikan di Philadelphia.

Pada masa modern, telah dimulai inti pertama zionisme pada tahun 1806 M ketika Dewan Senat Yahudi berkumpul atas undangan Kaisar Napoleon Bonaparte dalam rangka memanfaatkan para Yahudi yang tamak dan menghasut mereka agar mau membantu Napoleon. Untuk memperoleh bantuan keuangan dari kaum Yahudi, Napoleon pada tanggal 20 April 1799 mengambil hati dengan menyerukan, “Wahai kaum Yahudi, mari membangun kembali kota Jerussalem lama.” Sejak itu gerakan untuk kembali ke Jerussalem menjadi marak dan meluas. Banyak buku-buku dan tulisan-tulisan yang bermunculan mendukung gagasan untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina.

Gerakan politik zionisme rupanya tidak berakhir pada cita-cita membangun negara Yahudi, tetapi berlanjut untuk mewujudkan keinginan yang lebih hebat. Zionis modern yang disematkan kepada Theodore Hertzl (1860-1904) seorang jurnalis Yahudi Austria memiliki target utama yang jelas yaitu menuju kepemimpinan Yahudi untuk menguasai dunia.

Istilah baru zionisme yaitu Zionist Movement dipopulerkan pada tahun 1895 di Vienna oleh Theodore Hertzl. Perkembangan gerakannya sebagai berikut: Perkembangan pertama, dideklarasikan secara tidak formal di Rusia yang disebut dengan ( Russian Jewish Movement ). Perkembangan kedua, kegiatan mulai terorganisasi yang berpusat di Romania ( Romanian Jewish Movement ). Perkembangan ketiga, mengalami masa kebangkitan sehubungan dengan dukungan dari Ratu Inggris yang berpusat di London dengan nama baru Zionist Movement. Perkembangan keempat, masa pengakuan dunia terhadap Israel yang berpusat di Amerika Serikat. Perkembangan pertama dan kedua menginginkan berdirinya negara Yahudi di Argentina atau Ethiopia atau Uganda. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, Zionisme bertujuan mendirikan negara Yahudi di Palestina yang merupakan tanah leluhurnya yang dikenal dalam Bahasa Yahudi dengan Erest Israel atau tanah Israel.

Gerakan zionisme politis atau gerakan politik untuk mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina, dicetuskan oleh publikasi buku Theodore Hertzl (Bapak pendiri Zionisme modern) yang berjudul “Der Judenstaat” atau “ The Jewish State ” tahun 1896. Terilhami oleh cita-cita revitalisasi kultur nasional bangsa Yahudi dan cita-cita masyarakat sosialis egalitarian dalam bentuk sebuah pemerintahan yang demokratis, zionis membawakan transformasi komunitas agama menjadi sebuah kesadaran bangsa berdasarkan persamaan sejarah dan kultur dan menentukan sebuah tanah air teritorial. Perkembangan nasionalisme Yahudi sejalan dengan berkembangnya gerakan nasionalis lainnya di Balkan dan di Timur Tengah akhir abad sembilanbelas.

Strategi baru zionisme yaitu mendelegitimasikan kehadiran masyarakat Arab Palestina, sambil berusaha melegitimasikan kehadiran orang Yahudi. Usaha pertama yang dilakukannya pada tahun 1896 adalah memohon kepada Sultan Abdul Hamid II untuk memberikan tanah di Palestina dengan imbalan bantuan keuangan kas kesultanan melalui jasa para financier Yahudi. Bahkan ia menulis usulan sekembalinya dari kunjungan ke Istambul, memohon kepada sultan hak kaum Yahudi mendeportasikan penduduk asli.23Sultan sangat tersinggung dan menolak permohonan itu, dan mengirimkan pesan untuk Theodore Hertzl:

Jangan lagi membicarakan soal ini. Saya tidak dapat memberikan sejengkal tanah pun kepada orang lain, karena tanah/negeri itu bukan milik saya, tetapi milik rakyat. Rakyat saya berjuang untuk mendapatkan tanah itu dan menyuburkannya dengan darah mereka…Biarkanlah orang Yahudi menyimpan berjuta-juta emas mereka di peti mereka.

Pada tahun 1897, melalui kongres Zionisme I di Bazel, Swiss, Hertzl mengatakan kepada peserta kongres; “Kita berkumpul di sini adalah untuk meletakkan pondasi untuk membangun prinsip-prinsip yang dapat mengikatkan bangsa Yahudi.” Ia juga berkata:

Zionis bukan merupakan aliran kecil yang ditunjang dengan kepulangan orang- orang Yahudi ke Palestina, tetapi sebagai gerakan massa, para petani, para pekerja, para manajer, para interpreuner , para sarjana, dan para intelektual.

Kongres I di Bazel ini melahirkan keputusan penting yang berbunyi:

Sesungguhnya cita-cita zionisme ialah mendirikan tanah air untuk bangsa Yahudi, yang diakui secara resmi dan secara hukum, sehingga dengan pendirian itu bangsa Yahudi dapat hidup aman dari tekanan-tekanan. Dan tanah air itu tiada lain adalah Palestina.

Pada kongres di Bazel, Hertzl berhasil mengumpulkan orang-orang Yahudi dari seluruh dunia, sebagaimana ia juga sukses memendatangkan para cendekiawan Yahudi yang dari merekalah bersumber keputusan-keputusan yang paling berbahaya dalam sejarah Yahudi, yaitu Protokol para pemimpin Zionis ( the protocols of the meetings of the elders of zion ) yang berasal dari kitab-kitab suci Yahudi yang telah mengalami perubahan. Sejak saat itu, para pemimpin Yahudi mulai bergerak cepat, tepat, cerdas, dan misterius untuk merealisasikan tujuan-tujuan mereka yang merusak yang hasilnya bisa dilihat jelas saat ini.

Setelah kongres zionisme pertama berlangsung, Hertzl memulai perjalanannya dalam aksinya membendung/menahan Sultan Abdul Hamid II baik dengan cara yang menyenangkan maupun sebaliknya. Zionisme berupaya menggulingkan Sultan Abdul Hamid II dan menjatuhkan Khilafah Islamiyah agar apa yang mereka inginkan dapat tercapai.