Bagaimana Sejarah Agama Islam Masuk ke Ghana?

Bagaimana sejarah agama islam masuk ke Ghana?

Negara ini sejatinya berpenduduk mayoritas Nasrani. Akan tetapi, dalam kaitan dengan perkembangan agama Islam di Afrika Barat, Ghana memegang peranan strategis di masa lalu. Sejarah terentang kembali hingga abad ke-4. Saat itu, Perang Punic Ketiga antara Romawi dan Kartago baru saja berakhir. Akibat perang ini, Romawi menanggung kerugian sangat besar dan terpaksa mengurangi pengaruhnya di Afrika.Kekosongan kekuasaan akhirnya dimanfaatkan oleh orang-orang Barber, suku asli Afrika, untuk menanamkan pengaruh. Kaum Barber adalah suku pengembara. Pada abad kelima, mereka sampai ke wilayah yang nantinya menjadi teritori Ghana modern dan mendirikan kerajaan Awkar. Lokasi kerajaan ini berada di sebelah tenggara, berbatasan dengan Mauritania. Tak jauh dari sana, secara perlahan muncul pengaruh lain, yakni suku Soninke, penduduk berbahasa Mande yang mendiami pinggiran Gurun Sahara.Suku Soninke membangun ibu kota bernama Kumbi Saleh. Tak berapa lama, kota ini berkembang pesat dan menjadi jalur perdagangan penting di Afrika Barat. Adalah raja Ghana yang akhirnya mengadopsi nama tersebut sebagai nama kawasan yang memimpin wilayah tersebut.

Ketika itu, para pedagang Muslim dari Afrika Utara, khususnya dari Mesir dan Maroko, mulai berdatangan ke kawasan Afrika Barat. Mereka yang datang dengan menggunakan onta membeli emas, perak, dan gading yang memang banyak terdapat di sana.Raja Ghana adalah penganut pagan (animisme). Dia tidak bersedia memeluk Islam meski agama baru ini telah berkembang di seantero Afrika. Namun, dia tidak keberatan umat Islam tinggal di wilayahnya, bahkan kerap meminta bantuan para cendekiawan Muslim untuk memberi masukan seputar masalah hukum, ekonomi, dan sebagainya. Kota Kumbi Saleh sendiri juga mencapai kemakmuran. Perdagangan kian meningkat. Beragam komoditas, misalnya emas, tekstil, garam, gading, dan lainnya, ramai diperniagakan.Al Bakri, seorang ahli geografi Muslim terkemuka, memberikan catatan sejarah penting. Bukunya yang berjudul Kitab fi Masalik wal Mamalik (Peta Kerajaan-kerajaan) mendeskripsikan Ghana sebagai wilayah yang tumbuh pesat di tahun 1068. Lantas, dia memberikan gambaran detail terkait kehidupan umat Islam di Ghana abad ke-11. ‘‘Terdapat dua kota penting yang berada di dataran rendah. Salah satunya dihuni komunitas Muslim yang jumlahnya cukup banyak. Di sana, terdapat sekitar 12 masjid, satu di antaranya adalah yang terbesar dan biasa dijadikan tempat shalat Jumat.’’

Ditambahkan, '‘Masing-masing masjid memiliki beberapa imam, muazin, serta pengajar Alquran. Masjid juga berfungsi sebagai tempat menimba ilmu dengan bimbingan para guru agama.’'Secara ekonomi, lanjutnya, daerah ini merupakan kawasan makmur. Para sarjana Muslim banyak dipercaya memegang jabatan penting di kerajaan. Mereka juga yang memelopori upaya menjalin hubungan erat dengan kerajaan-kerajaan lain di sekitar. ‘‘Umat Muslim di sana merasa menjadi bagian komunitas Muslim di seluruh dunia dan itu merupakan pijakan penting dalam membangun hubungan internasional,’’ papar al-Bakri.Akan halnya orang-orang Barber tadi, yang selanjutnya dikenal dengan sebutan kaum Almovarid, mereka memilih memeluk Islam. Pada tahun 1075, kaum Almovarid berperang dengan Kerajaan Ghana. Singkat cerita, Kerajaan Ghana berhasil dikalahkan. Ada catatan sejarah yang menyatakan bahwa setelah peristiwa itu, banyak penduduk Ghana yang memeluk Islam. Secara bersama, mereka lantas berjuang mengembangkan agama Islam di Afrika Barat, meliputi Mali, Senegal, dan Mauritania. Momen ini berlangsung hingga tahun 1100. Karena, selanjutnya, muncul orang-orang Soso yang membenci Islam dan berhasil menguasai Ghana. Sejak itulah, geliat Islam agak tersendat meski kaum Almovarid dapat meredam pengaruh kaum Soso untuk berkutat di Ghana saja.

Referensi: