Bagaimana sejarah adanya musik keroncong tugu?

Bagaimana sejarah adanya musik keroncong tugu ?

Tradisi musik keroncong tugu berawal dari tradisi musik yang dibawa oleh orang-orang Portugis bersama dengan para tawanan mereka yang merupakan orang Benggali dan Coromandel asal India pada abad ke lima belas dalam perjalanan pelayaran mereka dari Melaka menuju Maluku yang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa. Persinggahan mereka di Sunda Kelapa juga melahirkan sebuah wilayah pemukiman baru di wilayah sekitaran pelabuhan. Di wilayah ini banyak orang Portugis yang memilih menikahi wanita pribumi Indonesia, dan keturunan dari peranakan campuran ini disebut dengan mestizo.

Bagaimana sejarah adanya musik keroncong tugu ?

1 Like

Sejarah Keroncong Tugu bermula di suatu daerah di Batavia yang bernama Kampung Tugu. Tempat lahirnya keroncong Tugu itu terletak di sebelah timur kota atau sebelah tenggara Tanjung Priok. Sejak pertengahan abad ke-17, di kampung tersebut terdapat sekelompok masyarakat yang mempunyai hubungan erat dengan Portugis yang disebut dengan Black Potuguese. Namun ada pula pendapat yang menyatakan bahwa Black Portuguese ini sebenarnya adalah orangorang yang berdarah Goa, Bengali, atau Coromandel yang dibaptis Katolik oleh tuan atau majikan mereka, orang Portugis. Setelah dibaptis mereka mendapat nama Portugis.

Pendapat lain menyatakan bahwa Black Portuguese ini adalah orang-orang bangsa Moor yang menguasai Semenanjung Luso-Iberi (sekarang Portugal Spanyol) pada abad ke-7 hingga abad ke-15. Ketika persekutuan raja-raja Katolik (Los Reyes Catolik) merebut kembali wilayah itu sekitar tahun 1492, beberapa di antara bangsa Moor yang beragama Islam bersedia dibaptis menjadi Katolik dan kemudian mendapat nama Portugis. Meskipun sudah menjadi Katolik, mereka masih mendapat perlakuan diskriminasi sehingga akhirnya keluar dari Portugis dan Spanyol dengan cara bekerja dan ikut pada kapal-kapal dagang Portugis dan bekerja sebagai budak. Sekitar abad ke-17 mereka sampai di Batavia dan kemudian diberi tempat di Kampung Tugu.

Menurut pemimpin musik Keroncong Tugu, musik keroncong Tugu bukan dibawa oleh bangsa Portugis, tetapi tumbuh dengan sendirinya di Tugu meskipun ada alat-alat musik yang dibawa dari luar seperti biola dan selo. Pada waktu senggang nenek moyang masyarakat Kampung Tugu dengan membawa alat-alat musik seperti gitar, biola, dan lain-lain berkumpul untuk bermain dan mendengarkan musik, yang kemudian mereka sebut sebagai musik keroncong. Menurut Manusama yang diperkuat oleh Antonio Pinto da Franca, lagu keroncong pertama di Indonesia lahir di Kampung Tugu sekitar tahun 1661 dengan judul Moresco, Kafrinyu, Old Song, dan Craddle Song. Sekitar tahun 1870-an, ketika bahasa Melayu mulai populer di Batavia, musik keroncong mulai diminati oleh orang-orang Indo-Belanda dan orang-orang Indonesia sendiri. Penampilan Keroncong Tugu sebagai musik perkotaan di Pasar Gambir Batavia kemudian diimitasi oleh Komunitas Banda di Kampung Bandan, Komunitas Indo-Belanda di Kemayoran, Komunitas tentara Belanda di barak Weltevreden, selain menyebar ke Surabaya melalui jalur pelabuhan yang menjadikan dua kota besar itu sebagai sentra keroncong pertama di Jawa. Bahkan Surabaya menjadi kota kelahiran lagulagu Stambul dari pertunjukan sandiwara komedi bangsawan.

Sampai saat ini ada upaya dari kalangan generasi muda Kampung Tugu untuk melestarikan musik keroncong. Pada tahun 1978 para pemuda Tugu membentuk kelompok musik keroncong Tugu dibawah pimpinan Andreas Abraham dan berupaya untuk melestarikan musik ini. Dalam melestarikan musik keroncong mereka memelajarinya secara lisan dari generasi ke generasi. Mereka menerima undangan pentas di luar Tugu, seperti dalam acara seminar atau di hotel-hotel. Mereka tidak mengutamakan penghasilan melainkan kelestarian musik.

Referensi

Darini, Ririn. 2012. Keroncong: Dulu dan Kini. Mozaik Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. Vol 6, No 1 : 19- 31.