Bagaimana saluran islamisasi kerajaan Balanipa di Mandar?

image

Bagaimana saluran islamisasi kerajaan Balanipa di Mandar?

Saluran Islamisasi Kerajaan Balanipa di Mandar adalah :

1. Politik

Kedatangan para pembawa agama Islam ke tanah Mandar khususnya di kerajaan Balanipa tidak dipersulit oleh birokrasi kerajaan setempat karena sebelumnya hubungan baik telah terjadi antara kerajaan Balanipa dengan kerajaan Gowa yang dimana Abdurrahim Kamaluddin salah satu penganjur agama Islam di Mandar. Suasana inilah amat menguntungkan Abdurrahim Kamaluddin sebagai penganjur agama Islam untuk menjalankan dakwahnya, sehingga waktu yang relatif singkat dia berhasil mengislamkan maraq’di Pallis Kanna I Cunnang dialah pemeluk agama Islam pertama di Balanipa.

Raja Balanipa setelah mendengarkan berita tentang mara’dia pallis yang sudah memeluk agama Islam, dia segera mengutus delegasi untuk mengundang Abdurrahim Kamaluddin dalam pertemuan di istana kerajaan, raja meminta penjelasan tentang ajaran yang di bawah dan dari mana asal Abdurrahim Kamaliddin. Setelah raja Balanipa Kakanna I Pattang alias Daetta Tommuane mendengarkan dan mengetahui asal dari Abdurrahim Kamaluddin dia langsung mengucapkan sahadat.

Strategi islamisasi yang dijalankan Abdurrahim Kamaluddin melalui saluran politik menyebabkan agama Islam lebih cepat diterima dan berkembang di tanah Mandar, secara psikologi masyarakat amat menghormati dan patuh kepada raja, sebagaimana yang telah diutarakan bahwa penerimaan agama Islam melalui saluran politik memungkinkan proses islamisasi lebih cepat daripada melalui masyarakat terlebih dahulu.

Proses islamisasi yang terjadi dibeberapa kerajaan yang ada di Mandar seperti kerajaan Pamboang, setelah Raden Mas Suryodilogo dan Sayyid Zakaria berhasil mengislamkan mara’dia Raja Pamboang Tomatindo di Agama (orang yang tidur dalam agama) maka kedua penganjur agama Islam di daerah Pamboangpun dengan muda melaksanakan dakwah. Bahkan sampai ke karajaan Sendana, Tappalang dan Mamuju.

Unsur Islam lainnya yang menyangkut politik dalam islamisasi di tanah Mandar, ialah dalam bentuk bendera kerajaan-kerajaan yang ada Mandar yang dalam bendera tersebut terdapat lukisan huruf Arab berupa tauhid dan beberapa kalimat ayat suci Alqur’an seperti La Ilaha Illallah. Proses islamisasi yang dilakukan dengan politik berperan penting pada perubahan agama yang dianut masyarakat Mandar.

2. Pendidikan

Setelah islamisasi melalui saluran politik, sekarang masuk pada saluran pendidikan Abdurrahi Kamaluddindan para penganjur agama Islam di tanah Mandar dia mendirikan sekolah yang sekarang dikenal dengan nama pesantren dimana di tempati para anak pemuda dan seluruh masyarakat untuk menuntut ilmu agama yang diberi nama “mukim” inilah pesantren pertama didirikan di tanah Mandar yang dikenal dalam sejarah Mandar.

Murid yang pertama di didik sebagai kader yang dipersiapkan sebagai muballihq, pendidikan ini mendapatkan bantuan materi sepenuhnya dari arayang atau raja Balanipa ke IV. Prioritas yang diberikan dimaksudkan agar supaya para murid calon kader Islam dapat memfokuskan segala perhatian mereka kepada pelajaran semata.

Saluran islamisasi melalui pendidikan di tanah Mandar sangat memberikan kontribusi yang besar karena setelah para murid keluar dari pesantren mereka kembali kekampungnya masing-masing untuk melakukan dakwah di tengah-tengah masyarakat. Penganjur agama Islam yang datang ke tanah Mandar setelah Abdurrahi Kamaluddin yang mempunyai metode dakwah dalam ruang lingkup pendidikan diantaranya, Syekh Abdul Mannan alias Tuan Tosalama di Salabose, menyebarkan agama Islam di kerajaan Banggae sekarang.

Kabupaten Majene. Tuan Langngaran alias Tosalama di Labuang Padang, Tuan di Bulo-Bulo alias Tosalama di Bulo-Bulo yang menyebarkan Islam daerah Mambi yang sekarang Kabupaten Mamasa. Dan Tomatindo di Baraqna (Orang yang tidur di Salatnya atau kiblatnya) salah satu yang menyebarkan agama Islam di Campalagian sekarang masuk wilayah Kabupaten Polewali Mandar.

Metode pendidikan mistis (sufi) juga dilancarkan oleh para penganjur agama Islam di tanah Mandar karena metode ini lebih cepat diterima oleh masyarakat tradisional Mandar mereka lebih menyukai di akulturasikan dengan budaya yang dianut oleh karena itu para penganjur agama Islam ataupun para sufi sangat berperang penting dalam proses islamisasi di tanah Mandar.

Selain dari metode mistis pendidikan fiqih mulai dipopulerkan pada akhir abad XVIII, oleh guru yang bernama H. Nuh alias H. Toa. Yang berpusat di Pambusuang kemudian di Campalagiang pernah menjadi pusat pesantren Islam di tanah Mandar sehingga bayak pelajar luar Sulawesi Barat ke Campalagian dan Pambusuang belajar.

Islamisasi di tanah Mandar hari ke hari semakin berkembang dengan adanya upaya dari pihak kerajaan untuk mengawal islamisasi. Sehingga dengan waktu relatif singkat agama Islam sudah mulai diaktualisasikan masyarakat Mandar secara umum.

3. Pernikahan

Islamisasi melalui saluran pernikahan amat sangat penting karena menguntungkan secara individu penganjur agama Islam karena ikatan tali pernikahan adalah mempersatukan lahir dan batin keduanya kemudian dari pernikahan membentuk pertalian kekeluargaan yang lebih besar diantara dua keluarga baik pihak laki-laki (suami) maupun pihak perempuan (istri).

Hubungan pernikahan yang terjadi pada para penganjur agama Islam di tanah Mandar antara seorang penganjur agama Islam dengan putri maraq’dia (putri raja) seperti yang ditempuh oleh Abdurrahim Kamaluddin dalam mengembangkan agama Islam di tanah Mandar dia menikahi putri marraq’dia Lembang. Hal yang sama ditempuh oleh penganjur agama Islam di daerah Pamboang yaitu, Raden Mas Suryodilogo menikahi I Lissi Puang putri Maraq’dia Pamboang, dan Sayyid Zakaria menikahi Puanna I Bodi putri Tomatindo di Agamana.

4. Perdagangan

Islamisasi juga dilakukan melalui perdagangan, mengingat wilayah tanah Mandar memiliki pantai yang panjang hal ini memungkinkan pedagang dari luar sangat berpotensi melakukan aktifitas di daerah Mandar, yaitu berbagai pedagang dari luar yang sudah menganut agama Islam terlebih dulu, dimana daerah yang lebih dulu didatangi adalah daerah kerajaan Balanipa, Sendana, Tappalang dan Mamuju.

Daerah inilah yang dahulu kala memiliki pelabuhan, para pedangang dalam perjalannya selain melakukan perdagangan yang islami mereka jua melakukan dakwah menyiarkan agama Islam, karena mereka berpeluang melakukan islamisasi berhubung mereka sangat dipercaya di masyarakat Mandar, kepercayaan masyarakat Mandar terhadap para pedagang Islam berhubung cara berdagang mereka yang islami tidak pernah melakukan kecurangan terhadap siapa yang mereka jumpai dalam aktifitas perdagannya.

Setiap daerah yang dikunjungi para pedagang Islam untuk berdagang, mereka biasanya tinggal di daerah tersebut untuk beberapa hari dan mana kala berang-barang dagangan mereka belum habis terjual, dan apabila barang dagangan mereka tidak terlalu laku dipasaran mereka punya inisiatif untuk berpindah tempat atau daerah lain hal inilah yang sangat dimamfaatkan untuk melakukan islamisasi kemudian terbukti bahwasanya para pedagang Islam sangat berperan dalam proses islamisasi di tanah Mandar.

Pedagang yang melakukan islamisasi di tanah mandar, juga ada yang memutuskan untuk menikah dan menetap di tanah Mandar, terlihat dari kondisi masyarakat saat ini, ada orang Mandar yang disebut Sayyid ayau Sayye’ penyebutan ini diadopsi atau disematkan kepada orang mandar yang mempunyai keturunan bangsa Arab.