Bagaimana review film Deadpool?

Deadpool adalah sebuah film pahlawan super Amerika yang berdasarkan pada karakter Marvel Comics dengan nama yang sama. Film tersebut merupakan instalmen kedelapan dalam serial film X-Men.

Deadpool adalah karakter yang lucu. Itu tidak bisa dipungkiri. Kamu hanya tinggal melihat penampilannya di Marvel Vs Capcom atau di video game-nya untuk melihat tingkah polah eksentrik prajurit bayaran sinting ini. Namun kisah-kisah Deadpool terbaik di komik adalah saat sifat komedinya ini berbenturan dengan kenyataan bahwa di balik itu ia adalah seorang pria menyedihkan dengan sejumlah masalah. Lelucon-leluconnya adalah salah satu mekanisme perlindungan dari kenyataan itu.

Walau komedi mendominasi film ini, penonton juga diperlihatkan dengan baik tragedi Wade Wilson. Tidak sampai seberbobot dan seemosional di komik, namun sudah sangat bagus untuk bagian dari sebuah film layar lebar. Kualitas drama tak terduga ini cukup memberi muatan ekstra untuk keseluruhan film.

Namun, tentunya review Deadpool ini tidak hanya akan membahas keunggulan filmnya saja. Sejak awal, Ajax dan Angel Dust – duo antagonis utama film ini – tidak diperlihatkan maupun dibangun untuk mengancam. Konflik akhir film ini pun bisa terasa standar, dan terkesan tiba-tiba saja selesai. Memang konflik film ini terkesan pribadi, bukan konflik epik untuk menyelamatkan dunia.

Untuk penutup review Deadpool ini, tolong diingat: film ini bukan untuk anak-anak. Lembaga Sensor Indonesia sudah mengurangi kesadisan di beberapa adegan, dan sepertinya memotong sex montage antara Wade dan Vanessa, namun film ini tetap menyajikan kekerasan, banyak kata-kata kotor, innuendo, hingga fan service. Kalau kamu adalah orang tua, dan tadinya kamu berencana untuk menjadikan Deadpool sebagai film tontonan keluarga, tolong pikir 2x.