Bagaimana proses penyembuhan luka paska bedah sesar ?

Bedah sesar (caesarean section), disebut juga dengan seksio sesarea, adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi.

Bagaimana proses penyembuhan luka paska bedah sesar ?

Penyembuhan luka adalah suatu proses perbaikan atas kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen dan epitel. Fibroblast adalah sel yang bertanggungjawab untuk sistesis kolagen. Luka mengalami tiga fase penyembuhan, yaitu fase inflamasi, proliferasi dan fase maturasi (Kozier.1995).

  • Fase inflamasi

    Fase inflamasi terjadi ketika pembuluh darah terputus dan mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Faktor (EGF), Insulin-like Growth Faktor (IGF), Platelet-derived Growth Faktor (PDGF) dan Transforming Growth Faktor beta (EGF-β) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endothelial dan fibroblast.

    Fase inflamasi akan berlanjut pada fase berikutnya, yaitu fase proliferasi ketika akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN) mengaktivasi fibroblast untuk mensintesis kolagen.

  • Fase proliferasi

    Fase proliferasi dimulai ketika fibroblast mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi. Fase proliferasi akan berlanjut pada fase remodeling yang merupakan fase akhir dalam penyembuhan luka.

  • Fase remodeling

    Fase remodeling merupakan fase penyembuhan luka yang memerlukan waktu lebih lama. Fase ini berlangsung memerlukan waktu tiga minggu hingga dua tahun. Pada fase ini terjadi remodeling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Penyembuhan luka parut memiliki kekuatan 80% dari kulit normal.

Fase penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga terkadang proses penyembuhan luka tidak berjalan normal. Proses penyembuhan luka pada setiap fase dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel Fase penyembuhan luka

No Fase penyembuhan Waktu penyembuhan Ciri-ciri luka
1 Inflamasi Hari ke 3-4 Luka tampak merah, sedikit bengkak
2 Proliferasi Hari ke 4-21 Adanya granulasi jaringan, luka tampak kemerahan dan mudah berdarah. Tinggi luka ±1 cm pada tiap sisi pada hari ke-5 hingga ke-9
3 Maturasi Minggu ke 3 hingga 1-2 tahun Luka menyatu, menjadi rata, tipis dan melekat erat

Penyembuhan luka dipengaruhi oleh faktor sistemik dan lokal. Faktor lokal yaitu adanya infeksi, adanya benda asing, faktor mekanik serta jenis, lokasi dan besar luka. Faktor sistemik meliputi (1) Hormon glukokortikoid, (2) status metabolik, (3) sirkulasi darah, (4) usia, (5) obesitas, (6) hospitalisasi pra operasi yang lama, (7) durasi pembedahan dan (8) nutrisi (Molnar, 2007).

Luka operasi sesar memiliki karakteristik yang membedakan dengan luka operasi lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Tran, Jamulitrat, Chongsuvivatwong, & Geater (2000) melaporkan bahwa terdapat tujuh faktor resiko terjadinya infeksi luka operasi. Faktor yang mempengaruhi yaitu :

  1. pelaksanan pencegahan infeksi sebelum pembedahan,
  2. chorioamnionitis,
  3. kondisi ibu sebelum pembedahan,
  4. pre eklampsi,
  5. BMI diatas normal,
  6. nullipara dan
  7. jumlah darah yang hilang saat pembedahan. Infeksi paska bedah sesar merupakan hal yang sangat beresiko terjadi pada ibu post partum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka menurut Gould (2007), dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik.

Faktor instrinsik meliputi :

  1. Usia ibu,
  2. Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
  3. Status kesehatan.

Faktor ekstrinsik meliputi :

  1. penggunaan antibiotik,
  2. jenis balutan dan
  3. perawatan luka.

Luka paska bedah sesar beresiko mengalami infeksi apabila faktor-faktor tersebut terganggu. Infeksi dapat dinilai pada luka hari kelima paska pembedahan, hingga tiga puluh hari paska bedah (Patricia et al, 2009). Alat ukur untuk mengetahui adanya infeksi dapat menggunakan parameter ASEPSIS yang dikembangkan oleh Wilson, Sturridge & Gruneberg pada tahun 1986. Hasil penelitian Patricia et al (2009) mengungkapkan bahwa uji validitas dan reabilitas terhadap alat ukur ini memiliki interreabilitas sebesar 0,96 pada semua pasien paska pembedahan.

Pemantauan penyembuhan luka dilakukan untuk mengetahui apakah luka sembuh dengan baik atau terjadi infeksi. Infeksi luka operasi yang terjadi dapat berakibat lebih fatal dengan terjadinya kerusakan jaringan yang lebih luas yang dikenal dengan istilah Wound Dehiscence (WD). WD adalah terbukanya sebagian atau seluruh (eviserasi) lapisan jahitan paska pembedahan (Cunningham, 2005).

Penyebab terjadinya WD antara lain :

  1. mal nutrisi,
  2. insulin dependen diabetes,
  3. penggunaan steroid yang berlebihan,
  4. obesitas,
  5. penyakit obstruksi pulmonal menahun,
  6. peningkatan tekanan intra abdominal
  7. riwayat terapi radiasi abdominal sebelumnya.

Pemberian nutrisi yang adekuat paska pembedahan dapat membantu memenuhi kebutuhan zat gizi pada proses penyembuhan luka sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi luka paska pembedahan.