Bagaimana Proses Pengobatan bagi Penderita PTSD?

ptsd

PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pasca trauma yaitu kondisi kejiwaan yang dipicu oleh kejadian tragis yang pernah dialami atau disaksikan. Contoh peristiwa traumatis yang dapat memicu kondisi ini adalah kecelakaan lalu lintas, bencana alam, tindak kejahatan seperti pemerkosaan atau perampokan, atau pengalaman di medan perang.

Pada sebagian besar kasus PTSD, gejala dapat membaik setelah beberapa minggu tanpa penanganan khusus. Tetapi, lain halnya bagi pasien dengan gejala yang bertambah parah. Pasien-pasien tersebut membutuhkan langkah penanganan lebih lanjut, yaitu kombinasi terapi psikologis dan pemberian obat.

Kombinasi penanganan diharapkan dapat mengatasi gejala dengan mempelajari cara mengatasi keadaan, memperbaiki pola pikir tentang diri sendiri dan orang lain, mengatasi masalah yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu, serta cara menghadapi gejala yang diderita atau gejala yang dapat muncul kembali.

Terapi psikologi yang diberikan meliputi:

  • Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural threapy (CBT). Terapi yang biasanya dilakukan sebanyak 8 hingga 12 sesi ini bertujuan mengatasi masalah yang dihadapi dengan mengubah cara pikir dan bertindak.

  • Terapi desensitisasi gerakan mata dan pemrosesan ulang atau eye movement desensitisation and reprocessing (EMDR). Terapi dengan menggerakkan mata ke samping mengikuti gerakan tangan terapis ini bertujuan meredakan gejala PTSD. Meski demikian, belum diketahui secara jelas bagaimana cara terapi ini dapat mengatasi gejala PTSD.

  • Terapi penyingkapan (exposure therapy). Terapi ini bertujuan membantu pasien menghadapi keadaan secara efektif setelah mengalami peristiwa traumatis.

  • Terapi kelompok. Terapi ini bertujuan untuk mengatasi gejala PTSD pada diri pasien dengan cara membicarakan pengalaman traumatis bersama orang-orang lain dalam suatu kelompok yang memiliki pengalaman atau masalah serupa.

Sedangkan obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter dalam kasus PSTD meliputi:

  • Antidepresan. Obat ini digunakan untuk mengatasi masalah sulit tidur dan meningkatkan konsentrasi. Antidepresan biasanya diberikan pada pasien berusia 18 tahun ke atas dalam jangka waktu 12 bulan sebelum dikurangi secara bertahap selama kira-kira 4 minggu. Contoh obat antidepresan adalah mirtazapine, amitriptyline, dan phenelzine.

  • Prazosin. Obat ini diberikan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan insomnia akibat mimpi buruk berulang.

  • Antiansietas. Obat ini diberikan untuk mengurangi rasa cemas pada penderita PTSD. Obat antiansietas biasanya hanya diberikan dalam jangka waktu yang pendek mengingat rentan disalahgunakan. Perubahan suasana hati akan terlihat setelah pemberian obat-obatan selama beberapa minggu.

Penanganan untuk PTSD


PTSD merupakan salah satu dari gangguan kecemasan, oleh karena itu tindakan untuk mengatasi PTSD hampir sama dengan cara untuk mengatasi kecemasan, yaitu :

1. Tindakan Medis

Berdasarkan DSM-IV, PTSD masuk pada kelompok anxiety disorder , dengan diagnose medis adalah Post-traumatic stress disorder (APA, 2000). Untuk pengobatan atau yang lebih dikenal dengan psikofarmaka menurut Ross (1999) ada beberapa jenis pengobatan yang bisa digunakan pada pengobatan PTSD, yaitu :

  • SSRI antidepressant
    Para ahli mengungkapkan bahwa SSRI antidepresan merupakan pilihan pertama terbaik dalam menangani PTSD. Ada lima SSRI yang bisa digunakan : Zoloft (sertraline), Paxil (paroxetine), Prozac (fluoxetine), Luvox (fluvoxamine), Celexa (citalopram).

  • Antidepresan lain yang bisa digunakan jika SSRI antidepresan tidak efektif mengatasi PTSD atau malah menimbulkan efek samping, yaitu Serzone (nefazone), dan Effexor (venlafazine).

  • Antidepresant Trisiklik
    Ada beberapa antidepressant trisiklik yang bisa digunakan yaitu imipramine, amitriptyline (Evavil). Walaupun begitu antidepressant trisiklik ini tidak merupakan pilihan utama karena memiliki banyak efek samping jika dibandingkan dengan antidepressant yang lain.

  • Antiansietas
    Benzodiazepine adalah obat yang digunakan untuk mengurangi ansietas, biasanya digunakan untuk jangka pendek, yaitu valium (Diazepam), Xanax (alprazolam), Klonopoin (Clonazepam), dan Ativan (Lorazepam).

2. Tindakan Keperawatan

  • Pengkajian untuk klien dengan PTSD

Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan bereaksi terhadap stress akibat pengalaman traumatis, yaitu (Cook & Fontaine, 2005) :

  1. Pengkajian perilaku (behavioral assessment), yang dikaji adalah dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku agresif yang berlebihan, dalam keadaan yang seperti apa klien mengalami kembali trauma yang dirasakan, bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktivitas yang akan mengingatkan klien terhadap trauma, seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial, apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak kejadian traumatis.

  2. Pengkajian afektif (affective assessment), berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan dan perasaan ingin cepat marah, apakah klien pernah mengalami serangan panik, perasaan bersalah yang dialami yang berkaitan dengan trauma, tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan, apa saja sumber-sumber kesenangan dalam hidup klien, hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan orang lain.

  3. Pengkajian intelektual (intellectual assessment) , yang dikaji adalah kesulitan dalam hal konsentrasi, kesulitan dalam hal memori, berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang yang berkaitan dengan trauma, apakah klien bisa mengontrol pikiran-pikiran berulang tersebut, mimpi buruk yang dialami klien, apa yang disukai klien terhadap dirinya, dan apa yang tidak disukai klien terhadap dirinya.

  4. Pengkajian sosiokultural (sociocultural assessment) , yang dikaji adalah bagaimana cara keluarga dan teman klien menyampaikan tentang perilaku klien yang menjauh dari mereka, pola komunikasi antara klien dengan keluarga dan teman, apa yang terjadi jika klien kehilangan kontrol terhadap rasa marahnya, bagaimana klien mengontrol kekerasan terhadap sistem keluarganya, dan apakah klien bercerai atau merasa terancam dengan situasi perceraian tersebut.

  • Diagnosa keperawatan untuk PTSD

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul akibat PTSD menurut Wilkinson (2005) antara lain adalah gangguan stress pasca trauma, keputusasaan, ketidakberdayaan, ansietas, berduka dan koping individu yang tidak efektif. NANDA (2007) bahwa diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sindrom stress relokasi ( relocation stress syndrome ), resiko sindrom stress relokasi ( risk of relocation stress syndrome ), sindrom pasca trauma, dan resiko sindrom pasca trauma. Jadi ada beberapa macam diagnosa keperawatan yang bisa timbul pada klien dengan PTSD. Sedangkan untuk penelitian ini yang akan diambil adalah klien dengan diagnosa sindrom pasca trauma.

  • Intervensi keperawatan untuk PTSD

Intervensi keperawatan secara generalis menurut Wilkinson (2005) tujuan umum pada masalah keperawatan PTSD adalah agar individu mampu mengatasi stresor yang ada dengan semua kemampuan yang dia miliki. Tindakan yang bisa dilakukan adalah membantu klien mengurangi melakukan perasaan diri atau perilaku kekerasan pada diri sendiri, meningkatkan kemampuan klien untuk beradaptasi terhadap stresor, perubahan, atau ancaman yang akan ditemuinya dalam kehidupan, membantu dalam hal fokus terhadap kebutuhan, masalah atau perasaan klien dan orang-orang terdekat untuk meningkatkan koping, problem solving dan hubungan interpersonal, membantu pasien memfasilitasi tingkah laku impulsif melalui aplikasi strategi pemecahan masalah, situasi sosial dan interpersonal, memfasilitasi dan mendorong klien berhubungan dengan keluarga, teman dan masyarakat, membantu klien / individu untuk mengamankan dan mengatur keuangan untuk menyesuaikan kebutuhan perawatan kesehatan.

Intervensi keperawatan untuk PTSD menurut Barry (1998) seperti intervensi dalam hal support sosial antara lain grup konseling atau individu, mendengarkan kenangan klien tentang peristiwa traumatis, dan mendorong klien untuk mengidentifikasi hal-hal yang berarti yang berkaitan dengan trauma. Dengan mendiskusikan kejadian traumatis akan membuat klien belajar mencapai kemampuan untuk mengontrol reaksi yang timbul terhadap memori yang mengganggu.

3. Terapi Psikososial

Ada beberapa intervensi lanjut yang bisa diterapkan untuk mengatasi masalah PTSD. Menurut pendapat beberapa ahli, praktik intervensi lanjut untuk mengatasi PTSD diantaranya :

  • Exposure therapy , menurut Yulle (1999) bahwa terapi ini memiliki efektivitas yang tinggi untuk mengatasi berbagai gangguan ansietas. Ada beberapa variasi dalam terapi ini, yaitu systematic dezensititation, flooding, image habituating training, dan prolonged exposure, yang terakhir adalah terapi yang direkomendasikan oleh para ahli. Prolonged exposure mencakup konfrontasi terapeutik yang terencana terhadap situasi yang menciptakan ketakutam, memori atau object yang meningkatkan kewaspadaan tapi bisa dikelola. Terapi ini berlangsung lama dan dilakukan berulang-ulang sampai derajat kewaspadaan menurun sampai pada tingkat yang bisa diterima, minimal 50% dibawah level puncak.

  • Trauma-focused cognitive-behavioral therapy, menurut Hudenko dan Crenshaw (2010) terapi untuk mengatasi PTSD dan trauma meliputi cognitive-behavioral therapy yang akan membuka diri klien terhadap pikiran, perasaan, dan situasi yang mengingatkan klien terhada trauma. Terapi ini juga meliputi kegiatan mengidentifikasi pikiran yang membingungkan terkait peristiwa trauma dimana pikiran tersebut tidak rasional dan menyimpang, dan menggantinya dengan gambaran yang lebih baik.

  • EMDR (Eye Movement Desentisitation and Reprocessing) , dalam EMDR klien menggunakan teknik imaginal exposure terhadap trauma yang dirasakan dan sementara itu pada saat yang sama melakukan gerakan mata yang saccadic . Walaupun beberapa riset membuktikan terapi ini efektif untuk PTSD, tetapi beberapa riset lain masih mempertanyakan mekanisme dari terapi ini (Hamblen, Scunurr, Rosenberg, & Eftekhari, 2009). EMDR bertujuan untuk mengubah perasaan klien terhadap memori yang berkaitan dengan trauma dan membantu klien untuk memiliki emosi, pikiran dan perilaku yang positif (NICE, 2005).

  • Family therapy, PTSD tidak hanya akan mempengaruhi klien secara individual, tapi juga akan membawa pengaruh pada orang-orang yang dekat dengan klien. Oleh karena itu terapi keluarga dianggap efektif untuk mengatasi masalah PTSD. Terapi keluarga akan membantu orang terdekat klien untuk memahami apa yang sedang dialami klien, dan juga membantu setiap individu di keluarga tersebut agar berkomunikasi dengan lebih baik sehingga bisa mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan interpersonal (Hudenko & Crenshaw, 2010).

  • Couples therapy juga bisa dilakukan pada klien dengan PTSD. Metode konseling ini melibatkan pelayanan terhadap anggota keluarga. Terapis akan membantu setiap anggota keluarga untuk ikut aktif dalam komunikasi yang terjaln, mempertahankan hubungan yang baik, dan mengatasi tantangan masalah emosional. PTSD kadang kala membawa dampak negatif yang signifikan dalam hubungan interpersonal, sehingga terapi ini akan membantu dalam beberapa kasus PTSD (Benedek., dkk, 2009).

  • Anxiety management, dalam anxiety management terapis akan mengajarkan klien beberapa kemampuan untuk mengatasi tanda dan gejala PTSD, antara lain relaxation training, klien akan belajar untuk mengontrol ketakutan dan kecemasan dengan cara melakukan relaksasi terhadap otot-otot secara sistematis, breathing retraining, dimana klien belajar bagaimana pernapasan abdomen secara relaks dan menghindari hiperventilasi yang bisa menyebabkan berbagai sensasi fisik yang tidak menyenangkan (palpitasi, pusing), selanjutnya positive thinking and self-talk , dimana klien belajar untuk mengganti pikiran negatif dengan pikiran positif pada saat menghadapi stressor yang mengingatkan klien terhadap trauma, assertiveness training , yaitu klien belajar untuk mengungkapkan harapan, pendapat, dan emosi tanpa menyakiti orang lain, dan terakhir adalah thought stopping, dimana klien belajar untuk menggunakan distraksi untuk mengatasi pikiran yang menakutkan dan mengancam (Ross, 1999).
    Teknik thought stopping , dimana klien mungkin mengatakan stop keluar dari ide-ide yang muncul. Pengalihan pikiran yang tidak diinginkan secara diubah dan klien memilih alternatif ide positif. Literatur menjelaskan bahwa terapi thought stopping atau disebut juga dengan istilah menghentikan pikiran merupakan teknik efektif dan cepat membantu menghadapi pikiran yang membuat stres dimana seringkali menyertai serangan panik, ansietas dan agrofobia. Mengenai manajemen kecemasan juga diungkapkan oleh Stuart dan Laraia (2005), bahwa latihan relaksasi dilakukan melalui teknik pernapasan atau peregangan otot. Seseorang yang mengalami perasaan tidak tentram, ansietas dan stres psikologis, jika diberikan suatu latihan relaksasi yang terprogram secara baik maka akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi, mengurangi keringat dan frekuensi pernafasan sehingga sangat efektif sebagai anti ansietas.

  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
    NACBT (2007) menyebutkan bahwa CBT merupakan salah satu terapi yang efektif untuk mengatasi PTSD. Pemberian CBT dan medikasi (anti ansietas dan anti depresan) dalam waktu 6-8 minggu akan membantu mengatasi PTSD sebanyak 70-90% ( Mayo Clinic , 2009). Center for CBT (2006) menyebutkan bahwa CBT merupakan intervensi yang efektif dan yang lebih banyak digunakan untuk mengatasi PTSD.
    CBT adalah terapi yang membantu klien bagaimana berpikir dan bertindak sehingga klien merasa lebih baik. CBT fokus pada masalah yang ada pada saat ini, dan membantu klien untuk memahami masalah yang terlibat begitu besar dan dipecah menjadi bagian-bagian kecil sehingga memudahkan klien melihat bagaimana mereka berkaitan satu sama lain dan bagaimana masalah tersebut mempengaruhi klien (Royal College of Psychiatris, 2005).
    Banyaknya penelitian yang menyebutkan bahwa CBT ternyata efektif untuk mengatasi masalah gangguan ansietas, bahkan untuk mengatasi masalah PTSD. Klien dengan PTSD memiliki masalah baik dalam masalah pikiran dan juga masalah perilaku, yang nantinya akan mengarah pada masalah kesehatan mental. Untuk itulah CBT bisa digunakan untuk mengatasi klien dengan PTSD agar cara berpikir dan berperilaku klien kembali normal dan bisa menjalankan fungsinya seperti biasa lagi walaupun dia telah mengalami kejadian yang traumatis.
    Banyak terapi yang bisa dimanfaatkan dan diterapkan untuk mengatasi masalah individu yang mengalami PTSD pasca bencana. Untuk penelitian yang akan dilakukan kali ini maka peneliti memilih untuk melaksanakan CBT pada individu yang mengalami PTSD pasca bencana. Karena banyak hasil-hasil penelitian yang menyebutkan bahwa CBT terbukti efektif dalam mengatasi masalah PTSD.

  • Cognitive therapy, menurut Mayo Clinic (2009) bahwa jenis terapi bicara ini akan membantu klien untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pemikiran yang destruktif. Sejalan dengan hal ini, Ross (1999) bahwa terapi ini akan mengubah keyakinan irrasional yang akan mempengaruhi emosi dan fungsi individu. Tujuan dari terapi kognitif ini adalah bagaimana mengidentifikasi pikiran yang mengganggu, mempertimbangkan akibatnya dan mengadopsi pikiran yang lebih realistis agar terciptanya kondisi emosional yang seimbang.
    Varcarolis, dkk., (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang didasarkan pada keyakinan klien dalam kesalahan berfikir, mendorong pada penilaian negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain. Selama proses restrukturisasi pikiran, terapis membantu klien untuk mengidentifikasi pikiran otomatis negatif yang menyebabkan ansietas, menggali pikiran tersebut, mengevaluasi kembali situasi yang realistis dan mengganti hal negatif yang telah diungkapkan dengan ide-ide membangun.

  • Complementary and Alternative Medicine (CAM), salah satu pendekatan yang digunakan adalah akupuntur , merupakan pengobatan tradisional dari Cina. Walaupun studi awal sudah menunjukkan hasil yang memuaskan, tapi masih diperlukan berbagai studi untuk memperkuat justifikasi manfaat terapi ini. Selain akupuntur ada Yoga Nidra , yaitu metode relaksasi dan meditasi. Sama halnya dengan akupuntur, perlu banyak riset untuk menyatakan terapi ini efektif untuk penanganan PTSD (Benedek., dkk, 2009).