Bagaimana proses penciptaan alam semesta menurut Islam?

Alam semesta

Alam semesta adalah ruangan yang sangat besar dan mungkin tak terbatas dalam volume, hal yang dapat diamati adalah tersebarnya ruang pada ukuran setidaknya 93 miliar tahun cahaya. Sebagai perbandingan, diameter sebuah galaksi khas hanya 30.000 tahun cahaya, dan jarak khas antara dua galaksi tetangga hanya 3 juta tahun cahaya.

Sebagai contoh, panjang diameter Galaksi Bima Sakti kira-kira 100.000 tahun cahaya, dan galaksi saudara terdekat kita, galaksi andromeda, terletak sekitar 2,5 juta tahun cahaya.

Bagaimana proses penciptaan alam semesta menurut Islam ?

Al-Qur’an sebagai sumber ajaran inti agama Islam, diturunkan untuk menjelaskan kepada manusia hal-hal yan tidak bisa dimengerti oleh akal mereka secara mandiri, seperti esensi iman, ritual-ritual ibadah, serta landasan-landasan etis dan hukum yan berguna untuk mengatur interaksi sosial di antara sesama manusia. selain itu, al-Qur’an juga membicarakan alam semesta, yang meliputi bumi dan langit, unsur-unsurnya yang beraneka ragam, para penghuninya, serta fenomena-fenomena di dalamnya.

Perlu diketahui bahwa ketika al-Quran membicarakan tentang alam semesta (universe) ini, al-Quran tidak membahasnya secara detail. Al-Quran hanya membahas garis besarnya saja, karena al-Quran bukanlah kitab kosmologi atau buku-buku ilmu pengetahuan umumnya yang menguraikan penciptaan alam semesta secara sistematis. Namun, lebih dari seritu ayat berbicara tentang alam semesta ini, untuk membuktikan kekuasaan, ilmu, dan kebijaksanaan tak terbatas Sang Pencipta, yang memapu menciptkan jagat raya ini, melenyapkannya, lalu mengembalikannya ke bentuknya semua.

Al-Quran sedikit sekali bebicara tentang kejadian alam (kosmogoni). Mengenai metafisikan penciptaan, al-Quran hanya mengatakan bahwa alam semesta beserta segala sesuatu yang hendak diciptakan Allah didalamnya tercipta sekedar dengan firman-Nya; “jadilah!” (2:117; 3:47,59; 6;73; 16:40; 19:35; 36:82; 40:68).

Informasi yang kita dapat dari al-Quran tentang penciptaan alam itu terungkap dengan berbagai kata yang digunakan dalam bentuk kata pengungkapan penciptaan alam. Diantara kata tersebut adalah bad’, ja’l, kholq, (semua kata-kata tersebut dalam term ini bermakna menciptakan). Masih banyak lagi dalam al-Quran bentuk kata-kata pengungkapan penciptaan diantaranya; Bad’, fathr, shun’, ja’l, amr, bad’ dan lainnya. Namun, fokus al-Quran terhadap penciptaan alam hanya tersirat pada tiga bentuk pengungkapan kata diatas.

Hal tersebut dapat kita lihat dalam firma Allah SWT berikut ;

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Diaberkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia (QS. Al-Baqarah: 117).

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (QS. Hud: 7).

Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. As-Sajdah: 4).

Berangkat dari informasi ayat-ayat al-Quran tentang penciptaan alam, maka penulis berusaha menjelaskan proses penciptaan alam semesta menurut al-Quran. Untuk mencapai maksud tersebut, memang dirasakan kesulitan tersendiri, karena al-Quran selain bersifat universal dan informasinya mengandung prinsip-prinsip dasarnya saja, juga yang dibicarakannya menyangkut alam fisis.

Dari informasi pertama tentang proses penciptaan alam semesta yang terdiri dari tiga bentuk kata yang erat kaitannya dengan hal ini, yaitu khalq, bad’ dan fathr, tidak ditemukan pada redaksinya penjelasan yang tegas, apakah alam semesta diciptakan dari materi yang sudah ada atau dari ketiadaan? Jadi ketiga bentuk kata tersebut hanya menjelaskan bahwa Allah pencipta alam semesta tanpa menyebut dari ada tiadanya.

Sementara “Ibnu Jarir dalam Tarikh al-Thobari” menyinggung bahwa periodesasi atau tahapan penciptaan alam dapat disimak dari hadits Nabi ketika menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi yang mendatangi Rosul saw dan menanyakan perihal penciptaan langit dan bumi.

Maka Rosul menjawab bahwa

“Allah menciptakan bumi pada hari ahad dan senin, lalu menciptakan gunung-gunung pada hari selasa, lalu di hari rabu allah menciptkan pepohonan, air dan infastuktur bumi, bangunan dan perusakan, pada hari kamis Allah menciptakan langit. Lalu pada hari jum’at Allah menciptakan bintang- bintang, matahari dan malaikat, hingga tersisa tiga masa (sa’at) dari zaman itu, pada masa pertama (al-sâ’ah al-ûla) dari tiga masa tersebut adalah penciptaan ketentuan-ketentuan hidup dan mati, kedua (al-sâ’ah al-tsâniyah) memberikan suatu cobaan terhadap segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, ketiga (al-sâ’ah al-tsâlitsah) menciptakan adam dan menempatkannya di surga dan memerintahkan pada iblis untuk bersujud padanya dan mengeluarkan iblis dari surga”. Kemudian orang-orang Yahudi tadi bertanya tentang apa yang dikerjakan Allah selanjutnya, Muhammad menjawab “kemudian Allah bersemanyam dalam arsy”

Lantas mereka berkata ‘kamu benar seandaikan kamu sempurnakan lagi (dari cerita)’, mereka menjawab, kemudian (Allah) beristirahat. Dengan ucapan tadi Nabi amat marah, maka turunlah ayat

“Dan kami telah menciptakan langit dan bumi dan diantara keduanya selama enam masa tanpa kecapaian. Maka bersabarlah (wahai Muhammad) atas ucapan mereka….Surat Qaf : 38-39.

Kemudian proses berikutnya dideskripsikan oleh surat al- Anbiya’/21: 30,

“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahi bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuau yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”. (QS. Al- Anbiya’: 30).

Ayat ini merupakan satu-satu ayat al-Quran yang menerangkan “pembentangan” alam semesta. Dapat disimpulkan bahwa ruang alam (al-sama’) dan materi (al-ardl) sebelumnya dipisahkan Allah adalah sesuatu yang padu. Jadi alam semesta ketika itu merupakan satu kumpulan.

Rangkaian proses berikutnya, --setelah terjadi pemisalah oleh Allah—alam semesta mengalami proses transisi fase membentuk dukhon. Hal ini terungkap dari pernyataan Surat Fushshilat : 11;

kemudian Allah menuju penciptaan ruang alam (al- sama’), yang ketika itu penuh “embunan (al-dukhon)”.

Hal ini disebabkan, agar tidak terjadi kekeliruan dalam menangkap maksud kata ‘dukhon’ yang dihubungkan dengan proses penciptaan alam semesta, maka seharusnya kata ini dipahami degan hasil temuan sains yang telah terandalkan kebenarannya secara empiris. Hasil temuan ilmuan mengenai hal ini adalah bahwa suatu ketika dalam penciptaan terjadinya ekspansi yang sangat cepat sehingga timbul “kondensasi” dimana energi berubah menjadi materi.

Kata “al-dukhan (embunan)” bukanlah menunjukkan materi asal ruang alam, akan tetapi ia menjelaskan tentang bentuk alam semesta ketika berlangsungnya fase awal penciptaannya.

Kemudian dalam al-Quran disebut berturut-turut disebut bahwa alam semesta diciptakan selama enam tahap atau periode (ayyam). Secara global disebut dalam surat Hud/11:7

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”.

Kemudian diulang kembali penyebutannya dengan menambah “apa yang ada diruang alam dan materi”, dalam surat al-Sajdah : 4.

Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. As-Sajdah: 4).

Keterangan ini juga didukung beberapa ayat yang konteksnya sama dalam surat Fushshilat : 9-12,

Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam.” (9). Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (10). Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” (11). Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik- baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (12) (QS. Fushshilat: 9-12)

Di kuatkan juga surat al-A’raf : 54,

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang- bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam (al-A’raf: 54).

(Allah)Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (al-Furqan: 59).

Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan. (QS. Qaf: 38)

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hadid: 4)

Kata yaum dengan jama’nya ayyam (tahapan) atau periode dalam al-Quran bukanlah dimaksud batasan waktu antara terbenamnya matahari hingga terbenam lagi esoknya seperti hari dibumi kita ini. Menurut kalam arab dan kebanyakan ayat-ayat al-Quran, kata ini dipakai untuk suatu masa atau periode (juz’ min al-zaman) yang kadarnya tidak dapat ditentukan dan tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya secara pasti kecuali Allah. Yaum jika diterjemahkan hari sama dengan hari dunia saat ini, maka tidak logis dan ia bertentangan juga dengan ayat-ayat al-Quran yang lain. Tidak logis karena penciptaan hari ini baru ada setelah penciptaan alam semesta.

Dalam al-Quran banyak ayat yang secara eksplisit menyebutkan ruang alam (al-sama’) berjumlah tujuh. Sedangkan materi (al-ardl) sebagaimana ruang alam secara implisit disebutkan juga jumlahnya tujuh. Sebagaimana yang tertera dalam surat al-Thalaq : 12

“Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah agar berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhanya Allah, ilmu-Nya benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath-Thalaq: 12)

Kata ruang alam dalam al-Quran ada yang datang dengan konteks mufrad (al-sama’) dan ada pula yang datang dalam bentuk jama’ (al-samawat). Sedangkan kata bumi (materi) dalam al-Quran hanya disebutkan dalam bentuk mufrad (al- ardh) saja dan tidak pernah muncul dalam konteks jama’. Dalam hal ini Hanafi Ahmad dalam kitabnya, “al-tafsir al-ilmi ayat al-kauniyat”, menerangkan bahwa hal ini dimaksudkan agar manusia tidak tercengang dan tidak menuntut kepada Rasulullah untuk menunjukkan bumi yang lain. Sebab bila bumi (al-ardh) disebutkan dalam al-Quran secara eksplisit berjumlah tujuh sebagaimana ruang alam (al-sama’) tentu saja bertentangan dengan apa yang mereka saksikan setiap hari karena mereka hidup dibumi.

Penyebutan bumi itu dalam al-Quran secara eksplisit hanya satu adalah sangat cocok dengan daya nalar manusia yang kebanyakan mereka sederhana dalam berpikir (awam). Sedangkan penyebutan al-ardh secara implisit berjumlah tujuh, hal ini bukan ditujukan kepada manusia awam, melainkan khusus buat para pakar dan kaum intelektual yang akan dapat mengetahui setelah melakukan penelitian dan menganalisaan. Lain halnya dengan ruang alam (al-sama’) berapapun disebutkan jumlahnya, maka manusia tidak akan tercengang dan tidak akan mempersoalkan, karena mereka yang kebanyakannya sederhana dalam berpikir tidak mengerti tentang, dan tidak hidup di al- sama’.

Bisa jadi, penyebutan tujuh yang dihubungkan dengan ruang alam (al-sama’) materi (al-ardh) tersebut hanya merupakan angka simbolik, yang berarti banyak. Penggunaan angka tujuh dalam arti banyak, bukan hanya digunakan orang arab saja, melainkan juga orang-orang Yunani dan Romawi kuno. Dengan demikian maksud tujuh ruang alam (al-sama’) dan tujuh materi (al-ardl) adalah jumlah yang tidak ditentukan. Adapun proses penciptaan alam selanjutnya, yaitu Allah melengkapinya dengan menciptakan hukum-hukum tertentu, yang disebut dengan sunatullah. Hal ini dipahami dari percakapan simbolis antara Allah disatu pihak dan ruang alam (al-sama) dan materi (al- ardh) dipihak lain. Ini dimaksudkan bahwa hukum-hukum alam yang telah ditetapkan Allah tersebut tidak akan pernah berubah dan menyimpang. Alam semesta tunduk kepada hukum-hukum rancangan Allah tersebut.

Referensi

Ahmad Atabik, Konsep penciptaan alam: Studi Komparatif-Normatif antar Agama-Agama, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.

Ilmu pengetahuan semakin berkembang, membuka misteri kehidupan bagi siapa saja yang terus belajar, tabir cahaya merangkak naik dari dalam kegelapan bumi. Menepiskan ke raguan yang ada di hati dan kepala. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa kita masih ingin tahu dan bertanya-tanya tentang bagaimana awal terciptanya mahluk hidup yang ada di alam semesta ini. Bagaimana terciptanya Kita (manusia), bulan, matahari, dan bintang-bintang. Tentunya pertanyaan mendasar ini membuat banyak orang gelisah.

Beruntung ada beberapa ilmuan yang dengan kedalaman berfikirnya mampu menjabarkan dan implementasikannya sehingga kita dapat memetik pelajaran darinya. Diantaranya, 2 ilmuan/teori yang terkenal adalah teori “Big Bang” mengenai terjadinya awal mula kehidupan terjadinya alam. Ada pula teori “evolusi” tentang kejadian mahluk hidup.

Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir diturunkan ke bumi pun banyak membahas tentang kejadian alam dan segala peristiwa yang berkaitan dengannya, yakni pada beberapa surat yang ada didalamnya.

1. Big Bang

Semua kalangan ilmiah sepakat bahwa ledakan “Big Bang” bermula dari sebuah titik tunggal sekitar 15 milliar tahun lalu (Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, Dzikira, Bandung 2003). Bahwa alam semesta memiliki permulaan dari ketiadaan pada sebuah moment ledakan besar. Lebih lanjut terbukti bahwa alam tidak statis/tetap.
Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air. maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (QS. Al Anbiya’: 30)

Pada awal abad ke 20, fisikiawan Rusia, Alexander Friedmann dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre secara teoritis menghitung bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan dengan data pengamatan pada tahun 1929 ketika mengamati langit dengan teleskop oleh ahli astronomi asal Amerika, Edwin Hubble.

Singkatnya bintang-bintang bergerak menjauh dan semakin menjauh setiap saat berarti ia terus menerus “mengembang”.

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dengan kekuatan kami. dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. (Q.S. Adz Dzariat 51:47)

Kata “langit” yang dinyatakan dalam ayat tersebut digunakan di pelbagai tempat dalam Al-Quran. Kata ini mengacu pada angkasa dan jagat secara keseluruhan. Dalam kalimat bahasa Arab, Inna lamusi una yang diterjemahkan menjadi ‘sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya’. Kata Musi una berasal dari kata kerja aswa’a, yang berarti ‘mengembang’.

2. Evolusi

Mengenai lika-liku mahluk hidup dan asal usul kehidupannya, maka saya memperkenalkan teori Darwin, bapak evolusi yang menerangkan tentang asal mula mahluk hidup dalam bukunya yang terkenal “The Orign of Species” (Asal-usul mahluk hidup). Mungkin teori juga yang menjadi Influence dalam film Planet of the Apes.

Dalam teorinya itu Darwin menyatakan, bahwa semua mahluk hidup itu berasal dari jenis yang sama, akan tetapi mereka berbeda-beda dalam bentuk dan fisiknya. Dalam perjalanannya mengelilingi dunia, Darwin mencoba mengumpulkan beberapa sample (contoh) mahluk hidup, baik yang didarat, laut, di atas permukaan air dan juga yang didasar laut. Dan dari penelitiannya itu ia mencatat beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

  • Bahwa sebenarnya kehidupan itu selalu berubah dan berevolusi dari bentuk asalnya, sesuai dengan lingkungan dan kondisinya.

  • Orang yang berdomisili di daerah kutub secara otomatis tubuhnya akan gemuk dengan lemak. Yakni agar dapat beradaptasi dengan iklim dingin (salju). Dan orang yang berdomisili di daerah beriklim tropis dan panas, maka secara otomatis tubuh mereka terlihat kurus agar tidak terlalu panas oleh sinar matahari.

  • Binatang kadal yang hidup didalam goa yang gelap, biasanya penglihannya itu tidak berfungsi dan juga tidak berwarna. Sedangkan kadal yang hidup di daratan mempunyai penglihatan yang tajam dan berwarna

  • Mulut-mulut hewan yang hidup di dunia ini, pada prinsipnya berbeda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kegunaan dan manfaatnya masing-masing. Seperti harimau mempunyai gigi yang tajam dan kuat, yang bermanfaat untuk menggoyak dan merobek daging mangsanya. Sedangkan burung memiliki paruh untuk mematuk biji-bijian. Demikian pula nyamuk dengan mulutnya yang berbentuk suntikan, berguna untuk menghisap darah, dan lain sebagainya.

Kemudian muncul sebuah pertanyaan: “apakah benar teori yang menyatakan, bahwa seluruh hewan yang ada dimuka bumi ini berasal dari satu species? Lalu dari satu species ini berkembang dan ber evolusi dalam berbagai macam bentuk serta rupa yang bermacam-macam berdasarkan pada iklim dan kondisi yang ditempatinya.
Maka berdasarkan beberapa riset dan penelitian anatomi bahwa jumlah jari kaki dan tangan manusia ada lima, yang mana sama dengan jumlah jari kaki dan tangan kera, kucing, dan bahkan kekelawar. Juga hati dan aliran darah manusia sama persis dengan aliran darah ikan paus, kera, tikus, dan binatang berdarah panas lainnya.

Demikian pula beberapa persamaan yang ada pada setiap hewan/binatang di muka bumi ini, seperti urat nadi, susunan syaraf, tulang punggung, otot dengan tulang.alat-alat reproduksi pada hewan seperti testis, ovary, saluran testis dan Rahim juga mempunyai kemiripan. Ini membuktikan bahwa ada satu kesamaan dan kemiripan pada hewan-hewan yang ada dimuka bumi ini.

Kemudian penemuan tengkorak manusia purba yang mirip dengan kera di daerah Transaval, Beijing, dan Jawa (manusia Trinil) di dalam goa-goa yang penuh dengan batu bara, menunjukan: bahwa manusia-manusia purba tersebut telah menemukan cara membuat api dan mempergunakannya sejak ratusan ribu tahun lalu. Darwin telah menyatakan dalam teorinya bahwa ‘manusia berasal dari kera yang mempunyai IQ yang tinggi’, sebagimana yang kita pahami selama ini. Dan hal itu merupakan guyonan media massa yang mengeksploitasi dan menyebarkannya dalam bentuk karikatur, hingga akhirnya menciptakan image negative terhadap teori Darwin.

Tentunya teori Darwin tidak dapat menyelami sebagian rahasia alam, bahwa ada tangan-tangan yang merancang dan menyusun semua keajaiban di dunia ini. Kelemahan indra penglihatan ini menyebabkan kita melihat segala sesuatu tanpa kita melihat langsung pembuatnya. Kita bias melihat gerobak, becak, delman, motor, mobil, dan kereta, akan tetapi kita tidak dapat melihat secara langsung siapa pembuatnya. Kemudian kita berdalih bahwa alat-alat transportasi tersebut ada sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

Kemudian ada juga ayat yang menyebutkan

“Bahwa sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan Kamu (manusia, Adam) selama beberapa masa”.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (yang berasal dari) tanah. (Al Mu’minum - 12)

Ini berarti bahwa sebelum Nabi Adam ‘Alaihissalam hadir dimuka bumi, telah ada mahluk lain seperti binatang purba, manusia purba, dan lain sebagainya yang menempati dunia ini. kemudian datang Adam ‘Alaihissalam sebagai puncak penciptaan mahluk-mahluk tersebut.
Lebih lengkapnya di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dijelaskan secara terperinci melalui firman-Nya pada 1.400 Tahun silam :

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).


Bagaimana proses penciptaan dunia beserta mahluknya menurut agama Islam ?

Kajian Al-Qur’an tentang penciptaan alam semesta


Kajian Al-Qur’an tentang penciptaan alam semesta yang dibahas terutama pada dua ayat berikut:

  1. QS. Al-Anbiya 21: 30

    “……dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami isahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

    Berikut tafsir yang menjelaskan makna ayat tersebut :

    • Tafsir Fhi-Zhilalil Quran
      (Apakah tidak) dapat dibaca Awalam atau Alam (melihat) mengetahui (orang-orang yang kafir itu, bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu merupakan suatu yang padu) bersatu (kemudian Kami pisahkan) Kami jadikan langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis pula. Kemudian langit itu dibuka sehingga dapat menurunkan hujan yang sebelumnya tidak dapat menurunkan hujan. Kami buka pula bumi itu sehingga dapat menumbuhkan tetumbuhan, yang sebelumnya tidak dapat menumbuhkannya. (Dan daripada air Kami jadikan) air yang turun dari langit dan yang keluar dari mata air di bumi (segala sesuatu yang hidup) tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya, maksudnya airlah penyebab bagi kehidupannya. (Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?) kepada keesaan-Ku (Quthb, 2004).

    • Tafsir Ibnu Katsir

      Allah Ta‟ala berfirman mengingatkan tentang keesaan-Nya yang sempurna dan kerajaan-Nya yang agung. “dan apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui”, yaitu orang-orang yang mengingkari kekuasaan Allah. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha Esa dalam penciptaan lagi bebas dalam penataan, maka bagaimana mungkin Dia layak disekutukan bersama yang lain-Nya? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya adalah bersatu? Lalu berpecah-belah, maka langit menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dan bumi dipisahkan oleh udara, hingga hujan turun dari langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-tanaman. Untuk itu Dia berfirman: “dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”, yaitu mereka menyaksikan berbagai makhluk, satu kejadian secara nyata. Semua itu adalah bukti tentang adanya Maha Pencipta yang berbuat secara bebas lagi Maha Kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya (Katsir, 2004).

  2. Q.S Adz-Dzariyat 51: 47

    “….dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya”.

    Berikut tafsir yang menjelaskan makna ayat tersebut:

    • Tafsir Fhi-Zhilalil Quran

      (Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami) dengan kekuatan Kami (dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa) dikatakan Adar Rajulu Ya-idu Qawiyyu artinya lelaki itu menjadi kuat. Dikatakan Awsa’ar Rajulu , artinya ia menjadi orang yang memiliki pengaruh dan kekuatan (Quthb, 2004).

    • Tafsir Ibnu Katsir

      Allah dalam ayat ini berfirman seraya mengingatkan penciptaan alam uluwwi (bagian atas) dan alam sufli (bagian bawah). Allah telah menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara dan tinggi dengan kekuatan-Nya. Demikian itu dikemukakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah Ats-Tsauri, dll. Dan Allah juga telah menjadikan seluruh penjurunya luas, kemudian Kami meninggikan tanpa menggunakan tiang, sehingga ia menggantungkan sebagaimana adanya (Katsir, 2004).

Kajian teori big bang tentang penciptaan alam semesta


Kini, di awal abad ke-21, dengan eksperimen, observasi dan perhitungan fisika modern telah membuktikan bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan big bang, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa big bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada (Andriana, 2009). Sebelum big bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, dimana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu.

Tahun 1915, Albert Einstein menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis dengan teori relativitas yang ditemukannya (Mcevoy and Zarate, 2005). Einstein menambahkan „konstanta kosmologi‟ pada persamaannya supaya muncul „jawaban yang benar‟, karena para astronomi meyakinkan Einstein alam semesta itu statis sehingga tidak ada cara lain untuk mengubah persamaannya sesuai dengan model saat itu. Beberapa tahun kemudian, Einstein mengakui bahwa „konstanta kosmologi‟ adalah kesalahan terbesar dalam karirnya.

Alexandra Friedmann, ahli kosmologi Rusia pada tahun 1920, menghasilkan perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta tidaklah statis dan implus kecil pun menyebabkan stuktur keseluruhan mengembang dan mengerut menurut teori relativitas Einstein. Kemudian George Lemaitre menyadari arti perhitungan Friedmann, yang menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan dan ia mengembang sebagai akibat dari sesuatu yang memicunya. Lemaitre menyatakan tingkat radiasi ( rate of radiation ) dapat digunakan sebagai ukuran akibat dari ledakan.

Teori big bang juga lahir dari hasil pemikiran ahli astrofisika George Gamow, ahli fisika Amerika kelahiran Rusia, dengan beberapa rekannya seperti Ralph Alpher, Hans Bethe dan Robert Herman pada tahun 1948. Gamow mengemukakan gagasan bahwa setelah terbentuknya alam semesta melalui peristiwa ledakan dahsyat, ada limpahan radiasi di alam semesta yang tertinggal karena peristiwa ledakan ini dan radiasi ini tersebar merata di alam semesta (Yahya, 2001). Gamow juga mengemukakan seluruh bahan dan energi dalam alam semesta pernah terpadu dalam satu bola raksasa yang terdiri dari neutron dan energi pancaran ini dinamainya “Ylem” (dibaca: ailem).

Era radiasi Gamow diduga mempunyai suhu sepuluh miliar derajat pada saat terbentuknya fusi hidrogen menjadi helium. Sebelum saat tersebut ada beberapa fase yang telah dilalui yaitu sejauh ilmu fisika dapat menjelaskannya yang hanya mampu dikenal pada saat alam semesta berumur 10-43 detik berdasarkan hasil perhitungan Planck. Batas ini dikenal sebagai dinding Planck, sedangkan sebelumnya keadaan hanya dapat dijelaskan dengan teori gravitasi kuantum yang sampai kini masih dicari pemecahannya oleh para ahli dan belum berhasil. Dari batas dinding Planck kita memasuki masa sekejap yaitu pada usia alam semesta 10-23 detik, pada masa itu jari-jari alam semesta sebesar 10-13 cm dan kerapatannya 1055 kali kerapatan air.

Selanjutnya memasuki era quark dimana partikel-partikel saling bertumpang tindih dan tidak berstruktur. Masa itu diikuti dengan pembentukan hidrogen yang kerapatannya satu milyar ton per sentimeter kubik. Hal itu terjadi sampai seper sepuluh ribu detik dengan kerapatan alam semesta trilyunan kali kerapatan air. Baru selanjutnya masuk pada masa radiasi Gamow. Pada masa usia alam semesta 105-106 tahun maka suhunya 3000 K dan pada usia 100 juta tahun-semilyar tahun pembentukan galaksi berlangsung, yaitu pada saat galaksi berupa kabut pilin yang berputar membentuk piringan raksasa, dan pada usia 4,6 milyar tahun terbentuklah keluarga tata surya.

Dengan demikian banyak dasar-dasar teori dan pembuktian yang mendukung teori big bang dari pada teori keadaan tetap, sehingga orang cenderung menerima teori dentuman besar. Semua fakta ini menunjukkan kepada kita bagaimana filosofi materialisme, yang hanya dogma abad ke- 19, diganti dengan ilmu pengetahuan abad ke-20 (Yahya, 2001).

Langit dan bumi diciptakan dalam 6 periode/masa… periode ke 7 adalah istiwa’ ==> ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

Jadi hari sabtu adalah hari dimana Allah bertahta dan menetapkan diriNya sendiri menjadi raja diraja atas segala sesuatu… 6 periode penciptaan langit dan bumi itu meliputi:

  1. hari ahad/periode 1 ==> munculnya titik cahaya awal dalam alam dzulmah (gelap), kemudian ia memancar kesegala penjuru.

  2. hari senin/periode 2 ==> gelap dan terang berpisah, terang berhimpun membentuk berbagai benda terang yang masih berupa plasma, lalu menjadi dingin berangsur-angsur, membentuk bintang-bintang dan planet2… 3. hari selasa/periode 3 ==> daratan dan air berpisah. Planet sudah berbentuk dan mengerak, dipenuhi kepulan asam gelap bercampur awan. mulai turun hujan, air berhimpun membentuk lautan dan terpisah dengan daratan.

  3. hari rabu/periode 4 ==> penciptaan tumbuhan.

  4. hari kamis/periode 5 ==> penciptaan binatang

  5. hari jumat/periode 6 ==> penciptaan manusia

  6. hari sabtu ==> Tuhan mengangkat diriNya menjadi raja diraja atas segala sesuatu.

Mursyid Syech Muhammad Zuhri