Bagaimana proses pembentukan sebuah persepsi?

Persepsi

Persepsi merupakan sebuah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.

Bagaimana proses pembentukan sebuah persepsi ?

1 Like

Proses terjadinya persepsi dapat dimulai dengan stimulus alat indra yang bersentuhan langsung dengan objek. Proses stimulus ini merupakan proses fisik yang terjadi pada individu. Stimulus yang ditangkap oleh alat indra diteruskan ke sensorik otak, sehingga proses ini disebut dengan proses fisiologis. Otak sebagai pusat kesadaran individu segala sesuatu yang dilihat, didengar dan diraba oleh indra diproses oleh otak. Proses yang terjadi dalam otak manusia ini disebut dengan proses psikologis. Terbentuknya persepsi tidak akan terlepas dari pengalaman pengindraan dan pemikiran.

Persepsi merupakan sebuah serangkaian proses aktif. Persepsi terbentuk dari tiga tahap pokok menurut Wood dan Mulyana, antara lain ; Stimulasi atau seleksi, Pengelompokan dan Interpretasi-Evaluasi

Stimulasi atau seleksi

Stimulasi adalah datangnya sebuah sensasi. Sensasi adalah tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Sensasi yang menstimulus tadi menimbulkan atensi atau perhatian dari diri peserta komunikasi. Apa yang kita beri perhatian atau atensi itulah yang disebut dari bagian ini. Pemberian perhatian atau atensi tersebut melibatkan seluruh alam sadar kita. Namun ada yang berpendapat bahwa persepsi tidak berhenti hanya pada stimulasi, namun berlanjut pada yang namanya seleksi.

Peserta komunikasi akan menyeleksi mana saja stimulasi yang layak masuk ke tahap berikutnya. Hal ini disebabkan keterbatasan manusia yang tidak mungkin memberi atensi kepada semua hal yang ada dilingkungannya, stimulus yang dianggapnya relevan yang akan mereka berikan perhatian/atensi untuk masuk ke tahap selanjutnya.

Pengelompokan (organization).

Setelah menyeleksi informasi apa yang akan dicerna, peserta komunikasi akan mengorganisasi informasi tersebut. Pengorganisasian tersebut dengan cara mengelompokan informasi terhadap pengertian yang dimiliki oleh peserta komunikasi tersebut. Pengelompokan ini dibuat untuk persiapan proses selanjutnya yaitu interpretasi atau penilaian informasi atau pesan.

Pengelompokan informasi yang ada didasarkan pada pemahaman yang dimiliki peserta komunikasi tersebut. Kolom-kolom pemahaman tersebut disebut dengan Skemata Kognitif, yang terdiri atas:

  • Prototypes , yaitu representasi yang paling mendekati dengan kategori pesan tersebut.

  • Personal Construct , yaitu tolak ukur yang ada di benak seseorang mengenai penilaian dua sisi sebuah situasi.

  • Stereotype , yaitu generalisasi prediktif tentang sebuah situasi berdasarkan kategori dimana kita berada.

  • Script , yaitu panduan/perencanaan yang ada di benak kita untuk bagaimana kita bersikap

Sedangkan menurut, Gamble & Gamble mengemukakan skema kognitif seseorang yang membentuk pemahaham seseorang dalam mengelompokkan pesan, terdiri atas :

  • Schemata , adalah pemikiran umum mengenai seseorang. Schemata terdiri atas empat hal : physical construct, interaction construct, role construct , dan psychological construct .

  • Perceptual Sets, yang merupakan pemikiran yang dimiliki seseorang berdasarkan kondisi sosial dimana mereka berada sebelumnya .

  • Selectivities , yang merupakan kemampuan seseorang menyaring pesan berdasarkan pendidikan, budaya, dan motivasi yang ia miliki.

  • Stereotypes , merupakan generalisasi yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal.

Interpretasi-Evaluasi

Pada tahap ini terjadi pembentukan kesimpulan. Tahap ini bersifat sangat subjektif dan dipengaruhi berbagai faktor yang bersifat personal. Adler dan Rodman membagi faktor personal yang mempengaruhi penilaian seseorang ke dalam lima hal: pengalaman terdahulu, asumsi mengenai perilaku seseorang, ekspektasi (apakah mendukung ekspektasi mereka atau tidak), pengetahuan yang dimiliki, dan perasaan orang tersebut. Joseph DeVito menambahkan dua proses setelah interpretasi, yaitu proses penyimpanan (memorizing) dan mengingat kembali (recall).

Damayanti (2000) dalam Prasilika, Tiara H. (2007) menggambarkan proses pembentukan persepsi pada skema di bawah ini:

proses pembentukan persepsi

Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada diseleksi.

Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsang tersebut berhasil ditafsirkan.

Sedangkan faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang dapat disebut sebagai faktor-faktor personal, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli (Rakhmat, 1998). Sejalan dengan hal tersebut, maka persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama yaitu pengalaman masa lalu dan faktor pribadi (Sugiharto, 2001).

Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni dari kata perception yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti (Muchtar, T.W.,2007 : 13).

Desiderato (Muchtar, T.W.,2007 : 13) mengemukakan bahwa “Persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”.

Proses Pembentukan Persepsi


Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adanya pengamatan terhadap objek” (Santhy Handayani, 2005 : 8). Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi.

Sementara menurut Mc Croskey dan Whelness (dalam Ritonga, 1998 : 15) menyebutkan ada empat tahapan persepsi :

  1. Penerimaan pesan atau informasi dari luar.
  2. Memberikan kode pada informasi yang diindera.
  3. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut.
  4. Menyimpulkan arti dalam ingatan.

Syarat –syarat terjadinya persepsi adalah :

  1. Adanya objek fisik, dimaksudkan yaitu objek tersebut dapat dirasakan, dicium, diraba, didengar sehingga menimbulkan stimulus.
  2. Syarat fisiologis, dimaksudkan adannya tiga faktor dominan yaitu adannya alat indera, saraf sensorik dan otak.
  3. Syarat psikologis, dimaksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga dapat menyadari apa yang diterima.
Referensi

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_0606810_chapter2(3).pdf

De Vito Sugiyo (2005) mengungkapkan bahwa proses persepsi melalui tiga tahap yaitu

  • Pertama, stimulasi sensoris terjadi, proses ini merupakan proses sensori;

  • Kedua, stimulasi organisasi terorganisasai, tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pertama dan pada tahap ini akan memperoleh pemahaman tertentu dengan prinsip-prinsip kedekatan dan kesamaan/ kemiripan;

  • Ketiga, stimulasi sensori diinterpretasikan, maksudnya bahwa apa yang telah diteima melalui sensori akan diberi makna atau ditafsirkan.

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan ditetapkan kepada manusia. Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya.

Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber melalui panca indera. Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi untuk diproses lebih lanjut. Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, penerima menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Proses penafsiran inilah yang dinamakan persepsi. Persepsi pada intinya adalah memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. Setelah melakukan penafsiran atau persepsi maka akan diwujudkan dalam reaksi atau tindakan terhadap objek persepsi.

Walgito (2005) mengemukakan proses terjadinya persepsi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut :

  • Proses kealaman atau proses fisik, dimana objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor.

  • Proses fisiologis. Merupakan proses dimana stimulus yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak.

  • Proses psikologis, proses yang terjadi di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran. Dengan demikian, taraf terakhir persepsi adalah individu menyadari apa yang diterima.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun, tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon tergantuang pada perhatian individu yang bersangkutan. Penafsiran terhadap stimulus bersifat subyektif sehingga pemaknaan stimulus yang sama belum tentu menghasilkan interpretasi yang sama pula. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, nilai dan harapan yang ada pada diri individu.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses persepsi berlangsung dalam beberapa tahap. Proses tersebut dimulai dengan adanya stimulus yang mengeai alat indera. Stimulus ini berasal dari objek atau kejadian yang menjadi pengalaman individu. Stimulus yang diterima akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke pusat susunan syaraf (otak). Setelah informasi sampai ke otak terjadi proses kesadaran, yaitu individu mampu menyadari apa yang dilihat, dirasa, dan sebagainya. Setelah menyimpulkan dan menafsirkan informasi yang diterimanya, individu memunculkan respon sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu proses yang diterima individu melalui alat reseptor yaitu alat indera. Proses penginderaan ini tidak terlepas dari proses persepsi. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia eksternal. Gibson mengemukakan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Dengan kata lain, persepsi mencangkup penerimaan stimulus yang diorganisasikan, dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang diorganisasikan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.

Menurut Joseph A. Devito, persepsi adalah proses menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita.

Menurut Hamka proses terjadinya persepsi melalui tahap–tahap sebagai berikut:

  1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, yaitu proses ditangkapnya suatu stimulus (objek) oleh panca indera.

  2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, yaitu proses diteruskanya stimulus atau objek yang telah diterima alat indera melalui syaraf-syaraf sensoris ke otak.

  3. Tahap ketiga merupakan proses yang dikenal dengan nama proses psikologis, yaitu proses dalam otak, sehingga individu mengerti, menyadari, menafsirkan dan menilai objek tersebut.

  4. Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan, gambaran atau kesan.

Schermerhorn, dkk (1994) proses persepsi secara umum terbagi dalam 4 tahap, yaitu:

1. Perhatian dan Seleksi (Attention and Selection)

Pemilihan informasi secara selektif hanya memberikan kesempatan pada proporsi yang kecil dari seluruh informasi yang ada. Proses seleksi ini berasal dari proses terkontrol, yaitu individu secara sadar memutuskan informasi mana yang akan diperhatikan dan mana yang akan diabaikan.

2. Organisasi (Organization)

Pada tahap ini, seluruh informasi yang telah masuk seleksi pada tahap sebelumnya akan diorganisasikan. Adapun cara untuk mengorganisasi informasi secara efisien adalah schema. Schema adalah kerangka kognitif yang menggambarkan pengetahuan yang diorganisasi dengan pemberian konsep atau stimulus yang dibangun melalui pengalaman.

3. Interpretasi (Interpretation)

Setelah perhatian digambarkan pada stimulus tertentu dan informasi telah diorganisasi, maka individu akan mencoba untuk memperoleh jawaban tentang makna dari informasi tersebut. Tahap ini sangat dipengaruhi oleh causal attribution, yaitu sebuah percobaan untuk menjelaskan mengapa sesuatu terjadi dengan seperti itu.

4. Pencarian Kembali (Retrieval)

Informasi yang telah tersimpan dalam sebuah memori harus dicari kembali bila informasi tersebut digunakan. Individu akan lebih mudah mendapatkan kembali informasi yang telah tersimpan bila telah terskema dan terorganisir dengan baik.

Proses persepsi bermula dari diterimanya stimulus yang berasal dari lingkaran luar. Stimulus tersebut akan menghasilkan sensasi pada panca indera. Sensasi yang diterima oleh panca indera tersebut kemudian diteruskan menuju ke detektor bentuk. Pada detektor bentuk, sensasi dianalisis dengan tingkatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Analisis ini dilakukan dengan lebih mendalam dan mendetail. Hasil analisis kemudian dikirim ke otak dan selanjutnya diintegrasikan untuk membentuk suatu persepsi yang utuh tentang stimulus tersebut.

Jadi proses persepsi diawali dengan perhatian dan seleksi terhadap informasi yang ada yaitu remaja hamil di luar nikah, kemudian informasi yang telah terseleksi tersebut diorganisir agar tidak terjadi sebuah fitnah belaka atau informasi yang semu, kemudian mulailah tahap interpretasi, yaitu individu mencoba memahami makna informasi tersebut.