Bagaimana proses agregasi tanah oleh bahan organik ?

Agregasi merupakan proses pembentukan agregrat-agregrat tanah dengan terbentuknya agregat-agregat itu, tanah menjadi berpori-pori, sehingga tanah menjadi gembur, dapat menyimpan dan mengalirkan udara dan air. Agregat tanah memiliki ukuran yang lebih besar daripada partikel-partikel tanah.

Bagaimana proses agregasi tanah oleh bahan organik ?

Proses agregasi tanah oleh bahan organik sangat dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme yang ada didalam tanah. Aktivitas mikroorganisme merombak sisa-sisa tanaman dan penyusunan beberapa campuran menyebabkan tanah berisi sejumlah besar campuran bahan organik dalam berbagai tahap perombakan. Humus adalah bahan organik yang telah mengalami perombakan secara ekstensif dan tanah sehingga terjadi perubahan (Foth, 1998).

Bahan organik merupakan bahan pemantap agregat tanah, sumber hara tanaman, serta sumber energi bagi organisme tanah. Sekitar setengah dari kapasitas kation berasal dari bahan organik. Bahan organik berasal dari dua sumber yaitu sumber primer yang berasal dari jaringan tanaman yang mengalami dekomposisi dan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah, sedangkan sumber sekunder berasal dari binatang yang terlebih dahulu menggunakan bahan organik tanaman kemudian menyumbangkan bahan organik.

Sumber dan komposisi bahan organik sangat menentukan kecepatan dekomposisi dan senyawa yang dihasilkan.

Bahan organik dapat berpengaruh terhadap ciri fisik tanah, antara lain (Hakim dkk, 1986) :

  • meningkatkan kemampuan menahan air,
  • warna tanah menjadi coklat hingga hitam,
  • merangsang granulasi agregat,
  • memantapkan agregat,
  • menurunkan plastisitas,
  • menurunkan kohesi dan sifat negatif dari liat.

Bahan organik merupakan fraksi yang terdapat di dalam tanah, meliputi sisa-sisa tanaman, hewan, dan residu jasad renik pada semua tingkat dekomposisi. Humus merupakan produk akhir sementara dari pembusukan sisa-sisa tanaman dan hewan.

Humus terdiri dari variasi rantai-rantai dan lingkungan dari atom-atom karbon yang saling berhubungan (Donahue dkk., 1986).

Humus yang aktif dan bersifat menyerupai liat mempunyai muatan negatif. Liat yang kebanyakan kristalin sedangkan humus selalu amorf (tidak teratur bentuknya) (Indranada, 1989, dalam Ratnasari, 2005). Humus dapat mengasorbsi sejumlah besar air sehingga dapat memiliki kemampuan mengembang dan menyusut tetapi tidak menunjukan sifat-sifat nyata adhesi dan kohesi seperti yang dilakukan koloid mineral, kurang stabil, serta merupakan substrat yang dirombah mikrobia. Humus tanah merupakan faktor penting dalam pembentukan struktur tanah (Foth, 1998).

Bahan organik yang aktif dapat berpengaruh secara efektif dalam menaikan granulasi tanah. Keaktifan bahan organik dipengaruhi oleh aktivitas organisme tanah, terutama mikrobia yang terdapat banyak di dalam tanah. Agregat-agregat tanah terbentuk pada saat organisme sangat aktif menghancurkan dan mengubah asal bahan organik (Soedarmono, 1984).

Tanah-tanah yang cukup mengandung bahan organik umumnya memiliki struktur tanah yang mantap sehingga tahan erosi. Tanah yang mengandung bahan organik kurang dari 2% umumnya peka terhadap erosi. Tingkat kematapan agregat tanah dapat ditunjukan oleh indeks stabilitas agregat. Semakin besar nilai indeks stabilitas agregat maka agregat tanah semakin mantap (Soedarmono dan Djojoprawiro, 1988).