Bagaimana Prinsip Dasar Modifikasi Diet?

image

Bagaimana Prinsip Dasar Modifikasi Diet?

Memberikan makanan dengan tujuan pengobatan penyakit. Ada 3 jenis terapi yang diberikan pada pasien yaitu terapi perawatan, terapi medikamentosa dan terapi gizi atau terapi diet.

Adapun tujuan memberikan terapi diet diantaranya: mempertahankan atau mencapai gizi optimal, mengoreksi kekurangan gizi yang mungkin terjadi, memberikan istirahat organ atau tubuh karena adanya penyakit, menyesuaikan dengan kemampuan sistem pencernaan pasien, menyesuaikan makanan dengan kemampuan tubuh memetabolisme zat gizi, mengoreksi penambahan BB jika diperlukan, mengatasi atau mencegah edema dan menghindari bahan makanan yang diduga sebagai penyebab.

FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMPELAJARI TERAPI DIET

Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mempelajari terapi diet diantaranya kondisi penyakit yang mendasari, lama sakit, faktor makanan yang perlu dikurangi untuk mengatasi kondisi pasien dan bagaimana toleransi pasien terhadap makanan. Perhatian terhadap penyakit yang mendasari merupakan hal yang utama yaitu patofisiologi sehingga makanan yang disiapkan sesuai. Sebagai contoh makanan untuk penyakit infeksi adalah makanan Tinggi Energi dan Protein (TETP). Hal tersebut dikarenakan makanan selain untuk memenuhi kebutuhan tubuh sendiri diperlukan juga untuk menggertak penyebab infeksi tubuh keluar dari tubuh, hal tersebut memerlukan energi untuk kekukatan dan protein sebagai senjata imunitas. Disamping zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang sebagai penunjangnya. Lama sakit juga mempengaruhi pemberian terapi diet, sebagai contoh, seseorang yang sakit kronik seperti penyakit TB maka penyediaan makanan tinggi energi sebaiknya terus dilakukan sampai berat badan normal tercapai, karena biasanya indikator keberhasilan terapi TB adalah terjadinya kenaikan berat badan normal.

Pemilihan bahan makanan perlu disesuaikan dengan kondisi penyakit, sebagai contoh, ada gangguan saluran cerna di bagian bawah misalnya sering terjadi konstipasi. Berdasarkan kajian awal ternyata pasien tersebut menyukai minum manis lebih dari 3 kali sehari, tetapi tidak pernah mengkonsumsi buah, dan mengkonsumsi sayur hanya wortel dan labu putih. Oleh karena itu anjuran untuk mengurangi kebiasaan minum manis perlu dilakukan atau meningkatkan asupan sayur seperti buncis, kacang panjang, bayam dan lain yang mempunyai serat lebih tinggi. Dengan asumsi serat yang ada dalam sayuran akan meningkatkan volume feses, sehingga memudahkan feses meninggalkan saluran cerna bawah, sehingga konstipasi dapat dihindari.

PRINSIP MODIFIKASI DIET

Pada dasarnya pengaturan diet pada pasien adalah 3 prinsip yaitu ada kebebasan, individual dan sederhana ( simple ). Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalam melakukan modifikasi diet ada kebebasan atau toleran untuk berubah. Namun perubahan tetap difokuskan pada kebutuhan tubuh akan zat gizi esensial yang diperlukan sesuai dengan penyakitnya. Prinsip yang kedua adalah individual artinya makanan yang direncanakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan terutama asupan makanan, kesukaan, status ekonomi, agama, dan faktor lingkungan termasuk sarana dan prasarana pengolahan makanan. Sebagai contoh kalau dia dirumah tidak ada fasilitas membakar bahan makanan, jangan sampai regimen yang dianjurkan harus dibakar. Prinsip yang ketiga adalah sederhana, maksudnya adalah regiman yang dianjurkan sebaiknya tidak memberatkan penyediaannya sehingga mudah untuk dilaksanakan. Sebagai contoh, menu keluarga sehari-hari adalah sayur asem, ikan pepes, tempe bacem. Anjuran yang disarankan untuk diet tinggi energi dan protein adalah menu tetap hanya porsi lauk ditingkatkan jumlahnya atau ditambah dengan 1 menu lauk lagi. Dengan demikian regimen yang disarankan kemungkinan dilaksanakan dan bagi pasien tidak merasa berbeda dengan anggota keluarga.

DASAR DAN CARA MODIFIKASI DIET

Ada 2 hal utama yang perlu diperhatikan dalam modifikasi diet disamping prinsip modifikasi seperti diatas adalah dasar modifikasi dan berbagai jenis modifikasi.

Dasar modifikasi diet

Dasar utama modifikasi diet adalah kebutuhan gizi individu dari pasien yang dilayani. Secara kuantitas adalah jumlah energi dan zat gizinya disesuaikan dengan kebutuhan pasien dengan memperhatikan usia, jenis kelamin, aktifitas dan kondisi lain-lain. Kondisi lain yang perlu diperhatikan adalah status gizi sebelum sakit, status gizi saat ini, dan bagaimana sebaiknya status gizi berikutnya, apakah perlu ditangkatkan atau diturunkan, atau dipertahankan. Berbagai penelitian menyatakan bahwa status gizi baik adalah berkorelasi positif dengan lama rawat dan proses penyembuhan (Budiningsari dan Hamam Hadi 2004, dan Chima CS, Barco K, Dewitt ML, et al.1997). Faktor pertimbangan lain-lainya yang perlu dipertimbangkan adalah patofisiologi penyakit, prediksi lama sakit, jumlah dan jenis zat gizi yang mungkin hilang selama sakit, toleransi pasien terhadap makanan, kondisi sosial ekonomi, budaya, agama, kesukaan dan lain-lain.

Namun secara kualitatif modifikasi diet dapat mengacu pedoman gizi seimbang yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu berupa tumpeng/piramida gizi seimbang atau dapat digunakan panduan piring makanku memenuhi gizi seimbang yaitu:

½ dari piring makan terdiri dari sayur dan buah-buahan. Maksimalkan dengan konsumsi dari beragam jenis dan warna.

¼ dari piring diisi dengan protein. Dapat memilih ikan, ayam atau kacang-kacangan. Penggunaan daging merah ataupun daging olahan seperti sosis dikurangi.

¼ dari piring makan dipenuhi dengan biji-bijian utuh dari beras, gandum atau pasta. Kandungan gula dari roti atau beras berwarna putih tergolong tinggi, sebaiknya berhati-hati untuk yang memiliki masalah dengan gula darah.

Lengkapi sedikit minyak, seperti minyak zaitun, minyak kedelai, minyak jagung dan lain-lain. Hindari minyak hidrogenasi yang mengandung lemak jenuh.

Konsumsi air putih, teh, atau kopi. Batasi susu dan produk turunannya, hanya sekitar 1-2 kali per hari, jus sekitar satu gelas per hari dan hindari minuman dengan kandungan gula tinggi.

Jenis modifikasi diet

Modifikasi diet dapat dilakukan dengan berbagai jenis diantaranya modifikasi

konsistensi, modifikasi nilai gizi, modifikasi pemberian. Modifikasi konsistensi adalah mengubah bentuk dan konsistensi dari regimen atau makanan yang diberikan pada pasien. Dasar modifikasi bentuk atau konsistensi tetap pada kebutuhan gizi pasien, jika kebutuhan gizi tidak tercapai dengan konsistensi tersebut, maka perlu ada beberapa pertimbangan. Misalnya, makanan itu hanya diberikan 1-2 hari saja atau diberikan dengan modifikasi lainnya, sebagai contoh modifikasi pemberian yaitu oral dan enteral. Yang termasuk modifikasi konsistensi adalah makanan lunak, makanan saring, makanan cincang dan makanan cair. Makanan cair sendiri ada makanan cair jernih, makanan cair penuh dan makanan cair semi solid/kental.

Jenis yang kedua adalah modifikasi nilai gizi. Nilai gizi yang dimaksud bisa berupa modifikasi energi, modifikasi zat gizi seperti protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan serat.Contoh modifikasi nilai gizi adalah diet tinggi energi tinggi protein (diet TETP), diet rendah kalori (diet RK), diet rendah garam (diet RG).

Jenis yang ketiga adalah modifikasi pemberian yaitu oral, enteral dan parenteral. Contoh makanan enteral adalah makanan cair kental yang dikembangkan sendiri atau komersial seperti entrasol, ensure, diabetasol, peptamen dan lain-lain. Sedangkan contoh makanan parenteral komersial adalah cernevit, minofusin paed, dan clinimixN9GI5E.