Bagaimana prinsip bisa terjadinya penyakit hewan?

Penyakit hewan dapat dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi pada hewan baik yang disebabkan oleh agen patogen atau agen infeksius (seperti virus, bakteria dan parasiter)

Penyakit hewan dapat dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi pada hewan baik yang disebabkan oleh agen patogen atau agen infeksius (seperti virus, bakteria dan parasiter) maupun disebabkan oleh penyebab lain selain agen infeksius (seperti senyawa beracun atau gangguan metabolisme). Penyakit hewan ada yang hanya dapat menular dari hewan ke hewan saja seperti penyakit Septichaemia epizootica (SE) yaitu penyakit ngorok yang disebabkan oleh bakteria Pasteurella multocida atau penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau yang dikenal sebagai penyakit zoonosis. Di Indonesia penyakit SE bersifat endemis, banyak menyerang ternak sapi dan kerbau di berbagai provinsi (NATALIA dan PRIADI, 2006). Penyakit ini penularannya secara langsung dari hewan ke hewan lainnya melalui kontak langsung, dan tidak dapat menular ke manusia. Adakalanya penyakit yang hanya dapat menyerang hewan ini penularannya terjadi tidak secara langsung dari hewan tertular ke hewan lainnya, melainkan harus melalui hospes antara seperti lalat Tabanus sp. yang berperan sebagai vektor pada kejadian penyakit surra pada sapi, kerbau atau kuda. Penyakit surra juga merupakan penyakit endemis di Indonesia seperti yang dikemukakan oleh PARTOUTOMO (1993).

Penyakit hewan yang hanya menular diantara hewan contohnya penyakit SE sedangkan penyakit zoonosis misalnya penyakit rabies yang ditularkan anjing penderita rabies ke manusia melalui gigitan anjing. Penyakit zoonosis lain yang penularannya harus melalui vektor nyamuk diantaranya penyakit Japanese encephalitis (JE) pada babi atau penyakit West Nile (WN) yang umumnya terdapat pada burung atau spesies hewan mamalia lainnya (seperti kuda), (KOMAR, 2003; ENDY dan NISALAK, 2002; MCMICHAEL dan WOODRUFF, 2008).

Penyakit hewan akan muncul karena ada interaksi antara spesies hewan yang peka (sebagai hospes), keberadaan agen patogen dan lingkungan/ habitat yang mendukung. Untuk penyakit yang dalam penularannya kepada hospes memerlukan vektor yang kompeten, maka keberadaan vektor tersebut merupakan tambahan persyaratan yang harus terpenuhi keberadaannya (EPSTEIN, 2001). Apabila ketiga atau keempat hal tersebut terdapat pada jangkauan lokasi dan waktu yang tepat maka hampir dapat dipastikan bahwa penyakit akan muncul. Keadaan lingkungan ini merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kondisi spesies hewan (hospes) sehingga pada kondisi tertentu bisa sebagai pemicu timbulnya penyakit atau wabah. Pengaruh perubahan lingkungan terhadap perkembangbiakan agen patogen juga ikut menentukan hal yang sama. Demikian juga dengan pengaruh perubahan lingkungan terhadap perkembangan dan keberadaan vektor juga dapat memicu terjadinya penyakit. Pada kondisi spesies hewan menjadi stres akibat perubahan lingkungan, sementara itu perkembangan agen patogen dan vektor menjadi lebih cepat pada perubahan lingkungan yang sama, maka keadaan ini akan menimbulkan efek sinergisme terjadinya wabah penyakit hewan secara luas. Sebaliknya bila terjadinya perubahan lingkungan yang justru menyebabkan agen patogen dan vektor menjadi kurang atau tidak berkembang, maka keadaan ini akan menekan kemungkinan munculnya suatu penyakit atau wabah. Oleh karena itu, pemanasan global dan perubahan iklim pada kondisi tertentu dapat mempengaruhi keadaan lingkungan dan kejadian penyakit karena adanya interaksi antara hospes dengan agen patogen dan vektor serta lingkungan (MCMICHAEL dan WOODRUFF, 2008).

Faktor lain yang ikut menentukan kejadian penyakit hewan adalah kepadatan populasi hewan maupun penduduk, tingginya frekuensi lalu lintas manusia (domestik maupun internasional), tingginya populasi vektor, meningkatnya arus perdagangan Internasional, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lemah, meningkatnya deforestasi, terjadinya alih fungsi lahan dan hilangnya biodiversiti (EPSTEIN, 2007; ZELL et al., 2008; GOULD dan HIGGS, 2009). Keadaan demikian selain berpengaruh terhadap lingkungan secara langsung juga akan meningkatkan terjadinya paparan patogen kepada hospes maupun paparan vektor kepada hospes, sehingga akan meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit hewan.

http://medpub.litbang.pertanian.go.id/index.php/wartazoa/article/viewFile/951/960