Bagaimana pola atau model hubungan interpersonal yang terjadi antar individu ?

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.

Bagaimana pola atau model hubungan interpersonal yang terjadi antar individu ?

Model coping response

Menurut Bryson (dalam Brehm,1992), perilaku coping terhadap sikap ketidakpuasaan relasi dapat dibagi ke dalam dua orientasi tujuan yaitu mempertahankan hubungan (relationship maintaining) dan mempertahankan self- esteem (self-esteem maintaining).Dari dua orientasi tujuan besar tersebut, terbagi lagi ke dalam empat kategori perilaku yang dapat diambil seorang individu untuk mengatasi ketidakpuasannya terhadap relasi (Bryson dalam Salovey, 1991).

  • Pertama, apabila seseorang memiliki keinginan untuk mempertahankan hubungannya dan juga mempertahankan self-esteem dirinya, maka perilaku yang mungkin terjadi adalah membicarakan masalah tersebut dan sama–sama mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

  • Kedua, apabila seseorang memiliki keinginan untuk lebih mempertahankan self-esteemnya daripada mempertahankan hubungan yang ada maka, perilaku yang mungkin terjadi adalah mengancam untuk mengakhiri hubungan atau sama sekali memang mengakhiri hubungan yang telah dijalin, dan menyerang pasangan secara fisik atau verbal.

  • Ketiga, apabila seseorang lebih memprioritaskan hubungan yang ada, namun bersedia untuk mengorbankan self-esteem nya, maka perilaku yang mungkin terjadi adalah memohon kepada pasangan untuk tetap bersama dirinya (hadirnya sikap dependence), menujukkan tingkah laku seolah-olah tidak ada masalah yang terjadi, serta membuat pasangannya berfikir bahwa ia tidak lagi perduli terhadap dirinya (impression management).

  • Keempat, apabila seseorang tidak terdorong untuk mempertahankan hubungan yang ada dan juga tidak termotivasi untuk mempertahankan self-esteem nya, maka perilaku yang mungkin terjadi adalah menyalahkan diri sendiri, menyakiti diri sendiri dan hanya berharap semoga pasangnnya berhenti menyakiti dirinya.

Model coping response yang dikemukakan oleh Bryson di atas, belum dapat melihat arah dari perilaku yang diambil, bersifat konstruktif atau destruktif. Rusbult (dalam Salovey, 1991) mengembangkan model coping response ketidakpuasan relasi, dari model Rusbult menyertakan dua dimensi yaitu constructive-destructive dan active-passive. Kedua dimensi ini digabungkan untuk menjelaskan empat kelas respon yang berbeda yaitu exit, voice, loyalty, dan neglect.

image

Dimensi constructive-destructive lebih menekankan kepada bagaimana hubungan itu dipertahankan atau dipelihara, apakah melalui cara yang constructive (membangun) atau destructive (merusak), sedangkan dimensi active-passive lebih merujuk kepada sifat respon yang dimunculkan.

Berikut adalah penjelasan dari keempat respon tersebut :

  1. Voice (active/constructive) : mengekspresikan ketidakpuasan dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi (pada model Bryson, mempertahankan hubungan dan mempertahankan self-esteem)

  2. Exit (active/destructive): mengakhiri atau mengancam akan mengakhiri hubungan (pada model Bryson, mempertahankan self-esteem namun tidak mempertahankan hubungan)

  3. Loyalty (passive/constructive): menunggu dan berharap bahwa kondisi akan kembali baik dengan sendirinya (pada model Bryson, lebih memprioritaskan mempertahankan hubungan daripada mempertahankan self-esteem)

  4. Neglect (passive/destructive) : mengabaikan dan tidak akan berusaha untuk memperbaiki hubungan lagi (pada model Bryson, sama-sama tidak berorientasi untuk mepertahankan hubungan atau self-esteem).

Berdasarkan teori dari Coleman dan Hammen, terdapat empat teori atau model hubungan interpersonal, yaitu:

1. Model Pertukaran Sosial

Model ini memandang bahwa pola hubungan interpersonal menyerupai transaksi dagang, hubungan interpersonal berlangsung mengukuti kaidah transaksional, yaitu apakah seseorang memperoleh keuntungan atau malah merugi., jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan interpersonal berjalan mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu.

Teori ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. Keuntungan itu, menurut perspektif teori ini ada enam bentuk yaitu cinta, uang, status, informasi, barang dan jasa.

Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memnuhi kebutuhannya. Asumsi dasar bahwa yang mendasari teori ini adalah setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan.

2. Model Peranan

Asumsi teori ini mengatakan bahwa hubungan interpersonal akan berjalan harmonis mencapai kadar hubungan yang baik ditandai dengan adanya kebersamaan, apabila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan, tuntutan peranan, dan terhindar dari konflik peranan, artinya hubungan interpersonal berjalan baik apabila masing-masing individu dapat memainkan peranan sebagaimana yang diharapkan. Tuntutan peranan adalah desakan keadaan yang memaksa individu memainkan peranan tertentu meskipun tidak menginginkannya.

Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan padanya. Desakan sosial dapat berwujud sebagai sanksi sosial dan dikenakan bila individu menyimpang dari peranannya. Dalam hubungan interpersonal, desakan halus atau kasar dikenakan pada orang lain agar ia melaksanakan peranannya.

3. Model Permainan

Model ini berasal dari psikiater Eric Barne dalam buku Games People Play, dalam model ini orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan, mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia yaitu orangtua, anak, dan orang dewasa. Dalam hubungan interpersonal kita menampilkan salah satu aspek kepribadian tersebut, dan orang lain membalasnya dengan salah satu aspek tersebut juga.

Anak-anak itu manja, tidak mengerti tanggungjawab, dan jika permintaannya tidak segera dipenuhi ia akan menangis meraung- raung, ngambek, cuek kepada semua orang yang tidak memenuhi kemauannya. Sedangkan oang deasa lugas dan sadar akan tanggungjawabnya, sadar akibat dan sadar resiko. Adapun orangtua, ia selalu memaklumi kesalahan orang lain dan menyayangi mereka, lebih sabar dan bijaksana. Hubungan interpersonal dalam masyarakat juga ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orangtua dengan sikap atau perilaku yang semestinya ditunjukkan sesuai dengan kodratnya.

4. Model interaksional

Menurut model interaksional ini, hubungan interpersonal adalah merupakan suatu proses interaksi. Masing-masing orang ketika berinteraksi pasti sudah memiliki tujuan, harapan, kepentingan, perasaan suka atu benci, dan sebagaunya yang semuanya itu merupakan input. Selanjutnya, inpu menjadi komponen penggerak yang akan memberi warna dan situasi tertentu terhadap proses hubungan interpersonal. Output dari psoses hubungan interpersonal telah memperoleh pengalaman, kesenangan, dan sebagainya.39 Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat- sifatnya, untuk menganalisanya harus melihat pada karakteristik individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok, dan sifat-sifat lingkungan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, pelaksanaan peranan dan permainan yang dilakukan.

Referensi :

  • Tri Dayakisni dan Hudaniah, Psikologi Sosial, (Malang: UMM Press, 2012).
  • Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1991).
  • Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011).