Bagaimana perusahaan besar melakukan risk management terhadap anak perusahaannya?

Seperti yang kita ketahui, banyak perusahaan besar memiliki anak cabang yang terhubung dengan perusahaan utama. Dan semakin besar perusahaannya akan semakin banyak pula anak perusahaannya.

Bagaimana perusahaan utama bisa melakukan risk management terhadap perusahaan-perusahaan tersebut, sedangkan proyek mereka kadang berbeda satu sama lain dan kadang berada di lokasi yang jauh, misalnya di luar negeri?

Banyak dari anak perusahaan ini masih beroperasi dalam proses manual dan sistem warisan, dalam artian anak perusahaan masih tidak menerapkan sistem yang sama 100% dengan perusahaan pusat. Hal ini bisa menghambat kemampuan mereka untuk menerapkan kebijakan dan proses perusahaan secara penuh. Akibatnya, aktivitas anak-anak perusahaan kecil ini dapat menimbulkan risiko potensial yang signifikan bagi keseluruhan perusahaan - risiko terhadap kualitas pemasok, likuiditas, akurasi pelaporan keuangan, pengeluaran diluar batas, dan sebagainya,

Untuk mengurangi risiko ini, perusahaan harus menyederhanakan dan mengotomatisasi sebagian besar sistem manual dan usang pada anak perusahaan, dengan tujuan untuk:

  • Membuat organisasi perusahaan pusat untuk secara otomatis memberikan informasi yang harus dilaksanakan kepada setiap anak perusahaan.

  • Memungkinkan perusahaan pusat untuk memiliki visibilitas yang berkelanjutan terhadap uang tunai, piutang dan hutang di semua operasi, termasuk operasi yang ada dalam anak perusahaan, untuk mengelola risiko likuiditas.

  • Menyederhanakan proses konsolidasi keuangan dan menghilangkan proses pelaporan yang tidak efektif dengan anak perusahaan untuk mengurangi risiko pelaporan data perusahaan dan lokal yang tidak akurat.

  • Menyederhanakan transaksi pembelian antar perusahaan dengan anak perusahaan (dari lokasi pembuatan dan distribusi internal hingga kantor penjualan di berbagai negara) dan menghilangkan proses yang tidak perlu, seperti mengirim email pada pelanggan untuk memastikan produk yang tepat sampai ke pelanggan yang tepat pada waktu yang tepat. Hal ini berguna untuk mengurangi risiko pendapatan.

  • Melaksanakan proses kolaborasi dengan anak perusahaan dalam menjalankan operasi anak perusahaan untuk mengurangi risiko pengeluaran tidak terduga yang bersifat merugikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan dapat memilih 3 opsi:

  • Opsi 1 - Menyebarkan sistem ERP yang sama di seluruh perusahaan

    Dengan sistem ERP perusahaan diterapkan di setiap unit bisnis dan anak perusahaan, akan memastikan bahwa proses dan metrik yang sama diterapkan di seluruh perusahaan.

  • Opsi 2 - Menyebarkan pendekatan ERP dua tingkat dengan integrasi data sederhana antara kantor pusat dan anak perusahaan

    Dalam opsi ini, perusahaan menerapkan sistem ERP perusahaan di kantor pusat dan divisi yang lebih besar, sedangkan sistem yang lebih mudah digunakan digunakan pada anak perusahaan yang lebih kecil.

  • Opsi 3 - Menerapkan pendekatan ERP dua tingkat dengan integrasi proses antara kantor pusat dan anak perusahaan

    Dengan opsi ini, perusahaan menerapkan model ERP dua tingkat, namun integrasi antara dua tingkat sistem ERP melampaui konsolidasi data sederhana yang dibahas di bagian sebelumnya. Sistem ini mengintegrasikan proses bisnis, seperti pengadaan, perencanaan / analisis kolaboratif dan analisis likuiditas di dua sistem. Pendekatan ini sangat ideal untuk skenario dimana kantor pusat dan anak perusahaan perlu mengkoordinasikan kegiatan atau berkolaborasi satu sama lain.

Selain itu, untuk membantu perusahaan pusat mengurangi dampak resiko dalam menjalankan risk management di semua anak perusahaan, alangkah baiknya jika perusahaan juga memperhatikan resiko berskala global yang bisa saja mengancam perusahaan tidak hanya dari pusat saja, tapi juga bisa mengancam perusahaan dari anak-anak perusahaannya. Ancaman- ancaman global dalam bisnis yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

risk concern

Dengan demikian, resiko yang mengancam proses bisnis baik di perusahaan utama maupun anak perusahaan dapat diminimalisir.

sumber:

Tidak diragukan bahwa perusahaan besar yang memiliki cabang pasti akan memiliki risiko yang besar juga. Oleh karena itu, manajemen risiko merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk menghadapi adanya tersebut, perusahaan utama/ perusahaan utama harus melakukan integrasi dengan anak perusahaan agar semua anak perusahaan setidaknya mampu meminimalisir terjadinya risiko.

Terdapat beberapa cara mengelola risiko sebelum risiko tersebut terjadi, antara lain:

  1. Identifikasi risiko, yaitu dengan menilai perusahaan, mempertimbangkan skenario terburuk, dan untuk selalu aktif mempertanyakan tentang “what if”

  2. Analisis risiko, yaitu dengan melihat peluang dan dampaknya

  3. Menerapkan analisis dan evaluasi tersebut ke perusahaan
    Terdapat beberapa cara, yaitu menghindari risiko, mengurangi risiko, menerima risiko, dan
    memindahkan risiko

  4. Menguji strategi dan rencana untuk meminimalisir risiko untuk kemudian dilakukan update

Setelah melakukan hal tersebut, perusahaan utama dapat mengintegrasikan dengan anak perusahaan agar risiko dapat diminimalisir. Perusahaan harus proactive, artinya perusahaan harus mampu mengidentifikasi risiko terlebih dahulu sebelum risiko tersebut terjadi.

Sumber lain mengatakan bahwa meningkatkan tanggung jawab masing-masing stakeholder perusahaan mampu meminimalisir terjadinya risiko. Selain itu, menerapkan ‘best practice’ pada anak perusahaan, konsistensi yang fleksibel, dan peran dari sekretaris perusahaan juga dinilai dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko di anak perusahaan

Referensi

Seiring berjalannya waktu, tantangan yang harus dihadapi suatu perusahaan semakin komplek. Belum lagi jika perusahaan tersebut berupa korporasi besar yang didalamnya juga terdiri dari beberapa anak perusahaan. dalam praktik bisnis, unsur ketidakpastian baik berasal dari lingkungan internal maupun eksternal dapat memberi pengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan. Unsur-unsur ketidakpastian menjadi semakin besar akibat perubahan iklim bisnis yang semakin cepat dan kompleks.

Unsur ketidakpastian merupakan risiko bisnis yang tidak mungkin dihindari, namun harus dikelola melalui suatu mekanisme yang dinamakan “manajemen risiko”. Perusahaan yang mampu mengelola risiko dengan baik dipandang sebagai memiliki kemampuan sensitif untuk mendeteksi risiko, memiliki fleksibilitas untuk merespon risiko dan menjamin kapabilitas sumber daya untuk melakukan tindakan guna mengurangi tingkat risiko, sedangkan yang tidak dapat mengelola risiko dengan baik akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumber dana dan waktu serta tidak tercapainya tujuan perusahaan.

Dalam prakteknya, penanganan resiko bagi perusahan induk dan anak ini berbeda beda sesuai kebijakan perusahaan yang berlaku. Dalam berbagai kasus misalnya, penanganan deteksi dan mitigasi risiko yang ada dilaksanakan secara mandiri, artinya tidak bergantung pada perusahaan induk

Langkah langkah pendekatan yang dapat diambil :

  1. Mendeteksi/mengidentifikasi risiko sedini mungkin pada setiap aktivitas yang berhubungan dengan bidang usaha yang ada di lingkungan perusahaan

  2. Melakukan pengukuran tingkat/besarnya setiap risiko, dengan memperhitungkan besarnya dampak dan kemungkinan terjadinya peluang risiko.

  3. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap sumber risiko dan penyebab terjadinya risiko, sebagai dasar untuk memetakan dan mengendalikan risiko yang signifikan.

  4. Menyusun rencana strategi pengendalian terhadap risiko yang mempunyai prioritas tinggi/risiko signifikan.

  5. Melakukan kegiatan strategi pengendalian risiko yang membahayakan kelangsungan hidup perusahaan.

  6. Melakukan komunikasi, konsultasi, review dan pemantauan, risiko secara terus menerus, khususnya yang mempunyai dampak cukup signifikan terhadap kondisi perusahaan.

Tata kelola perusahaan sangat penting bagi organisasi manapun dalam kaitannya dengan penanganan risiko perusahaan, namun penerapannya secara tepat masih menjadi kendala dan merupakan salah satu risiko terbesar yang kurang diperhatikan di sebagian besar kelompok multinasional. Ada sejumlah tantangan yang dihadapi organisasi semacam itu yang ingin mencapai efisiensi dan efektivitas fungsi tata kelola dan menerapkan kerangka kerja tata kelola perusahaan global yang kuat. Pada skala global, tantangan muncul saat ada kurangnya konsistensi dan kontrol atas pengelolaan badan hukum. Secara historis, tata kelola telah dikelola secara reaksioner, namun baru-baru ini ini sedang berubah dan pemerintahan sekarang sedang didekati dengan cara yang jauh lebih proaktif, seringkali melalui penggunaan kerangka kerja tata kelola perusahaan anak

Sumber :

Dalam menjawab pertanyaan tersebut saya mengambil contoh sebuah study kasus dari salah satu perusahaan asuransi di Indonesia yang melakukan proyeksi manajemen risiko operasional terhadap pembukaan kantor cabang baru. Namun ditengah perjalanan terjadi masalah dimana adanya penundaan memberikan ijin prinsip pendirian kantor cabang dengan alasan salah satunya ketersedian perangkat teknologi informasi yang digunakan harus diperbaharui karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan perusahaan asuransi yang memiliki banyak kantor cabang. Risiko ini sebelumnya tidak diperhitungkan sehingga memiliki dampak yang cukup besar bagi perusahaan asuransi.

Kemudian perusahaan mulai sadar akan pentingnya manajemen risiko dengan banyaknya kantor cabang yang dimiki. Identifikasi risiko dipandang dari cakupan yang luas pada risiko-risiko secara keseluruhan, dengan menggunakan alat-alat indentifikasi risiko, evaluasi risiko untuk mengevaluasi dampak dari risiko pembukaan kantor cabang.

Evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk analisa kuantitatif dan analisa kualitatif. Analisa kualitatif dilakukan berdasarkan hal-hal yang sudah dikerjakan, mulai dari persiapan, proses pembukaan cabang dan setelah proses selesai. Analisa kuantitatif hanya bisa dilakukan dengan statistik mengenai besarnya permodalan (sewa, renovasi, investasi dan biaya lainnya) yang dianggarkan, kepengurusan kantor cabang dan proses perizinan.

Pengendalian risiko yang dilakukan dengan mengeliminasi risiko (lost prevention) dan meminimalisasi risiko dari penempatan SDM yang tepat, kompetensi yang memadai, besarnnya biaya-biaya yang dikeluarkan dari sewa, renovasi dan biaya finansial lainnya. Perlunya pengawasan atas besaran risiko yang telah teridentifikasi, fair, reasonable dan wajar, kompetensi terhadap segala bentuk transaksi yang telah terjadi agar dapat menjaga segala kepercayaan masyarakat.

Perusahaan dapat menyusun informasi risiko yang efektif, maka terdapat suatu pendekatan yang integratif dalam menangani berbagai aspek risiko, yaitu :

Enterprise Risk Management (ERM)

ERM

ERM adalah kerangka kerja yang komprehensif dan integratif untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional, modal ekonomi dan transfer risiko dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan.

Kerangka efektifitas kerja ERM terbagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu :

  1. Proses manajemen risiko dan Sistem Informasi Manajemen (SIM) risiko

  2. Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang menyeluruh
    Rencana ,metoda, prosedur, dan kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk , memberi
    jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi dan efektivitas oprasional, kebijakan dan
    peraturan lain.

  3. Kebijakan, prosedur dan penetapan limit

  4. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi
    Dewan komisaris dan direksi bertanggung jawab atas evektivitas penerapan manajemen risiko.
    Memberikan arahan yang jelas untuk menghadapi resiko.

SUMBER :

A post was merged into an existing topic: Bagaimana cara meminimalkan risiko pada perusahaan kecil ?