Bagaimana perubahan yang dialami dan terapi penyakit Stomatitis pada hewan?

Jika hewan mengalami penyakit, pasti terdapat perubahan pada hewan tersebut. Penyakit tersebut juga seharusnya memiliki terapi. Bagaimana perubahan dan terapi pada penyakit Radang Mulut?

Perubahan
Perubahan yang dijumpai pada radang mulut bervariasi tergantung pada macam dan derajat radang. Secara umum perubahan tersebut meliputi kongesti jaringan yang bersifat difus hingga selaput lendir jadi bengkak apabila terdapat lepuh, vesikula, bangunan tersebut mempunyai ukuran 1-2 cm dengan cairan jernih di dalamnya. Lepuh yang pecah akan segera diikuti dengan proses kematian jaringan, atau sebaliknya dengan proses kesembuhan. Dapat pula setelah pecah terbentuk tukak, ulsera, hingga terjadi radang yang sifatnya ulseratif. Pada radang papulosa biasanya melanjut dengan yang disertai dengan granulomatosa. Proses radang yang meluas pembusukan jaringan akan dijumpai pada radang flegmonosa. Radang flegmonosa kebanyakan merupakan kelanjutan dari radang yang sifatnya nekrotik

Terapi
Meskipun tidak selalu mudah, perlu diusahakan membersihkan mulut dengan air atau larutan. Secara lokal dapat digunakan larutan antiseptik tembaga sulfat 2%, borax gliserin 1%, borax 1%, kalium permanganat 1:1000, yodium tingtur 5-10%, perhidrol 0,5%. Di desa, kadang-kadang lesi pada mulut diobati dengan garam atau bahan lain yang merangsang, misalnya lombok. Dengan menghebatnya proses radang, yang berarti terjadi mobilisasi seluler, pada akhirnya kesembuhan secara primer dapat dipercepat.

Apabila terdapat keropeng atau ruam, seyogyanya bangunan tersebut dibersihkan dengan kuret, baru kemudian diobati. Tindakan chirurgis juga dianjurkan bilamana ada petunjuk ke arah itu.

Pada kejadian infeksi yang berat, penggunaan preparat sulfonamid atau antibiotika sangat dianjurkan. Meskipun jarang, tidak mustahil perlu diberikan cairan faali atau elektrolit baik secara subkutan maupun intravena. Pemberian preparat anti-histamin dapat pula diberikan.

Pada kejadian radang mulut mikotik, yang biasanya mengenai 1-5% dari kelompok hewan yang diberi pakan sama, perlu di atasi dengan penggantian pakan ataupun pemindahan padang penggembalaan. Selanjutnya pengobatan topikal, bukan antibiotika, juga dianjurkan.

Referensi: Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.