Bagaimana Perkembangan Optimum Currency Area?

Optimum Currency Area

Bagaimana Perkembangan Optimum Currency Area ?

Perkembangan Optimum Currency Area


Pada penelitian Mongeli dalam Girsang (2011) menunjukan perkembangan teori optimum currency area menjadi empat fase, yaitu:

  1. Fase Awal (1960an – awal 1970)

    Fase ini ditandai dengan karakteristik dunia yang menganut nilai tukar tetap (Bretton Wood) dan pengawasan devisa. Dalam fase ini memunculkan ide yang berkaitan dengan manfaat dan biaya rezim nilai tukar tetap dan nilai tukar fleksibel.

  2. Fase Rekonsiliasi (1970an)

    Fase ini dikembangkan dengan kerangka berfikir manfaat dan biaya dari Mundell dan Corden yang menyatakan jika suatu wilayah atau sekelompok negara teridentifikasi dalam optimum currency area , maka dapat melakukan kesatuan moneter dan memberlakukan mata uang tunggal

  3. Fase Reassement (1980-1990an)

    Fase ini dilatar belakangi oleh laporan “ one market, one money report ” (ditemukan beberapa aspek dari teori optimum currency area ) untuk disesuaikan. Aspek-aspek tersebut antara lain:

    • Tidak efektifnya kebijakan moneter terhadap output jangka panjang. Hal ini mengurangi biaya dari hilangnya kebijakan moneter yang independen

    • Perlunya kredibilitas yang besar untuk mengurangi biaya dari pengendalian inflasi pada negara anggota

    • Penyesuaian nilai tukar tidak efektif dalam mempengaruhi sektor rill akibat transmisi melalui capital account.

    • Dampak mata uang tunggal semakin kecil terhadap pasar tenaga kerja yang disebabkan desentralisasi negosiasi kontrak perusahaan

  4. Fase Empiris (1990an)

    Upaya mengoperasikan optimum currency area semakin meningkat dengan adanya proyek Uni Eropa. Dalam fase ini, teori optimum currency area berkembang melalui uji empiris terhadap karakteristik dan model teoritis.

Prakondisi Optimum Currency Area


Frankel dan Rose (1996) mengemukakan paradigma optimum currency area , bahwa negara yang memiliki tingkat integrasi yang tinggi satu sama lain dan peduli pada perdagangan internasional atas barang dan jasa dapat membentuk optimum currency area . Keterbukaan merupakan salah satu kriteria (selain besarnya korelasi siklus bisnis) untuk anggota mata uang tunggal kawasan sejak tingginya perdagangan yang membuat besarnya tabungan pada biaya transaksi dan resiko akibat perbedaan mata uang. Selanjutnya, tingginya kecenderungan pada impor dihubungkan dengan keterbukaan ekonomi mengurangi perubahan output dan membutuhkan kebijakan moneter domestik, sejak keterbukaan berperan sebagai stabilitas otomatis.

Melalui penelitian Frankel dan Rose (1996), Mongelli (2002), Falianty (2006b), dan Mohseni dan Azali (2014) menjelaskan bahwa ada beberapa komponen yang harus dipenuhi oleh negara anggota sebelum pembentukan mata uang tunggal kawasan (optimum currency area ) sebagai kondisi awal ( precondition ) pembentukan mata uang tunggal kawasan, antara lain:

  1. Kesamaan shock dan business cycle , saat shock menunjukan nilai yang positif, negara kawasan tersebut dapat membentuk currency area karena memiliki kebijkan yang sama dalam menyelesaikan masalah ketedakseimbangan

  2. Tingkat mobilitas tenaga kerja, faktor produksi dan fleksibilitas harga dan upah diantara banyak negara merupakan bentuk penyesuaian terhadap pengangguran dan inflasi suatu negara. integrasi faktor produksi antar anggota kerjasama dapat mengurangi perubahan haraga dan tingkat nilai tukar, sedangkan tingakat mobilitas tenaga kerja dan fleksibilitas harga dan negara merupakan bagian yang penting untuk memfasilitasi proses penyesuaian dalam jangka pendek

  3. Integrasi pasar keuangan dapat menurunkan keuangan eksternal yang tidak seimbang akibat shock yang terjadi, selain itu dapat mengurangi penyesuain terhadap nilai tukar. Rumah tangga dan perusahaan dengan mudah dapat meminjam pada pasar keuangan yang lebih luas

  4. Tingkat keterbukaan ekonomi dan adanya perdagangan antara negara anggota yang menunjukan tingginya mobilitas barang dan jasa yang diproduksi maupun yang dikonsumsi akibat integrasi perdagangan

  5. Kesamaan tingkat inflasi, ketidakseimbangan ekternal dapat meningkatkan perbedaan hasil dari inflasi. Ketika tingkat inflasi rendah dan sama pada beberapa waktu, term of trade akan stabil. Hal ini dapat membantu keseimbangan transaksi current account , perdagangan, dan mengurangi penyesuaian terhadap nilai tukar

  6. Diversifikasi pada kegiatan produksi dan konsumsi, tingginya tingkat diversifikasi antar negara kerjasama dapat menjadikan biaya yang ditanggung menjadi kecil dan mengakibatkan currency area lebih menguntungkan

  7. Integrasi fiskal, negara yang memberlakukan sistem transfer fiskal memungkinkan untuk melalukan transfer pada negara anggota yang terkena adverse shock yang kemudian dijadikan sebagai fasilitas untuk penyesuaian terhadap shock dan nilai tukar.

  8. Integrasi Politik merupkan komponen yang penting selain pertumbuhan, inflasi dan tenaga kerja dalam pembentukan currency area , integrasi politik dapat mendukung integrasi ekonomi dan integrasi moneter. Keadaan politik negara anggota dapat mempengaruhi keadaan awal ( precondition ) dari pembentukan currency area . Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama politik antara negara anggota agar terciptanya currency area memberikan benefit yang besar.