Bagaimana Perkembangan Kebijakan Yuan Renminbi Sejak 1994?

Kebijakan Yuan Renminbi

Bagaimana Perkembangan Kebijakan Yuan Renminbi Sejak 1994?

Antara tahun 1994 hingga Juli 2005 Cina mematok ( pegged ) mata uang yuan renminbi terhadap dolar AS pada nilai tukar 8,28 yuan per satu dolar AS. Untuk menjaga nilai tukar yuan renminbi terhadap dolar AS pemerintah Cina melakukan pembatasan dan kontrol terhadap transaksi modal dan melakukan pembelian ( purchase ) skala besar dolar AS (juga aset dolar).

Pada 21 Juli 2005 pemerintah Cina mengumumkan nilai tukar yuan renminbi menjadi “ adjustable, based on market suply and demand with reference to exchange rate movements of currencies in a basket ”. Basket currencies tersebut terdiri dari dolar AS, yen Jepang, euro, dan won Korea Selatan. Nilai tukar yuan renminbi terhadap dolar AS disesuaikan dari 8,28 menjadi 8,11 per satu dolar AS (apresiasi sebesar 2,1 %). Sejak Cina melakukan reformasi sistem nilai tukar mata uangnya, departemen keuangan AS (US Treasury ) melanjutkan tekanan terhadap Cina agar melakukan penyesuaian nilai tukar yuan renminbi. Namun mereka tidak menyatakan Cina melakukan manipulasi nilai tukar mata uang.

Menurut Bank of China (PBC) dari 21 Juli 2005 hingga 29 Februari 2008 nilai tukar yuan renminbi terhadap dolar AS meningkat dari 8,11 menjadi 7,12 per satu dolar AS (apresiasi sebesar 13,9 persen). Meskipun demikian banyak anggota kongres AS yang menyatakan reformasi sistem nilai tukar mata uang Cina dan apresiasi nilai tukarnya berlangsung kurang cepat. Sebagai hasilnya beberapa rancangan undang-undang ( bill ) diusulkan kepada kongres AS sebagai respon atas kebijakan nilai tukar mata uang Cina.

Perkembangan Kebijakan Yuan Renminbi Sejak 1994


Pleno ketiga komite sentral China Comunist Party (CPC) pada November 1993 menyetujui strategi reformasi yang komprehensif terhadap nilai tukar mata uang ( comprehensive reform strategy) . Melalui strategi ini reformasi manajemen nilai tukar mata uang dianggap sebagai kunci penting bagi perekonomian yang berorientasi pasar ( market-oriented economy ). Konvertibilitas yuan renminbi dan sistem nilai tukar market-based unified floating exchange regime dilihat sebagai tujuan reformasi nilai tukar mata uang Cina. Foreign exchange surrender and purchase system (FESPS), sistem pembelian dan penyerahan nilai tukar mata uang asing dibentuk agar perusahaan di Cina menyerahkan mata uang asing yang mereka dapatkan dari transaksi neraca berjalan ( currenct account ) dan melakukan pembayaran mata uang asing melalui foreign exchange designated bank (FEDB) saat melakukan pembayaran ke mata uang asing. Dengan mekanisme tersebut yuan renminbi berada dalam konvertibilitas kondisional pada neraca berjalan ( conditional convertibility under the current account ). Pada tahun 1996 perusahaan di Cina yang didanai asing ( foreign-funded enterprises ) dimasukkan dalam mekanisme tersebut. Cina menyatakan persetujuannya terhadap artikel VIII IMF ( Article VIII of the IMF Articles of Agreement ) .

Pada tahun 1994 Cina menyatukan sistem dual exchange rate dengan nilai tukar sebesar 8,70 yuan renminbi per satu dolar AS. Pada tahun 1997 nilai tukar yuan renminbi mengalami apresiasi menjadi 8,28 yuan renminbi per satu dolar AS. Nilai tukar yuan renminbi ini bertahan hingga Juli 2005. Selama rentang waktu ini yuan renminbi dikonversikan berdasarkan neraca berjalan (perdagangan) tidak berdasarkan neraca modal. Hal ini berarti bahwa pengkonversian yuan renminbi masih belum dapat dilakukan untuk tujuan investasi (pembatasan penggunaan yuan pada sektor modal).

Dari tahun 1994 hingga bulan Juli 2005 Cina menerapkan kebijakan mematok nilai tukar yuan renminbi terhadap dolar AS ( pegged ) pada nilai tukar 8,28 yuan per satu dolar AS. Pematokan nilai tukar ini dilakukan untuk mempromosikan stabilitas bagi perdagangan internasional dan investasi di Cina. Bank Sentral Cina menerapkan kebijakan ini dengan cara membeli atau menjual aset dolar sebagai ganti atas yuan baru yang dicetak untuk mengatasi permintaan (suplai) yuan. Sebagai hasilnya maka nilai tukar yuan renminbi terhadap dolar AS akan tetap sama meskipun terjadi perubahan faktor ekonomi yang dapat menyebabkan yuan terapresiasi atau terdepresi. Pada sistem nilai tukar mata uang mengambang permintaan terhadap barang kedua negara (AS dan Cina) mempengaruhi nilai tukar yuan renminbi terhadap dolar AS.

Kuota kepemilikan mata uang asing ( foreign exchange earning ) pada neraca berjalan ( current account ) bagi perusahaan di Cina telah ditingkatkan beberapa kali. Perusahaan yang bergerak pada bidang perdagangan diperkenankan melakukan pembayaran mata uang asing di muka (kepada perusahaan mitranya). Akun mata uang asing milik perusahaan pada neraca berjalan ( current account) diatur berdasarkan basis recording . Prosedur pembayaran dan pembelian mata uang asing pada perdagangan jasa disederhanakan. Sejak tahun 2007 pembelian mata uang asing dan kuota penjualan mata uang asing untuk perseorangan ditetapkan per tahunnya sebanyak US$ 50.000 untuk memenuhi kebutuhan akan mata uang asing di Cina .

Kecuali pada FDI, semua transaksi neraca modal ( capital account ) harus melalui persetujuan Bank Sentral Cina ( People’s Bank of China -PBC). Bukti terima ( receipt ) transaksi neraca modal ( capital account), termasuk pinjaman luar negeri ( external borrowing ), penawaran umum perdana ( initial public offering - IPO) dan penerbitan bond harus didepositkan pada akun tertentu dan digunakan untuk pengeluaran/ belanja tertentu. Pengkonversian bukti terima ( receipt ) ke yuan renminbi tidak diperbolehkan.

Pada Desember 2001 Cina resmi bergabung di World Trade Organization (WTO). Bergabungnya Cina di WTO menandai era baru bagi Cina dalam liberalisasi sektor eksternal Cina. Selain pengurangan tarif (bea masuk barang) Cina menjanjikan untuk mengeliminir hambatan kepemilikan dan masuknya perusahaan asing ke Cina. Banyak sektor jasa yang akan dibuka bagi masuknya sektor asing termasuk jasa bisnis, jasa pengiriman barang, perdagangan barang wholesale , waralaba, jasa pariwisata, transportasi darat dan rel, dan jasa kargo. Dalam beberapa sektor layanan jasa, masuknya pihak asing telah diperbolehkan di Cina seperti telekomunikasi, layanan televisi, konstruksi, perdagangan retail, asuransi, bank, saham dan transportasi laut. Sejak masuknya Cina di WTO beberapa kemajuan tercapai dengan dibukanya beberapa cabang bank asing di beberapa wilayah di Cina untuk memfasilitasi bisnis yang melibatkan yuan renminbi. Cina juga melakukan terobosan pada liberalisasi pasar modal ( capital market ).

Sejak tahun 2001 investor domestik termasuk perseorangan diperbolehkan untuk melakukan investasi kepemilikan mata uang asing mereka dalam bentuk B-shares . Dimulai pada tahun 2002 qualified foreign institutional investors (QFII) diperkenankan untuk berinvestasi dalam pasar modal domestik Cina. Pada tahun 2004 perusahaan asuransi sudah mulai mempergunakan mata uang asing yang mereka miliki untuk berinvestasi pada pasar modal internasional. Pada tahun 2005 perusahaan asing pertama terdaftar pada bursa saham Shanghai ( Shanghai Stock Exchange ). Pada tahun yang sama perusahaan domestik Cina diperbolehkan untuk membentuk korporasi perusahaan di luar negeri untuk memfasilitasi akuisisi, merger dan listing pada pasar modal dunia.

Sejak Cina bergabung ke WTO Cina mengalami peningkatan tajam pada surplus neraca berjalan ( current account surplus ) dan arus masuk modal ( capital inflows ). Pada akhir tahun 2007 devisa (cadangan mata uang asing milik Cina) bertambah menjadi US$ 1.582,2 miliar. Peningkatan cadangan devisa Cina dalam waktu singkat ini merupakan hal yang pelik bagi kebijakan moneter Cina dan meningkatkan tekanan apresiasi terhadap nilai tukar yuan renminbi.

Untuk menghadapi perkembangan ini, pemerintah Cina mengambil tindakan untuk mempromosikan keseimbangan arus modal masuk ( inflow capital ) dan arus modal keluar ( outflow capital ). Tindakan yang diambil pemerintah Cina antara lain:

Meningkatkan verifikasi tanda terima ekspor ( export receipts ) untuk menghentikan arus modal masuk yang tidak terdeteksi ( disguised capital inflow )

Memperluas kesempatan perusahaan untuk memegang penghasilan mata uang asing di luar negeri atau pada akun bank. Kualifikasi bagi perusahaan lokal/ domestik untuk memegang mata uang asing pada akun bank diturunkan dan jumlah maksimal pada akun dinaikkan beberapa kali dalam waktu tertentu.

Menerapkan batasan pada pinjaman luar negeri ( external borrowing ) perusahaan modal asing (foreign-funded enterprises -FFEs) dan bank asing.

Pada tahun 2003 regulasi temporer ( provisional ) terhadap utang luar negeri ( external debt ) diberlakukan untuk membatasi arus modal masuk ( capital inflow ). Kuota utang eksternal jangka panjang dilanjutkan bagi bank asing di Cina. Pada tahun 2005 pembayaran impor yang tertunda enam bulan atau berjumlah di atas US$ 200.000 harus didaftarkan sebagai utang luar negeri ( external debt ). Batas atas diterapkan pada utang luar negeri perusahaan PMA di Cina ( foreign invested companies ). Tindakan yang diambil untuk memfasilitasi arus modal keluar ( capital outflow ) antara lain:

Pada Oktober 2002 sebuah program rintisan ( pilot programme ) diberlakukan di 6 wilayah pesisir Cina untuk memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah (provinsi) memberikan izin bagi pembelian mata uang asing oleh perusahaan untuk investasi di luar negeri. Kebijakan ini diperluas pemberlakuannya di seluruh Cina pada 2005.

Jumlah maksimal atau batas atas bagi penduduk lokal memegang mata uang asing tunai di daerah dekat perbatasan dan jumlah maksimal/ batas atas bagi pembelian mata uang asing oleh penduduk lokal untuk keperluan pariwisata dan untuk studi keluar negeri ditingkatkan beberapa kali. Pada tahun 2004 pembatasan transfer aset luar negeri ( transferring assets overseas ) juga dikurangi.

Jumlah maksimal atau batas atas jumlah saldo untuk pendirian perusahaan di Cina bagi investor ( firms’s settlement account balance ) tidak diberlakukan lagi.

Pada tahun 2007 investasi finansial luar negeri Cina dikembangkan dengan perluasan instrumen investasi luar negeri bank komersial dan perkenalan perusahaan investasi dan trust untuk mengembangkan bisnis