Bagaimana perkembangan Ilmu Politik mulai zaman Klasik hingga sekarang ?

perkembangan Ilmu Politik

Bagaimana perkembangan Ilmu Politik mulai zaman Klasik hingga sekarang ?

Perkembangan ilmu politik

Khusus tentang perkembangan pemikiran politik, sebagaimana yang dialami Eropa dan Amerika Serikat, terjadi pasang naik dan pasang surut. Pada mulanya, kajian pemikiran politik sebagai filsafat politik, berhubungan erat dengan sejarah filsafat. Nama-nama seperti Socrates, Plato, Aristoteles dari Yunani Kuno merupakan tokoh terkenat dalam kajian ini. Selajutnya pemikiran politik dikaji secara kronologis sampai masa dewasa ini. Umumnya jalan yang ditempuh adalah Yunani Kuno, Romawi, Kristiani, Abad Pertengahan, masa Renaisans, zaman modern dengan liberalismenya, sampai kepada Marxisme, Fasisme,

Eksistensialisme, serta aliran-aliran lain yang terdapat sekarang. Karya-karya yang ditulis oleh Sabine, Wolin, Strauss dan lainnya banyak membantu dalam kajian ini. Demikian pula kajian perbandingan politik oleh Bluhm termasuk membantu, seperti kesamaan alur pikir antara Aristoteles dan St. Thomas Aquinas sampai kepada Maritain dewasa ini. Juga, misalnya, upaya pengelompokan antara Plato, St. Agustinus sampai tokoh-tokoh lain dewasa ini, semua itu tercakup dalam kajian perbandingan potitik.

Namun, mulai sekitar permulaan abad ke-20, ilmu politik yang berorientasi kepada sejarah dan filsafat dianggap tidak ilmiah dan tidak sesuai dengan kaidah kaidah ilmiah. Perdebatan tentang hal ini terjadi sekitar tahun 1940-an sampai dengan 1950-an. Pada mulanya yang menjadi pusat-pusat pemikiran politik
adalah masalah negara.

Pada era berikutnya kajian atau pemikiran politik beralih kepada pendekatan perilaku dalam politik. Nama-nama seperti Lee Cameron, McDonald, Naomi B. Lynn, Dhal, Herbert A. Simon dan lain-lain adalah tokoh pemikiran politik behavioral. Pada awalnya mereka menolak teori politik klasik, khususnya yang berfokus pada kajian tentang negara. Namun seperti yang dikemukakan sendiri oleh Herbert A. Simon, istilah behavioralisme itu sendiri adalah janggal dan kurang dikenal. la berpendapat bahwa sekarang ini istilah tersebut telah mereda.

Jelaslah, bahwa apa yang terjadi dan kemudian terkenal dengan “revolusi behavioralisme” sebenarnya bukanlah suatu revolusi, akan tetapi tidak lebih dari suatu perkembangan biasa yang dialami ilmu politik.

Sesuai dengan kenyataan tersebut, dewasa ini apa yang disebut dengan revolusi behavioralisme telah dianggap selesai. Pemikiran politik kembali mendapat tempat yang semakin menonjol dalam itmu politik. Indikasinya adalah bahwa negara kembali menduduki tempat yang cukup sentral dalam berbagai pembahasan ilmu potitik, setelah sekian lama menghilang ke belakang.

Satu hal yang jelas, pemikiran politik yang pernah muncul datam suatu masyarakat tertentu pada dasarnya merefteksikan ikhtiar masyarakat tersebut datam mencari dan membentuk suatu sistem yang menurut pandangan mereka dianggap ideal, sebagai mekanisme yang mengatur tata cara atau pota kehidupan masyarakat sebagaimana mereka dambakan. Dengan demikian, dalam berbagai pemikiran politik yang muncut itu akan terdapat pembauran antara pandangan-pandangan kritis, pandangan-pandangan konservatif atau pandangan-pandangan yang berisikan gagasan utopis.

Masing-masing pemikiran itu telah mencoba memberikan petunjuk tentang bagaimana dan seperti apa suatu sistem politik yang dianggap ideal itu serta bagaimana cara mencapai atau mewujudkannya