Self esteem bukan merupakan penilaian diri yang dibawa sejak lahir melainkan penilaian yang dipelajari dan terbentuk dari interaksi dengan orang- orang di lingkungan sekitarnya. Ketika masih kecil, orang yang pertama kali dikenal oleh anak adalah orang tua dan anggota keluarga lain, dari reaksi dan perilaku keluarga tersebut anak membentuk self concept . Beranjak ke masa middle childhood , anak mengalami periode industry versus inferiority , yang mana pada tahap ini anak perlu mempelajari keterampilan yang berharga dalam lingkungannya.
Harter mengatakan peran utama untuk mengembangkan self esteem anak adalah dukungan sosial dari orang tua, teman, guru, namun demikian dukungan sosial tidak memberi kompensasi pada penilaian diri seorang anak.
Pada masa remaja, anak mulai dapat membandingkan keterampilannya dengan anak seumurnya. Memasuki usia remaja, isu yang paling penting dan kritis pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Menurut Erikson, identitas merupakan konsepsi koheren tentang “ self ” yang dibentuk berdasarkan tujuan, nilai dan kepercayaan yang diyakini oleh diri sendiri. Remaja memiliki lingkungan sosial yang lebih luas sehingga penilaian dari orang-orang yang berarti selain orang tua, seperti peer group, memiliki pengaruh yang besar terhadap rasa keberhargaan diri dan kompetensinya. Identitas diri tidak dapat dipisahkan dengan self esteem .
Remaja mengembangkan self esteem lebih luas dan relevan dengan aspek- aspek yang dimilikinya seperti pandangan dirinya terhadap pertemanan, hubungan percintaan serta kompetensinya (Harter, 2003).
Self esteem remaja terbentuk dari hasil evaluasi subjektif atas umpan balik yang remaja terima dari orang sekitar serta perbandingan dengan standar atau nilai kelompoknya (Santrock, 2007). Gambaran evaluasi diri yang didapat melalui umpan balik dari lingkungan ini berlangsung secara terus menerus hingga masa dewasa. Umpan balik dari lingkungan merupakan sumber yang penting untuk memberikan informasi penting mengenai diri dan memiliki pengaruh langsung pada self esteem individu.
DuBois dan Tevendale, 1999; Feldman dan Elliot, 1990 mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa kritis dalam perkembangan self esteem karena self esteem dapat membantu menghadapi tugas perkembangan remaja.
Pada masa remaja, perkembangan kognitif sudah memasuki tahapan tertinggi yaitu formal operational yang mana individu mampu berpikir secara abstrak, tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Remaja mampu membayangkan situasi rekaan, menguji hipotesis, mengolah informasi dengan pikiran logis, serta memproyeksikan diri ke masa depan dan membuat rencana untuk mencapainya. Disisi lain, rangsangan dari lingkungan sangat berpengaruh dalam pencapaian tahap formal operational , karena itu tidak semua remaja segera berada pada tahap ini. Selain itu, salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget).
Kondisi tersebut akan memungkinkan remaja mengalami kesulitan dalam membentuk pikiran mereka, mengabaikan nasehat orang dewasa dan berperilaku seakan-akan dunia berpusat di sekelilingnya. Oleh karenanya, segala perubahan yang terjadi di masa remaja membuat remaja cenderung mengkritik dirinya.
Remaja yang membuat penilaian diri secara tidak realistis seringkali merasa tidak puas dengan dirinya dan membandingkan keadaan dirinya dengan keadaan ideal. Perbandingan antara keadaan diri dengan keadaan ideal tersebut menjadi semakin jelas seiring dengan bertambahnya pengalaman dan peningkatan kemampuan kognitif remaja. Penilaian terhadap diri remaja dapat mempengaruhi self esteem nya (Hurlock,1980).
Berdasarkan penelitian Robins et al. self esteem menurun drastis ketika masa remaja.
Adanya pikiran yang tidak realistis menyebabkan remaja cenderung mengkritik diri. Guindon (2010) menjelaskan kritik terhadap diri dapat menimbulkan evaluasi negatif sehingga mempengaruhi self esteem individu. Bos, Murris, Mulkens, dan Schaalma (2006) mengungkapkan adanya konsekuensi negatif bila seorang remaja memiliki self esteem rendah antara lain memiliki masalah interpersonal, kegagalan akademis, serta masalah psikopatologi seperti kecemasan, depresi, dan gangguan makan.