Bagaimana Perkembangan Aliran Dadaisme Menurut Anda?

Pada awal perkembangannya, Dada merupakan dasar sastra, dan medan kebentukan sebagai produksi yang nyata. Bagaimana perkembangan dari aliran seni rupa ini?

Pada tahun 1916, sekitar bulan Pebruari, ketika Perang Dunia I sedang berkecamuk, berkumpullah para penyair dan perupa di sebuah tempat yang bernama Cabaret Voltaire, Zurich. Mereka di antaranya: Tristan Tzara (penyair dari Rumania), Hugo Ball dan Richard Hulsenbeck (penulis dari Jerman), serta pematung dari Perancis, Hans Arp.

Dengan sikap humoristik dan konvensional mereka mendirikan kelompok internasional yang diberi nama DADA. Nama ini menurut Soedarso Sp, diambil begitu saja dari sebuah kamus Jerman - Perancis yang kebetulan berarti bahasa anak-anak untuk menyebutkan kedamaian (Soedarso Sp, 1990:115). Sementara itu RA Murianto dalam bukunya Tinjauan Seni, mengartikan Dada yang berasal dari bahasa Perancis itu sebagai mainan anak-anak berbentuk kuda-kudaan (RA Murianto, 1984:78). Dari dunia pendapat tentang arti kata Dada itu, menunjukkan sikap nihilistik mereka. Bisa dikatakan pula bahwa mereka ini termasuk kelompok Golput.

Esensi sikap nihilistik itu sebenarnya ingin menolak semua hukum-hukum seni dan keindahan yang ada dan yang sudah mapan. Sikap nihilistik itu juga sebagai bentuk pengejewantahan protes terhadap nilai-nilai sosial yang makin menjadi tidak menentu, karena akibat perang dunia. Dasar perkumpulan orang Dada bukanlah sesuatu program (yang direncanakan). Melainkan karena persamaan nasib dalam melihat pranata sosial yang kian runyam. Jika akan melacak orang yang pertama kali melambungkan istilah Dada sebagai suatu mazhab kesenian, akan sulit menemukannya. Tapi yang jelas, suatu kata tanpa arti menjadi fenomena penjelasan bagi suatu gerakan internasional (Rita Widagdo, 1982:27).

Sikap yang humoristik dan konvensional kaum Dada menyajikan sindiran terhadap realita sosial waktu itu. Dari nama Dada, yang berarti ―kuda mainan‖ merupakan perwujudan dari sikap yang seakan menolak hukum seni, dan isinya sebagai protes terhadap nilai-nilai sosial yang semakin hancur.