Bagaimana perjalanan Sistem Moneter Internasional?

Sistem Moneter Internasional

Bagaimana perjalanan Sistem Moneter Internasional?

Sistem Moneter Standar Emas


Standar emas merupakan turunan dari standar uang yang berbasis komoditas. Standar ini muncul sebagai rancangan sistem moneter di dunia dari tahun 1880 sampai 1914. Dikatakan bahwa Inggris merupakan Negara pertama yang mengadopsi standar emas pada tahun 1717, yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain selama dua abad kemudian. Pada tahun 1870an, hampir seluruh negara meninggalkan system bimetal dan beralih kepada emas. Ekonom klasik memandang tingkat harga dalam sebuah perekonomian tertutup dibawah standar emas sebagai sesuatu hal yang ditentukan oleh marginal cost dari usaha memproduksi emas.

Nassau Senior (1840) mengatakan bahwa nilai tukar dari emas yang disandarkan pada berbagai komoditas (harga sesungguhnya) akan selalu sama dengan opportunity cost dari produksi emas itu sendiri. Mill (1848) mengatakan bahwa hal tersebut akan bertahan dalam jangka panjang. Pada jangka pendek, tingkat harga ditentukan oleh teori kuantitas dari uang, yaitu interaksi dari seberapa banyak uang ditawarkan (uang saat itu adalah koin emas dan notes dari Bank of England) dan seberapa besar uang tersebut dipinta, pada berbagai besaran transaksi.

Ekonom neoklasik Marshall (1871) dan Fisher (1911) memandang tingkat harga ditentukan oleh teori kuantitas uang baik pada jangka panjang atau pendek. Mereka memandang standard emas sebagai sejenis rancangan institusi yang menentukan jumlah penawaran dari uang. Bagi mereka penawaran uang dalam sistem standar cadangan emas bergantung pada persediaan emas moneter, yang nantinya ditentukan oleh hubungan antara harga riil dari emas dengan produksi emas pada satu sisi, dan harga riil dari emas dengan permintaan non-moneter dari emas pada sisi yang lain.

Pada teori modern dari standar emas (Niehans, Barro, dan McCallum), tingkat harga ditentukan dari interaksi mutual pada pasar uang dan pasar komoditas. Kondisi permintaan dan penawaran di pasar komoditas menentukan harga riil dari emas dan, pada tingkat harga nominal yang tetap, tingkat harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari persediaan moneter. Standar emas mempunyai mekanisme penyesuaian mandiri dimana shock terhadap penawaran dari atau permintaan dari emas moneter, yang nantinya akan menghasilkan perubahan dalam tingkat harga, adalah kebalikan dari perubahan produksi emas dan perpindahan antara kepemilikan emas secara moneter dan non moneter. Shock terhadap permintaan dari emas moneter seperti peningkatan produksi pada sektor non-emas di perekonomian, atau peningkatan dari banyaknya negara yang tergabung dalam standar emas, akan mempunyai efek deflationary.

Hal ini akan meng-offset sebagaimana penurunan pada tingkat harga akan menaikan harga riil emas, sehingga memacu produksi emas dan perpindahan dari kepemilikan emas non-moneter kepada emas moneter. Dengan kata lain, dalam sistem standar emas, kita akan mendapati kestabilan harga dalam jangka panjang, walaupun tingkat harga tersebut mungkin akan berubah naik atau turun setahap demi setahap dalam beberapa tahun.

Bretton Woods Sistem


Sistem Bretton Woods merupakan eksperimen terkini dunia yang menggunakan rezim tingkat nilai tukar yang tetap. Sistem ini diperkenalkan pada tahun 1944, setelah empat puluh empat delegasi dari berbagai negara berkumpul di tempat yang dikenal sebagai Bretton Woods, sampai akhirnya sistem ini diakhiri oleh Richard Nixon selaku presiden Amerika Serikat pada waktu itu di tahun 1971.

Pada masa tersebut terlihat sebagai masa keemasan dari kestabilan nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Nilai tukar dari berbagai industri utama di tiap negara tetap bertahan pada tingkat yang sama selama periode yang cukup panjang. Inflasi yang dialami termasuk kategori sedang dengan standar yang ada. Pendapatan nasional dari negara-negara G7 meningkat sangat pesat daripada periode-periode sebelumnya.

Perancang dari sistem Bretton Wood menginginkan sebuah perangkat rancangan moneter yang dapat menggabungkan keuntungan dari standar emas klasik (yaitu kestabilan dari nilai tukar) dengan keuntungan dari nilai tukar mengambang (yaitu kebebasan untuk mencapai kebijakan full employment secara nasional). Mereka menghindari kelemahan yang ada pada floating rates dan kelamahan pada nilai tukar yang tetap dari standar emas. Sebagai konsekuensinya, mereka merancang suatu sistem peg yang dapat disesuaikan dari paritas namun hanya dapat dirubah manakala terjadi ketidakseimbangan yang fundamental.

Sistem Moneter Pasca Bretton Woods


Sistem moneter fiat merupakan evolusi sejarah dari barter kepada uang komoditas menuju uang fiat. Sekitar tahun 1960an, analis telah menyadari masalah struktural pada sistem Bretton Woods. Salah satu dari masalah ini (yaitu usaha untuk membuat suatu batasan terhadap harga relatif emas) mempunyai potensi mematikan konvertibilitas dari emas kepada dollar pada tingkat harga resmi di pasar swasta. Masalah potensial ini akan muncul manakala permintaan masyarakat terhadap emas meningkat dengan cepat daripada persediaan emas baru, ini merupakan masalah klasik dalam sistem standar emas.

Satu alternatif dari keruntuhan sistem Bretton Woods, yaitu model yang dikenal sebagai imported credibility. Dalam sistem moneter fiat, sebuah bank sentral yang diatur oleh gubernur konservatif (Rogoff, 1985) berusaha mencapai hasil yang mirip dengan sistem pada standard komoditas, karena seorang banker yang independen dan konservatif merupakan hal yang eksogenus, layaknya aturan konvertibilitas dalam sistem standar komoditas. Posisi dan perilaku dari banker sentral yang konservatif ini tidak dapat dipengaruhi oleh preferensi baik dari otoritas publik taupun fiskal.

Model imported credibility ini berbasis pada preposisi dimana dengan mematok nilai dari uang nasional kepada nilai tukar yang diatur oleh bankir sentral, negara akan mengimpor kredibilitas bankir tadi dan mengambil keuntungan dalam peraturan yang telah disepakati.