Apa Perbedaan Antara Baby Blues Syndrome dan Postpartum Depression?

perbedaan baby blues dan post partum depression

Sindrom baby blues, adalah gangguan emosi ringan terjadi dalam kurun waktu 2 minggu setelah ibu melahirkan. Ada pula yang menyebutnya dengan istilah lain seperti maternity blues atau post partum blues.

Depresi postpartum adalah masalah kesehatan mental umum yang biasanya terjadi pada wanita setelah persalinan. Walau melahirkan dapat memberikan kesenangan, kegembiraan, bahkan rasa takut dan gelisah, melahirkan juga dapat menyebabkan sesuatu yang tidak Anda duga, seperti depresi.

Perbedaan Baby Blues Syndrome dan Postpartum Depression

Antara Baby blues syndrome dengan postpartum depression hanya terletak pada frekuensi dan lamanya durasi. Jika Bunda telah mengetahui tentang apa itu baby blues, penyebab dan gejalanya, maka begitu pula dengan Postpartum depression.

Perbedaannya ialah, jika postpartum depression akan berlangsung lebih lama, lebih kuat, dan lebih keras gejalanya. Bunda akan merasakan rasa sedih yang berlebih, cemas yang sangat dalam dari biasanya.
Demikianlah penjelasan singkat diatas tentang apa itu baby blues syndrome, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya. Hal seperti itu adalah normal bagi Bunda pasca melahirkan. Yang perlu Bunda lakukan ialah, tetap stay positive dan melakukan berbagai persiapan yang matang sebelum melahirkan, baik itu fisik maupun mental.

Jika kita ingin mengetahui perbedaan antara Baby Blues Syndrome dan Postpartum Depression dapat kita analisa dari perbedaan gejala yang dialami keduanya.

Gejala Baby Blues Syndrome


The Baby Blues adalah depresi ringan yang terjadi pada ibu-ibu dalam masa beberapa jam setelah melahirkan, sampai beberapa hari setelah melahirkan, dan kemudian dia akan hilang dengan sendirinya jika diberikan pelayanan psikologis yang baik.

Gejala Baby Blues Syndrome menurut Ambarwati dan Diah (2008) meliputi; sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur, nafsu makan hilang, perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan tentang bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampian pribadi, gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan bedebar.

Pendapat lain menjelaskan tentang bentuk Baby Blue Syndrome (Marmi: 2012):

  1. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis tanpa sebab

  2. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran

  3. Tidak memiliki tenaga atau sedikit saja
    Selain hormon, hadirnya si kecil yang harus betul-betul diawasi, dipenuhi perhatiannya, diasuh siang dan malam banyak menguras tenaga ibu, sehingga ibu mengalami keletihan dan kurang waktu istirahat.

  4. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga
    Selain itu kecemasan yang menghantui para ibu, kecemasan akan masa depan anak, kecemasan apakah mampu atau tidaknya membesarkan anak dengan baik, dan kecemasan lainnya yang menghantui ibu juga bisa memicu Baby Blues Syndrome.

  5. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan dan kuatir terhadap bayinya.

  6. Tidak percaya diri karena adanya perubahan bentuk tubuh pasca melahirkan.

  7. Sulit beristirahat dengan tenang bisa juga tidur lebih lama

  8. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan

  9. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya

Yusari dan Risneni (2016) menjelaskan beberapa gejala Baby Blues Syndrome yaitu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, tidak sabar, penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, merasa terlalu sensitive dan cemas berlebihan, tidak bergairah, tidak percaya diri, tidak mau berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja dilahirkan, dan merasa tidak menyayangi bayinya, insomnia yang berlebihan.

Semua gejala tersebut akan hilang dalam jangka waktu beberapa jam atau hari. Namun jika masih berlangsung untuk beberapa minggu dan bahkan bulan maka hal tersebut dapat dikatakan ibu mengalami depresi postpartum. Selain itu Ari Sulistyawati (2009) juga memaparkan Baby Blues Syndrome memiliki gejala meliputi menangis, merasa letih karena melahirkan, gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri, serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Baby Blues Syndrome adalah periode penyesuaian bagi ibu dalam dua minggu pertama setelah melahirkan dengann menunjukan beberapa bentuk perilaku antara lain kelelahan, merasa bersalah, mudah tersinggung, merasa sedih, menangis tanpa sebab, sulit berkonsentrasi, khawatir berlebihan, hingga merasa ketakutan. Meskipun bisa hilang dengan sendirinya, ibu dengan Baby Blues Syndrome dapat memberikan dampak negatif pada anak jika tidak segera ditangani.

Gejala Postnatal Depression


Posnatal Depression adalah merupakan suatu masa terganggunya fungsi psikologis ibu setelah melahirkan, yang berkaitan dengan alam perasaan sedih yang berlebihan, dan diikuti dengan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya, serta adanya gagasan ingin bunuh diri.

Adapun gejala-gejala dari Postnatal Depression ini dapat dilihat dari perilaku ibu sebagai berikut:

  1. Merasa sedih hampir setiap hari
  2. Minat dan rasa senang menurun
  3. Tidak pernah tertawa
  4. Berat badan makin berkurang
  5. Tidak bisa berfikir dan konsentrasi
  6. Hampir setiap hari tidak bisa tidur (resah dan gelisah)
  7. Menyalahkan diri sendiri, merasa berdosa, rasa tidak berguna
  8. Berpikir tentang kematian (punya gagasan ingin bunuh diri)

Postpartum Depression merupakan kondisi yang lebih parah dibandingkan dengan baby blues. Postpartum depression membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak menjadi ibu yang baik, sampai tidak mau mengurus anak.

Postpartum depression bukan hanya dialami oleh ibu, tetapi juga bisa dialami oleh ayah. Postpartum depression pada ayah paling sering terjadi 3-6 bulan setelah bayi lahir. Seorang ayah lebih rentan terkena postpartum depression ketika istrinya juga menderita kondisi tersebut.