Bagaimana Peranan Orang Tua dalam Mengatasi Kesehatan Mental Ketika Pandemi?

Covid-19 atau yang akrab kita dengar dengan virus Corona, Sejak awal kemunculannya pada tanggal 2 Meret 2020 di Indonesia, tentu menjadi sebuah momok yang menakutkan, tentu saja, kerena hingga saat ini sudah mencapai 8000 jiwa yang terjangkit virus tersebut.

Dari berita-berita yang ada dan sering di siarkan di hampir seluruh Stasiun televisi di Indonesia, tentu saja memberikan pemahaman kepada kita, bahwasanya Covid-19 ini bukan hanya mempengaruhi kesehatan pernapasan saja, tentu saja menyerang kesehatan mental pula.

Perhatian terhadap kesehatan mental ini juga sangat penting, bukan hanya kepada orang dewasa, melainkan juga untuk anak-anak. Di tengah merambahnya virus corona ini atau biasa di sebut dengan covid-19 ini, maka pemerintah menghimbau kita untuk karantina mandiri dan physical distancing memang penting untuk mereduksi penyebaran virus Corona.

Tapi disatu sisi mempengaruhi pula kepada keadaan kesehatan mental, Dilansir dari American Psychological Association, physical distancing juga dapat menyebabkan rasa cemas, ketakutan, stres, mudah bosan, mudah marah, frustasi, hingga stigma di masyarakat.

Pemuda-pemudi adalah pihak yang rentan terhadap imbas negatif di atas, karena jika bicara masa muda merupakan masa dalam rentang kehidupan yang dipenuhi dengan berbagai perubahan dan dinamika. Mau itu perubahan dari fisik-biologis yaitu seorang anak menuju orang dewasa, yang secara murni membawa perubahan atau gejolak dalam psikologis.

Apalagi ditambahnya dengan beberapa tugas yang sangat menumpuk, dan kebiasaan sosialnya menjadi berkurang akibat karantina ini. Dari hal tersebut membuat mereka tidak dapat bermain dan bertemu dengan teman-temannya.

“Perubahan bentuk tubuh dan hormonal dapat mempengaruhi munculnya sebuah dinamika suasana hati dan perilaku. Tidak hanya itu, remaja dan orang muda juga mengalami perubahan-perubahan sosial. Model interaksi, tanggung jawab dan tuntutan sosial yang berbeda dengan ketika masa kanak-kanak. Tentunya semua ini memberikan dampak secara psikologis yang berpengaruh pada perilakunya” dr. Gitayanti…

Perubahan-perubahan yang dialami oleh para muda ini secara natural sudah membawa dinamika gejolak psikis yang bakal bertambah pada keadaan pandemi seperti ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta kepada seluruh pemerintah di setiap Negara, untuk ikut berpartisipasi dalam urusan sosial, kesehatan, serta edukasi kesehatan para remaja. karena pada dasarnya mereka generasi muda merupakan penerus bangsa di masa yang akan mendatang.

Pencegahan masalah kesehatan mental dari dampak virus corona atau covid-19 pada pemuda diawali dengan pemahaman yang benar dan langkah yang jitu, apalagi tantangan dalam pengaruh kemajuan teknologi yang dapat menimbulkan efek yang negatif apabila salah dalam menggunakannya.

“Bicara kemajuan teknologi informasi, hingga sosial media, tidak dapat dipungkiri banyak memberikan kemudahan dan keuntungan, namun ternyata juga membawa dampak-dampak negatif apabila tidak disikapi secara arif,” ujar Psikolog Inez Kristianti.

Akibatnya bisa menjadi pemalas dengan terus barmain handphone, suka mencari perhatian di Social Media, mudah marah, hingga kesehatan melemah akibat sering tidur larut malam dengan bermain game online.

Dikutip dari laman Weill Cornell Medicine, terkait belum adanya penelitian yang komprehensif mengenai efek karantina dan physical distancing terhadap kesehatan mental.

Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam hal ini, karena anak yang biasa diawasi oleng guru dalam belajar, sekarang tugas itu sepenuhnya di serahkan kepada orang tua.

Selalu memberi semangat kepada anak, guna memotivasi untuk menjalankan aktivitas belajarnya di rumah, dan mengatur jadwal anak dengan bersifat fleksibel, Dengan menjadwalkan kegiatan anak-anak, mereka akan merasa tenang, terutama di masa-masa tidak menentu ini. Penjadwalan kegiatan ini menjadi sebuah hal yang penting, karena biasanya setiap anak memiliki kegiatan banyak yang harus tersusun secara rapi, ketika di sekolah, setiap waktu istirahat diawasi oleh guru, namun walau telah dijadwalkan secara rapi, jangan bersikap kaku dengan kegiatan yang sudah ditetapkan itu. Akan tetapi konsisten dengan memingatkan dan menyemangatinya.

Dan jangan biarkan internet dan hiburan elektronik mengontrol keluarga anda saat ini, akan tetapi bukan saat yang tepat untuk menyalahkan efek negatif dari media sosial, televisi, dan internet, karena sebagian besar masyarakat mengandalkan teknologi komunikasi jarak jauh untuk tetap terhubung dengan keluarga maupun teman.

Namun, layar elektronik terkadang memiliki efek yang negatif kepada kesehatan fisik serta mental. Anak-anak dapat merasa tidak nyaman dan cemas. Sehingga hiburan dari televisi maupun melalui layar elektronik lainnya, jangan memberikannya lebih dari dua jam setiap harinya.

Yang terpenting jangan panik yang berlebihan, Perasaan panik berlebihan menjadikan tubuh melepaskan hormon kortisol, yang mana dapat menekan imun badan sehingga kekebalan tubuh dapat berkurang dalam melawan kontaminasi virus.

Sebab rasa panik dan emosi negatif ini menular, orang tua tentu tidak ingin mendapati imun anaknya menurun, oleh karena itu jika orang tua tak panik membuat perasaan anak membaik, Karena di usia mereka, mereka belajar dengan meniru orang terdekatnya, terutama orang tua, apabila orang tua merasa cemas serta panik yang berlebih, anaknyapun akan merasakan emosi negatif tersebut.

Walau virus ini benar-benar berbahaya, sebagai orang tua tidak harus panik dalam menyikapinya, jika perlu hindari menonton televisi yang memberitakan terkait virus Corona ini, atau mengurangi membacanya dari berita. Informasi berlebihan tentang virus Corona atay covid-19 hanya akan memperburuk keadaan.

1 Like