Bagaimana penyebab dan terjadinya sumbatan pada tekak (Obstructio pharyngis)?

Sumbatan pada tekak selalu berlangsung secara akut, mendadak dan disertai dengan kesulitan dalam pernafasan, makan dan minum, dan ditandai dengan batuk yang terus menerus. Oleh adanya air liur yang berlebihan waktu bernafas terdengar suara seperti mendengkur. Bagaimana penyebab dan terjadinya sumbatan pada tekak?

pharynx

Penyebab
Proses terjadi karena termakannya benda asing. Hewan-hewan muda sampai berumur sekitar 5 bulan, sering mengunyah apa saja seperti janggel jagung, potongan-potongan kayu dan sebagainya. Makanan yang dicacah kurang halus seperti ketela pohon, ubi jalar, kentang yang diberikan sekaligus untuk beberapa hewan yang lapar, dapat memudahkan timbulnya sumbatan tekak. Hewan-hewan yang lapar akan berebut untuk mendapatkan makanan yang lebih banyak, hingga secara tergesa- gesa mereka menelan begitu saja bahan yang masih berukuran besar.

Untuk memperkuat tubuh, kadang-kadang pemilik hewan memberikan telur mentah secara utuh, yang akibatnya berupa tertahannya kerabang telur di dalam tekak. Pada sapi yang menderita polip fibrous, atau mukoid yang menggantung, bangunan tersebut dapat turun ke tekak, dan secara intermiten dapat mengakibatkan sumbatan.

Desakan jaringan yang terdapat di kanan-kiri tekak yang mengalami pembesaran secara kurang tepat juga sering disebut sebagai sumbatan tekak. Mungkin istilah stenosis, dan bukan obstruksi tekak, akan lebih sesuai. Oleh desakan dari luar, lumen tekak menjadi lebih kecil, hingga dalam keadaan yang sangat dapat pula mengganggu proses pernafasan. Penyempitan rongga tekak ditemukan pada proses TBC sapi, yang disebabkan oleh membesarnya lgl. retrofaryngealis profunda, limfomatosis sapi dan ingus tenang pada kuda oleh membesarnya lgl. submandibularis.

Proses terjadinya
Oleh adanya gangguan-gangguan yang disebutkan di atas akan terjadi penurunan volume rongga tekak serta terjadinya iritasi pada selaput lendir. Gangguan yang berupa batuk terus menerus dapat menyebabkan penderita mengalami kelemahan yang sangat. Penderita dapat mati karena shock.

Referensi: Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.