Bagaimana penyebab dan terapi pada sumbatan kerongkongan (Obstructio oesophagi, Choke)?

Sumbatan kerongkongan dapat bersifat total atau sebagian, akut maupun kronik, dan ditandai dengan ketidakmampuan penderita untuk meneruskan makanan yang ditelan, sebagian atau seluruhnya, ke dalam lambung. Pada hewan pemamah biak, penderita tidak mampu lagi melakukan proses ruminasi, dan dalam waktu singkat akan mengalami kembung rumen (bloat). Apa penyebabnya dan bagaimana terapinya?

Penyebab
Secara primer, sumbatan terjadi karena terhentinya makanan padat, misalnya potongan ketela pohon, ubi jalar, kentang, jagung dan sebagainya di dalam kerongkongan. Pemberian pakan pada hewan secara bersama-sama akan lebih memungkinkan terjadinya kejadian obstruksi. Biasanya hewan-hewan yang lapar, terutama yang muda akan cenderung untuk berebut pakan, hingga pakan tidak sempat dicerna dengan baik di dalam mulutnya. Pemberian obat-obatan melalui mulut dalam bentuk bolus atau kapsul tanpa diberi cairan yang cukup juga memudahkan terjadinya sumbatan.

Secara sekunder sumbatan dipermudah oleh adanya radang kerongkongan, yang lama-lama dapat berakibat menyempitnya lumen (stenosis). Dari luar kerongkongan, secara tidak langsung sumbatan terjadi oleh tekanan karena membesarnya kelenjar limfe mediastinal, neoplasmata ataupun abses di daerah mediastinum dan percabangan bronchus pada pedet sumbatan dipermudah oleh thymoma atau oleh patent ductus arteriosus.

Terapi
Untuk menenangkan penderita, pemberian sedativa sangat dianjurkan. Khloralhidrat (dosis 10-20 gram) atau atropin sulfat (20-50 mg) dapat digunakan untuk mengendorkan spasmus kerongkongan.

Apabila sumbatan terdapat di daerah leher dan tidak terlalu jauh dari mulut, secara manual benda asing yang menyumbat dapat didorong dari luar ke arah tekak secara hati-hati. Apabila telah sampai di tekak, dengan jalan membuka mulut, secara manual pula benda tersebut dicoba diambil, sementara seorang pembantu menekan tekak ke arah muka. Dalam keadaan rumen penuh berisi gas pertolongan dengan trokar sangat dianjurkan.

Pertolongan obstruksi pada daerah dada akan lebih sulit dilakukan. Benda penyumbat perlu dicoba didorong dengan sonde kerongkongan atau alat lain, misalnya pipa polietilen yang tidak terlalu keras. Mungkin perlu pula dipertimbangkan penggunaan dua buah sonde kerongkongan yang dimasukkan melalui kedua lubang hidung, kemudian air dimasukkan melalui salah satu sonde. Dengan cara lewat sonde kedua, benda penyumbat dicoba didorong perlahan-lahan agar masuk ke dalam lambung. Apabila air sifon telah jadi bening, proses tersebut dihentikan, kemudian ke dalam kerongkongan dimasukkan 1 atau 2 ml ekstraks belladonna. Beberapa menit setelah pemberian belladonna, benda penyumbat tersebut dicoba didorong lagi ke arah lambung.

Tindakan operasi dapat dilakukan apabila obstruksi terjadi di daerah leher. Perawatan setelah operasi perlu diperhatikan misalnya dengan memberikan makanan melalui suntikan atau melalui sonde kerongkongan.

Kadang-kadang secara ekonomik perlu dipertimbangkan sebelum melakukan tindakan pertolongan dengan Pada penyakit yang berlangsung kronik, anjuran untuk memotong penderita lebih baik diberikan.

Referensi: Subronto. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.