Bagaimana penyakit kolibasilosis pada ayam?

Salah satu penyakit ayam yang cukup sering menghinggapi peternakan di Indonesia adalah Kolibasilosis. Penyakit ini hampir pasti dialami selama periode pemeliharaan ayam dan kasusnya selalu berulang setiap periode. Penyakit ini disebabkan Bakteri Escherichia coli (E. coli). Munculnya penyakit ini umumnya berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi dan lingkungan peternakan terutama kebersihan. Kolibasilosis berhubungan langsung dengan sumber air minum untuk ternak. Kolibasilosis sebagian besar terjadi pada ayam yang dipelihara dalam keadaan sanitasi yang sangat rendah. Bakteri E. coli akan melimpah pada air yang kualitasnya jelek. Keberadaan bakteri E.coli di air dan tanah merupakan flora normal, sehingga tak heran jika hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel air di lokasi peternakan hampir semua menunjukkan positif bakteri E. coli. Berdasarkan pengamatan, rata-rata peternak menggunakan sumur dangkal sebagai sumber air minum untuk ternaknya merupakan penyebab utama Kolibasilosis selalu muncul. Sumur dangkal tersebut rawan tercemari oleh kuman E. coli terutama yang letaknya dekat dengan septic tank. Infeksi kuman coli diperparah bila air dari sumur tersebut tidak disanitasi

image

Kolibasilosis dapat terjadi pada semua umur ayam. Kejadian kolibasilosis terutama pemunculannya sangat menonjol pada ayam pedaging, terutama yang berumur muda, antara 1 – 2 minggu. Kolibasilosis pada ayam pedaging dapat menyebabkan kematian yang terjadi selama periode pemeliharaan dan perolehan berat badan saat panen yang rendah. Pada anak ayam sampai umur 3 minggu, Kolibasilosis menyebabkan kematian dengan gejala omphalitis. Pada ayam petelur, Kolibasilosis menyebabkan produksi telur turun, puncak produksi telur tidak tercapai, masa produksi telur tertunda dan mudah terinfeksi penyakit lain. Ayam pernah terinfeksi E. coli dapat menjadi pembawa (carrier) sehingga penyakit ini mudah kambuh di kemudian hari.
Pada ternak yang tererang, E. coli biasanya terdapat dalam jaringan atau saluran pernapasan ayam yang sakit. E. coli bersifat pathogen dan infeksinya dapat berbentuk kematian embrio pada telur tetas, infeksi yolksac, omfalitis, koliseptikemia, airsacculitis (radang kantong udara), enteritis, infeksi alat reproduksi (salpingitis). Angka kematian bisa mencapai 10% dan akan lebih besar lagi apabila disertai infeksi lain yang mengikutinya, seperti : ND, M. gallisepticum atau IB. Penyakit ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan, penurunan produksi, peningkatan jumlah ayam yang diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur, penurunan daya tetas telur dan kualitas anak ayam hasil tetas. Selain itu penyakit ini juga turut mendukung timbulnya penyakit lain pada saluran pernapasan, pencernaan dan reproduksi yang sulit ditanggulangi serta tingginya biaya pengobatan.

Penyakit banyak ditemukan pada lingkungan yang kotor dan berdebu dan pada sekelompok ayam yang mengalami immunosupressif akibat penyakit infeksius. Bakteri E. coli bisa masuk melalui saluran pernapasan saat udara sangat berdebu atau ayam sebelumnya telah menderita gangguan pernapasan. Bakteri yang terhirup tersebut akan melakukan infeksi dan berkembang biak (multiplikasi). Infeksi E. coli pada ayam umumnya dipicu oleh infeksi primer saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau Mycoplasma. Kondisi tersebut akan menjadi parah karena faktor-faktor lingkungan seperti tingginya amoniak di dalam kandang. Kolibasilosis menyebar karena unggas menghirup debu kandang yang telah tercemar bakteri. Bakteri akan masuk ke dalam saluran pernapasan bagian bawah dan akan melekat di permukaan epitel. Perlekatan yang spesifik dari bakteri ini disebabkan karena adanya vili yang dimilikinya. Setelah melekat bakteri akan masuk ke perredaran darah dan akhirnya menimbulkan kerusakan pada kantong udara, perikardium jantung dan kapsula hati. Bakteri E. coli yang ganas dapat diisolasi terutama dari kantong udara dan perikardium jantung.

Distribusi E. coli sangat luas, bisa ditemukan di dalam litter, kotoran ayam, debu/kotoran lain dalam kandang serta lingkungan sekitar kandang, pakan, air minum dan sumber air. Kadar amonia tinggi dalam kandang, ventilasi kandang jelek serta populasi terlalu padat juga menjadi faktor semakin meluasnya bakteri E.coli. Kolibasilosis juga dapat menular melalui telur tetas yang tercemar. Anak ayam yang menetas dari telur tercemar tersebut akan mempunyai banyak bakteri E. coli yang bersifat merugikan (patogen) di dalam usus dan feses. Feses mengandung bakteri E. coli yang dikeluarkan dari tubuh menjadi sumber penular utama yang cepat pada suatu populasi tertentu.
Gejala ayam yang terserang Kolibasilosis menunjukkan gejala kelesuan, kurus, bulu kusam, nafsu makan turun, munculnya gangguanpernafasan berupa ngorok pada malam hari disertai pengeluaran eksudat dari hidung. Terlihat pula kondisi pertumbuhan yang terganggu, produksi telur turun, diare berwarna hijau dan berbau khas. Dapat terjadi kematian mendadak pada bentuk akut, tanpa menunjukkan gejala klinis. Gejala lain berupa radang pusar (omphalitis), septicaemia dan enteritis. Lebih jauh dapat dilakukan pengamatan dengan cermat terhadap gejala klinis dan perubahan bedah bangkai.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah sanitasi dan desinfeksi kan¬dang dan peralatannya. Kandang dibersihkan, dicuci dan disemprot dengan desinfektan. Tempat minum dicu¬ci setiap 2 kali sehari. Kemudian rendam tempat minum yang telah dicuci dalam desinfektan selama 30 menit, setiap 4 hari sekali. Majukan atau rnundurkan jadwal desinfeksi bila bertepatan dengan jadwal vaksinasi. Program sanitasi air minum perlu dilakukan 1-2 kali dalam 1 minggu asal tidak mendekati jadwal vaksinasi. Sanitasi air rninum bisa dilakukan dengan klorinasi dengan cara memasukkan 3-5 ppm klorin ke dalam air minum. Selain itu mengusahakan memperoleh telur tetas dari ayam yang bebas kolibasilosis. Menghindarkan kerabang telur dari kontaminasi oleh feses. Sebelum disimpan telur difumigasi. Pada setiap penetasan telur usahakan cara sanitasi dan fumigasi yang baik dan ketat. Pada pemeliharaan ayam harus mentaati sanitasi. Mengusahakan pakan dan air minum supaya tidak tercemar oleh feses, jika perlu tambahkan antibiotik dalam pakan.
Pengobatan penyakit Kolibasilosis menggunakan antibiotik untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri E. coli. Untuk menghindari resistensi obat, jika pernah menggunakan satu jenis obat tertentu selama 3 periode pemeliharaan, sebaiknya periode pemeliharaan berikutnya meng¬gunakan antibiotik dari golongan yang berbeda. (Amirudin Aidin Beng, MM).

http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10621/penyakit-kolibasilosis-pada-ayam